⏭️ Part 6

12.7K 798 33
                                    

Betapa terkejutnya Muaz mendengar kabar itu, Ia pun segera memberi tahu Ayah dan Bundanya perihal Sasha yang masuk rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama, dua keluarga sudah tiba di rumah sakit, mereka mendapati Dillah yang masih menangis panik di kursi ruang tunggu.

"Apa yang terjadi, Nak?" tanya Pak Abrar.

Sejenak Dillah menarik nafas panjang sebelum menceritakan kejadiannya kepada orang tua Sasha.

"Tadi sewaktu di Mall kami mau beli tiket buat nonton, tapi tiba-tiba Sasha pamit ke toilet. Lama menunggu Sasha tidak muncul, akhirnya aku mau nyusul dia tapi di jalan menuju toilet Sasha menghubungi aku katanya dia sudah di area parkir menungguku. Dia minta diantar pulang karena perutnya terasa sakit dan kepalanya juga pusing, aku melihat wajahnya sudah kusut dan pucat makanya aku bergegas membawanya pulang. Di perjalanan aku heran, dari tadi aku nyerocos terus tapi tidak direspon oleh Sasha, aku pikir dia tertidur, karena BeTe sendirian di mobil aku pun membangunkan dia. Tetap saja tidak ada respon, aku menepikan mobil di pinggir jalan dan membangunkan dia lagi dengan segala cara, bahkan aku memukul-mukul wajahnya tetap saja tidak direspon. Gak mungkin kan dia tidak bangun pikirku, nah disitu aku panik sendiri dan memutar arah mobil membawanya kesini, Pah," jelas Dillah panjang lebar.

"Terus apa kata dokter?" timpal Pak Abrisam.

"Dokter masih memeriksa Sasha Om, belum keluar dari sejam yang lalu."

"Astaghfirullah, apa yang terjadi denganmu, Nak?" gumam Pak Abrisam khawatir,

Azzam yang mendapat kabar dari Muaz, langsung keluar meninggalkan bioskop yang filmya belum selesai diputar dan mengantarkan Amirah pulang karena Amirah tidak mau ikut ke rumah sakit.

Azzam yang baru tiba di rumah sakit merasa bersalah kepada adiknya, dia membiarkan adiknya sementara dia lebih memilih nonton berdua, padahal dia bisa mengajak adiknya. Itu semua Karena Amirah yang meminta tidak ingin diganggu oleh sifat manja Sasha kepadanya.

Setelah hampir dua jam diperiksa akhirnya dokter keluar dari ruang pemeriksaan.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanya Pak Abrisam dengan tidak sabarnya.

"Keluarga pasien?"

"Iya, saya Ayahnya, Dok." balasnya seolah Sasha memanglah putri kandungnya.

"Maaf Pak, untuk saat ini kami belum bisa mendiagnosa, kata adek ini awalnya putri Bapak mengeluh sakit perut dan kepalanya pusing. Dalam perjalanan kemari putri Bapak sudah tidak sadarkan diri, kami sudah memeriksa bagian perutnya tapi tidak ada masalah dengan perutnya," jelas dokter itu.

"Apa sebelum ini putri bapak banyak masalah?" tanyanya lagi.

"Tidak, Dok. Selama ini kami melihat dia baik-baik saja selalu ceria, dan terlihat bahagia," jawab mama Zanna yang di timpali juga oleh bunda Ambar.

"Iya, Dok. Selama ini, kami melihatnya selalu ceria dan bermanja dengan kami."

"Apa adek tidak pernah mendapati dia termenung misalnya," tanya dokter ke Adillah.

"Beberapa minggu ini Sasha selalu murung di sekolah, Dok. Hampir setiap hari dalam proses belajar mengajar dia sering melamun sampai pulang sekolah. Bahkan dia selalu tidak mendengar jika kita diberi tugas sekolah, dan Sasha selalu lupa kalau ada tugas, sampai-sampai Sasha sering nabrak tong sampah di sekolah karena berjalan pun dia sering melamun. Otaknya saja yang encer sehingga Sasha tidak pernah ketinggalan mata pelajaran, hanya raganya yang hadir di sekolah tapi jiwanya entah kemana," jelas Dillah dengan raut kesedihannya.

"Yaa Allah! apa yang sebenarnya menimpa Uinku, mengapa aku sampai lalai menjaganya," batin Azzam.

"Yaa Allah, apa sebenarnya yang terjadi dengannya, Pah?" ucap mama Zanna ditengah isak tangisnya.

LOVE in SILENCE  **End** Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang