⏭️ Part 4

12.1K 739 20
                                    

Tanpa pamit dan tanpa bicara apapun Sasha meninggalkan keluarganya yang masih makan keluar dari rumah dan menunggu Adillah, untuk saat ini dia ingin menghindari keluarganya, terlebih ucapan Azzam selalu saja terngiang ditelinganya, bukan perkara mudah baginya menjalani semuanya, semakin hatinya ingin berlari semakin erat pula perasaannya menjeratnya.

"Selamat ... selamat, akhirnya bisa menghindar setidaknya untuk malam ini," batin Sasha.

Mereka yang masih menikmati makan malam merasa heran, tidak biasanya sasha seperti itu. Azzam yang sudah selesai makan, keluar menyusul Sasha yang masih menunggu Adillah yang katanya sudah masuk kompleks tapi belum muncul juga.

"Uin, kamu kenapa, Hmmm?" tanya Azzam yang berdiri disampingnya.

"Emangnya aku kenapa, Kak?" tanyanya balik, untuk mengusir rasa gugupnya.

"Gak biasanya main nyelonong aja, Dek."

"Maaf Kak, Aku buru-buru soalnya." lirihnya membuang pandangannya.

Tidak lama kemudian mobil Adillah sudah berada di depan mereka, Sasha segera masuk ke dalam mobil tanpa pamit lagi ke Azzam, membuat Adillah mengerjap bingung.

"Kok kamu naik, Sha? aku kan mau ke rumah kamu." tanya Dilla heran.

"Jalan aja dulu, please!!" mohon Sasha.

Adillah hanya menurut saja, pelan dia menginjak gas mobilnya dan meninggalkan Azzam yang terdiam melihat tingkah adiknya.

Sebelum keluar dari kompleks, Sasha menelpon Papanya kalau dia ke rumah Adillah mengerjakan tugasnya, kemungkinan dia akan menginap di rumah Adillah.

"Ini yang pertama kalinya bungsuku berulah seperti ini, pasti ini gara-gara tadi siang, matanya saja sampai bengkak gitu," ucap Pak Abrisam sedikit marah.

Ya mereka semua mengira kalau Sasha ngambek gara-gara mau dinikahkan dengan Azzam, namun Azzam berpikir kalau bukan itu penyebabnya, pasti ada yang disembunyikan Sasha dari mereka.

"Sha, mata kamu kok sembab gitu, ada apa sebenarnya sha?" tanya Adillah penasaran.

Sasha membuang pandangannya kearah jendela mobil menikmati megahnya pemandangan malam kota Jakarta.

"Sha! kamu baik-baik saja kan?"

Sasha masih terdiam, masih sibuk dengan pikirannya.

"Shaa!!"

"Gak ada apa-apa kok, Dil." lirihnya.

"Terus kenapa langsung nyosor masuk ke mobil, aku kan mau ke rumah kamu."

"Jangan bertanya dulu, Dil. Masih pusing nih dan kamu gak usah tau ya, Please!!"

"Mati penasaran dong akunya."

"Entar aku tambahin di batu nisan kamu kalau kamu mati penasaran," seloroh Sasha.

"Sahabat macam apasih?" umpat Adillah. baru kali ini dia melihat sahabatnya sesedih ini, sayangnya Sasha anaknya begitu tertutup meskipun sudah bersahabat sekian tahun lamanya, dan Adillah tidak berani mengoreknya karena menurutnya itu privasi Sasha sendiri.

"Lebih baik kita mikirin tugas kita, oke! ini lebih berbahaya dibanding dengan masalah aku," elaknya ke Dillah.

Mereka berdua kini memasuki pekarangan rumah Dillah yang cukup luas, bisa dibilang Dillah juga anak orang yang berada.

Tanpa babibu lagi setelah masuk ke kamar Dillah, Sasha segera meraih laptop yang ada di meja belajar dan mulai mengerjakan makalahnya, dengan konsentrasi penuh melupakan sejenak kesahnya. Tidak butuh waktu lama Sasha menyelesaikan dua sekaligus makalah dengan otak encernya.

LOVE in SILENCE  **End** Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang