-20. Menang

176 19 0
                                    

"Pak saya mohon buka dong Pak gerbangnya" Zahra sudah memohon mohon pada Satpam agar membukakan gerbangnya.

"Neng Zahra kasih tau dulu, kenapa alesannya telat, baru Pak Satpam bukain, mumpung saya masih bisa diajak kerja sama" ucap Pak Satpam tersebut.

"Pak, saya itu kesiangan, saya habis bantuin Mama, kita sebagai anak itu harus berbakti kepada orang tua kita, Pak" ucap Zahra sambil menetralkan nafasnya.

"Ya sudah, langsung ke lapangan ya, pertandingannya udah dimulai" Satpam tersebut membukakan gerbangnya.

"Siap, makasih Pak" Zahra berlari menuju kelas untuk meletakkan tasnya.

Tibalah di kelas, ia meletakkan tasnya di atas meja, saat ingin melangkah keluar, kepalanya terasa nyeri yang kuat, sepertinya efek kecelakaan waktu itu.

Zahra memegang mejanya kuat kuat menyalurkan dan mencoba meredakan rasa sakitnya. Ia merogoh tasnya, dengan cerobohnya ia lupa membawa obat.

"Zahra lo harus kuat, pasti sembuh, gue harus buru buru ke lapangan, gue udah telat dua puluh menit, dasar gue!" Zahra masih memegangi kepalanya. Namun demi SMA Global School ia harus tetap menyaksikan dan memberi dukungan pada team basket sekolahnya.

Zahra terduduk lemas di lantai, lukanya masih terasa sangat sakit, namun ia harus bisa menahannya, ini tak seberapa, dibandingkan hari lalu.

'Ya Tuhan, kuatin Zahra, Zahra gak mau terus terusan sakit'

Zahra bangkit kembali, ia berjalan perlahan ke arah lapangan. Sesampainya di lapangan, sudah terlihat sangat ramai, sorak sorak pendukung sudah menghiasi lapangan.

Namun ia heran, mengapa SMA-nya bermain tidak seperti biasanya, terlihat lesu.

BRUK...!

Zahra membulatkan matanya, menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya. Ia berlari ke arah wasit.

"Pak, bisa di stop dulu Pak?" tanya Zahra pada wasit tersebut, wasit itu pun mengangguk dan membunyikan peluitnya.

Zahra berlari ke arah lapangan, semua orang menatap ke arah Zahra yang masuk ke arah lapangan.

"Lo gak papa? Kaki lo memar Dev, ikut gue, gue bakal obatin" Zahra membantu Deven berdiri.

Deven terserengkal team lawannya secara tak sengaja, kakinya membiru, namun tak parah, setelah diobati pasti akan sembuh.

"Kalian sini!" teriak coach Alex, mereka sempat latihan sebelum pertandingan di mulai, namun mengapa mereka mendadak lemas.

"Kalian tau gak? Udah berapa banyak team lawan bobol ring kita? Juara basket hari lalu dengan lawan team yang sama" ucap coach Alex kecewa.

"Maafin kita coach, kita gak bakal lakuin hal yang sama lagi" ucap Reza, coach Alex menghembuskan nafasnya.

"Saya minta maaf kalau latihan tadi kurang baik, saya juga sedang kurang fit, saya mau kalian menjadi pemain basket andalan SMA ini, dan akan di kenang sampai posisi kalian di gantikan oleh junior kalian" jelas coach Alex memberi semangat.

Mereka mengangguk, sedikit semangat dari coach Alex sudah memasuki tubuh mereka. Mereka berjalan ke arah Zahra yang sedang mengobati luka Deven.

"Gue bilang apa kemarin? Lo itu masih sakit Zahra, bandel banget sih jadi anak" ucap Ara sedikit jengkel.

"Gue minta maaf, gue cuma mau semangatin kalian, udah itu aja" ucap Zahra menunduk.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang