⏭️ Part 12

17K 945 14
                                    

Setelah selesai Azzam kembali ke menu utama dan berniat menutup laptop tapi lagi-lagi matanya mengarah ke sebuah folder yang bertuliskan nama Sasha di desktop laptop tersebut.

Karena rasa penasarannya Azzam pun membuka folder tersebut.

▶️

"Inikan di Raja Ampat," gumam Azzam. kini mata dan pendengarannya dia fokuskan pada video itu.

Dalam diamnya Sasha menitikan air mata kesedihannya dan memeluk erat Adillah sahabatnya. Sontak membuat Dillah terkejut dengan respon Sasha yang seperti ini, dia pun membalas pelukan Sasha memberikan ketenangan pada sahabatnya itu meski dia tidak tahu ada apa sebenarnya.

"Apa benar kamu bisa aku percaya? Apa benar kamu bisa membantuku, kamu tidak akan cerita kecuali hanya kita berdua yang tau?" tanya Sasha memastikan.

"Sha, berapa lama kita bersahabat? apakah selama persahabatan kita kamu tidak bisa menilaiku?"

"Baiklah aku akan menceritakannya, karena aku juga sudah tidak sanggup memendamnya sendirian, tapi kamu jangan memotong pembicaraanku sebelum aku selesai, dengarkan dan resapi apa yang kurasakan."

Sasha menarik nafas dalam-dalam, sejenak menenangkan pikirannya. dengan arah pandangan ke laut Sasha pun menceritakan keluh kesahnya ke Adillah sahabatnya.

"Dill, sejak naik ke kelas 11 aku menyimpan perasaan padanya."

Sasha terdiam sebentar membuat Dillah semakin bingung.

"Sejak saat itu, aku menyalah artikan bentuk perhatian dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku. Dan sejak saat itu perasaanku mulai tumbuh perlahan-lahan tanpa bisa aku cegah, padahal aku sadar kalau aku salah mengartikan perlakuannya. Aku sadar kalau itu tidak mungkin terjadi sampai kapan pun, hingga sampai detik ini," cerita Sasha ditengah isak tangisnya.

"Sha??"

"Dill, hampir dua tahun kubawa rasaku yang terpendam, hampir dua tahun aku mencintai dia dalam diamku. Rasanya sesak, Dill." Isak Sasha menekan dadanya.

"Awalnya aku hanya mengira kalau itu hanyalah perasaan sesaat saja, aku kira semuanya hanya obsesiku saja, hanya cinta monyet semata dimana umurku yang masih labil dan belum saatnya mengenal kata cinta, tapi semakin hari aku semakin mencintainya dan itu sangat menyiksaku. Karena apa yang aku lakukan itu salah besar, cinta dan perasaanku bukan pada tempatnya, Dill. Dan aku tidak bisa melawan perasaanku, sebanyak apapun aku mencoba aku tidak bisa, sampai detik ini perasaan itu terus menerus membuncah, sampai akhirnya dia menjatuhkan hati pada wanita lain yang membuatku semakin tidak berdaya, Dill. Tanpa bisa aku kendalikan, pada akhirnya aku mencoba terus mencoba melawannya dan aku kalah oleh perasaanku sendiri, aku down, drop dan akhirnya koma," tutur Sasha dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

Dillah tidak bisa lagi membendung air matanya, dia memeluk erat tubuh Sasha yang bergetar hebat akibat tangisannya.

"Keluarkan semuanya, Sha. Jangan kamu pendam lagi, aku Adillah akan selalu berada disisimu, Sha."

"Ingat kan ketika kamu datang ke rumah mau ngerjain makalah, tapi aku malah masuk ke mobil kamu?" lanjut Sasha.

"Iya aku ingat Sha, itu beberapa bulan yang lalu."

"Pada hari itu dia mengatakan padaku jika akan mengenalkanku pada seseorang yang nantinya yang akan dia peristri, dan saat aku pura-pura tertidur dia bergumam di dekatku dan berkata kebahagian kamu kebahagian kakak juga, semoga kebahagian kakak, menjadi kebahagian kamu juga, besok kakak akan mengenalkan kamu dengan kekasih kakak, dia sangat cantik, kakak mencintainya." lagi Sasha menekan dadanya menghalau perih.

"Aku sakit, Dill. Benar-benar sakit, seolah bukan lagi bumi yang aku pijak."

"Mereka sering bermesraan di depanku, Dill. bahkan yang terakhir ketika kita di area bioskop kamu ingatkan, Dill? aku tidak bisa menyalahkan mereka karena ini sepenuhnya kesalahanku,
tapi hatiku? aku tidak akan bisa menang melawan perasaanku, Dill. Sakit tapi tidak berdarah."

LOVE in SILENCE  **End** Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang