Extra Part |2

16.7K 696 123
                                    

Karena penasaran dengan apa yang terjadi, Muaz melangkah ke dalam rumah mencari Sasha, melihat Sasha dan Azzam yang duduk santai di depan TV dia pun mendekat dan mendudukkan dirinya disamping Azzam.

"Teman kamu kenapa, Sha?" tanyanya.

"Siapa?" tanya Sasha balik.

"Itu, si Dillah. Tadi Kakak melihat dia keluar dari rumah menangis masuk ke dalam mobilnya, cukup lama baru meninggalkan rumah" jelas Muaz.

Azzam semakin merasa bersalah mendengarnya sedang Sasha berusaha bersikap biasa saja karna dia sudah tahu bakal seperti itu.

"Dia sudah pulang?" tanya Azzam.

"Baru saja, emang kenapa sih?" tanya Muaz penasaran.

"Daddynya Izza candain dia tadi," lirih Sasha.

"Wah candaannya kelewatan kali, kok bisa sampai nangis gitu."

Sasha pun menjelaskan semuanya ke Muaz, masalah pribadi Dillah hingga Azzam dan Muaz cukup tertegun mendengarnya.

"Dari jaman putih Abu-abu dia mengagumi seseorang, tapi hanya sebatas mengagumi karena dia pikir tidak mungkin dia jatuh hati sama orang yang sama sekali tidak pernah memikirkannya dan pada waktu itu juga lelaki itu sudah punya pasangan, dan aku baru tau itu sekarang dan parahnya lagi tadi dia bilang setelah kuliah selama empat tahun di Amerika dia sudah tidak pernah memikirkan laki-laki itu bahkan wajahnya pun dia sudah lupa, tapi ketika pulang ke Jakarta dia kembali melihat lelaki itu bukan lagi sekedar mengaguminya tapi lebih dari itu tapi sialnya lagi lelaki itu itu sudah mau menikah dengan wanitanya," Papar Sasha panjang lebar, dan Azzam tau siapa yang dimaksud oleh Sasha.

"Kasian juga ya?" gumam Muaz.

"Mengapa dia tidak bilang saja ke lelaki itu, mengapa sampai dipendam setidaknya lelaki itu tau ada wanita lain yang menyukainya." tambahnya lagi.

"Ngapain juga dia memberi tahu lelaki itu, yang ada dia hanya mempermalukan dirinya mengungkapkan perasaanya pada milik orang." Sela Sasha.

"Aku pernah berada difase itu, Kak. bahkan lebih dari itu mencintai Seseorang dalam diam, dan itu sungguh menyakitkan bahkan untuk mengobati luka itu aku harus menghindar sejauh mungkin selama empat tahun di negeri orang. Makanya aku mewanti-wanti Adillah untuk tidak sepertiku, sudah cukup dia mengalami tekanan batin dari keluarganya tidak usah menambahnya lagi dengan luka yang baru."

"Tunggu ... tunggu ... jadi yang dimaksud orang tua kita itu kamu dengan Kak Azzam?" Sela Muaz memastikan.

"Iya." Sasha pun menceritakan dari awal dia mengagumi Azzam sampai benar-benar mencintai Azzam dan akhirnya pergi menjauh.

Sedang Azzam kini menggenggam erat tangan Sasha mendengar kembali kisah sedih itu.

"Maafkan Daddy sayang," bisiknya ditelinga Isterinya.

"Kamu tidak sedang bercanda kan, Dek?" tanya Muaz terkejut yang baru tahu cerita sebenarnya karena selama ini dia hanya mendengar penggalan-penggalan cerita, sampai Air mata Muaz menggenang di pelupuk matanya. Reflek Muaz beranjak memeluk Adiknya.

"Pasti sakit ya, Sha?" cicitnya.

"Rasanya tak terungkap, Kak."

"Jadi siapa lelaki yang Dillah kagumi?" tanya Muaz.

"Kamu tidak usah tahu, biarkan itu menjadi urusannya," timpal Azzam yang diangguki oleh Sasha.

"Aku hanya prihatin saja sama sahabatmu itu, Sha. Siapa tau saja kita bisa membantunya," Ucap Muaz.

"Dillah tidak selemah aku, Kak. Dia anaknya kuat, Insyaa Allah dia bisa menyelesaikan sendiri masalah hatinya." cicit Sasha.

Lima bulan telah berlalu, tepatnya hari ini di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Pesta pernikahan Muaz dan Andini digelar, resepsi yang sangat mewah dan hal yang tidak terpikirkan oleh Azzam jika Dillah menghadiri resepsi itu.

LOVE in SILENCE  **End** Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang