-23. Pacar pura pura?

182 17 0
                                    

Zahra sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah, Zahra melihat Lita sedang bermain lego sendirian di ruang tamu, ia mengejutkan Lita dengan cara memeluk adiknya dari belakang.

"Hai adikku yang cantik" Zahra tertawa saat Lita melihatnya dengan wajah melongonya. Lita tertawa menunjukkan giginya.

"Mainan sendiri? Mama sama Papa mana" Lita menunjuk ke arah kamar milik Mama dan Papa, Zahra mengangguk.

"Kakak mau banget nemenin Lita main lego ini, tapi Lita liat kan kalo Kakak harus sekolah" Zahra mengangkat Lita dari duduknya.

"Gimana kalo kita ke kamar Mama sama Papa?" tanya Zahra, Lita menggeleng, Lita lebih memilih memainkan legonya.

"Nanti kalo Lita sendiri gimana? Gak takut? Oh bentar! Bibi!!" teriak Zahra memanggil sang Bibi, Bibi datang dan bersimpuh di sebelah Zahra.

"Ada apa nak?" tanya Bibi. "Bi, Zahra minta tolong buat jagain Lita, kasihan dia sendiri, Mama sama Papa di kamar belum keluar, jadi tolong jagain" ujar Zahra, Bibi mengangguk.

"Kalo gitu Zahra sekolah dulu ya Bi, Lita, Kakak sekolah dulu ya, kita main lagi nanti, bye" Zahra mencium pipi Lita dan salim pada Bibi.

Saat baru keluar dan menutup pintu, Zahra melihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumahnya. Zahra menyipitkan matanya, berjalan menuju mobil tersebut, ia mengetuk kaca mobil tersebut.

"Maaf, jalan saya kehadang sama mobil kamu" ucap Zahra, seketika orang di dalam mobil menurunkan kaca mobilnya, terpampanglah Deven yang sedang menatap Zahra.

"Dev... Deven, lo ngapain?" tanya Zahra sambil tertawa canggung.

"Jemput" ucap Deven, Zahra terkejut bercampur heran, siapa yang ingin Deven jemput.

"Mau jemput siapa?" Zahra menatap Deven bingung.

"Lo" ucap Deven membuat Zahra membulatkan matanya. "Gue?" tanyanya, Deven mengangguk.

Zahra membuka pintu mobil Deven, ia duduk dan memasang seatbelt-nya, Deven menatap Zahra memastikan jika wanita tersebut sudah siap. Zahra sudah rapi, Deven melajukan mobilnya menuju sekolah.

Sepanjang perjalanan, Zahra menatap Deven heran sambil tersenyum, Deven yang merasa di tatap kini melirik Zahra.

"Lo kesambet apaan Dekubu? Kok tiba tiba jemput gue" Deven mencoel coel pundak Deven.

"Lo masih sakit'" balas Deven membuat Zahra tertawa.

"Gue udah gak sakit Dekubu, udah sembuh, udah strong lagi, mau sampe kapan gue sakit terus, tenang aja" Zahra menaik turunkan alisnya. Deven hanya mengangkat bahunya.

"Lo udah sarapan?" tanya Zahra dan di balas gelengan oleh Deven.

"Kebetulan tadi gue bikin roti isi, lo cobain pasti suka, jangan nolak, karna nanti kalo lo gak makan, lo gak bakal konsentrasi belajarnya" Zahra membuka tasnya dan mengambil kotak makan berwarna ungu yang berisi roti.

"Cobain dulu, kalo gak enak, gue gak akan nyuruh lo makan lagi, tapi kalo enak, gue bakal suruh lo makan ini" Zahra tertawa, roti tersebut telah di potong, Zahra menyuapkan roti tersebut ke arah mulut Deven.

Deven terkejut saat Zahra ingin menyuapkan roti kepadanya. Zahra selalu memaksanya, bagaimana ia harus menolak jika Zahra selalu memaksa, ia menerima suapan dari Zahra.

"Lama lo, eh gimana? Enak gak rotinya? Jujur ya, awas kalo bohong gue cubit lo" Zahra menatap Deven dengan menyipitkan matanya. Deven melirik Zahra, dalam batinnya ia sudah tertawa dengan wajah lucu dan tatapan dari Zahra.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang