Setelah melihat rekamam video curhatan sasha di WTC, hatinya sebagai seorang ayah sangat terpukul melihat penderitaan putrinya yang mencintai Kakaknya dalam diamnya, Pak Abrisam diam-diam mencopy isi video itu ke laptopnya dan ingin mendengarnya sekali lagi.
"Sayang, inikah yang membuatmu koma? kenapa tidak kau ceritakan dari awal ke Ayah, Nak?" sendu Pak Abrisam.
"Jadi, sewaktu candaan paman kamu waktu it---"
"Itu sangat menyakiti perasaan aku, Ayah." Sela Sasha.
"Jadi waktu dua minggu itu juga yang membuatmu tidak menginjakkan kaki ke rumah ini?" tanya Pak Abrisam seolah mengintrogasi.
"Yang itu karena Sasha bertengkar dengan Amirah di rumah ini, Yah." cicitnya.
Pak Abrisam mengerutkan keningnya merasa heran. "Apa yang terjadi, Nak?" tanyanya yang lebih terkejut lagi.
"Hari itu aku dan Dillah kemari, Yah. Kami mendapati mereka berciuman di sofa, aku baru mau ngucapin salam eh terpotong karna terkejut. Terus Kak Amirah menegurku yang katanya tidak sopan masuk ke rumah tanpa memberi salam, aku kan sudah minta maaf ke dia tapi dia nyerocos terus, Amirah juga marah karena bilang ke Kakak gini, kak Azzam tau agama kan?" jelas Sasha, hatinya tiba-tiba memanas mengingat kembali kejadian itu.
"Amirah mengatakan kalau aku penyebab pertengkaran-pertengkarannya dengan Kak Azzam. Katanya aku yang selalu ingin menjauhkan dia dari kak Azzam,
jelas aku tidak terima dengan tuduhannya, mana pake ngegas lagi, refleks aku emosi dan mengatai dia wanita ular," jelasnya lagi."Dan disitu kak Azzam marah besar ke aku dan membentakku, jadi aku bilang aja ke kak Azzam kalau hari ini hari terakhirku menginjakkan kaki di rumah ini." Sambungnya lagi menjelaskan semuanya.
"Maafin sasha Ya Ayah."
Pak Abrisam tertegun mendengarnya, tidak menyangka saja jika calon menantunya seberani itu di rumahnya sendiri, sungguh wanita yang tidak beradab menurutnya, haruskah dia membatalkan pernikahan putranya yang sudah diambang pintu.
"Sayang, kamu itu tidak salah. Mereka yang kurang ajar dan tidak sopan, dari awal juga Ayah dan Bunda tidak menyukai Amirah tapi karena Azzam berkeras dan sangat mencintainya, ya kami restui saja. Lambat laun pasti juga Kakak kamu menyadari dia menikah dengan siapa." papar Pak Abrisam.
"Ayah, sudah menjelang senja, Aku ke sebelah dulu ya, aku belum packing soalnya." pamitnya.
"Iya, sayang. Setelah Azzam ke kantor, kita ke bandara ya," putus Pak Abrisam.
"Ingat Ayah ini rahasia kita." ucap Sasha mengingatkan.
"Iya sayang, Ayah janji."
Sebelum keluar Sasha mencium kedua pipi ayahnya, lalu mencabut flashdisknya dan meninggalkan ruangan itu.
Sepeninggalnya Sasha, Pak Abrisam kembali memutar video rekaman itu, memperhatikan raut wajah putrinya yang menyedihkan, melihat tangisan pilu putrinya memendam semuanya, tanpa disadarinya air matanya sudah menetes ikut merasakan kesedihan putrinya.
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah tidak bisa berbuat apa-apa untukmu, semuanya sudah terlambat, walaupun masih ada waktu beberapa hari tapi Ayah juga harus melihat dari sisi hati Kakakmu." gumam Pak Abrisam.
Hari ini adalah hari keberangkatan Sasha dan Adillah ke Amerika, Dillah sudah menunggu Sasha di Bandara, sedang Sasha masih dalam perjalanan, sedikit telat karena mereka menunggu kepergian Azzam ke kantor baru mereka ke Bandara.
Setibanya di Bandara, mereka juga di sambut oleh kedua orang tua Dillah yang mengantarkan putri mereka.
Sambil menunggu boarding papa-mamanya dan ayah-bundanya memberikan putri mereka petuah-petuah bagaimana hidup di negeri orang, disana sudah ada suruhan papanya untuk menyediakan tempat tinggal dekat dengan kampusnya dan segala kebutuhan Sasha selama disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE in SILENCE **End**
RomanceDiusia yang masih belia, seorang gadis diam-diam memendam perasaannya sendiri kepada seorang laki-laki yang usianya terpaut jauh darinya, yang tak lain adalah kakak sepupunya sendiri anak dari kakak ayahnya. Ketika sang cinta melabuhkan hatinya kepa...