⏭️ Part 11

16.7K 922 41
                                    

Meski tidak berselera makan Azzam tetap menghabiskan nasi di piringnya, setelah makan masih tetap duduk di tempatnya menanyakan adiknya. Sebenarnya sedari tadi juga Azzam heran sampai selesai makan Sasha belum juga muncul, dan bukan kebiasaan Sasha jika telat makan makan malam.

"Pah! Uin kemana, kok tidak turun makan?" tanyanya.

"Emang kamu belum tau?" sela mama Zanna.

"Tau apa, Mah?" tanya Azzam balik.

"Sudah tiga hari ini adik kamu meninggalkan indonesia," timpal Pak Abrar.

Sejenak Azzam tertegun mendengarnya, kenapa tidak ada yang memberitahukan dirinya.

"Kok bisa, Pah? Aku kok tidak tau." tanyanya masih terlihat terkejut.

"Berarti dia berangkat empat hari sebelum pernikahan aku dong, Pah.
Apakah dia berniat tidak menghadiri pernikahanku?" tanya Azzam ke Papanya.

"Jadwal masuk Uin tiga hari sebelum hari pernikahan kamu, jadi bukan sengaja dia, justru Uin sangat menyesalkan tidak bisa menghadiri pernikahan kamu yang batal itu," ledek Pak Abrar.

"Memang Uin tidak ngabari kamu, Nak?" Tanya Mama Zanna.

"Enggak, Mah. Ini saja baru tau dari kalian, Ayah-Bunda juga tidak ngomong apa-apa soal Uin." lirih Azzam lagi-lagi merasa kecewa.

"Mungkin kamu terlalu sibuk dengan urusan pernikahan kamu, jadinya kamu tidak memperhatikan adikmu lagi," timpal Pak Abrar membuat Azzam benar-benar tersentil dengan ucapan papanya.

"Kalian mengizinkan Uin kuliah di luar negeri, Pah?"

"Mau bagaimana lagi, anaknya ngancam koma lagi kalau tidak dituruti," jawab Pak Abrar asal.

"Terus, Uin kuliahnya dimana?" tanyanya menggebu.

"Itu dia, Zam. Yang membuat Mama dan Bundamu sedih, Sasha tidak mau bilang ke kita dia mau kuliah dimana, dia hanya meminta kepercayaan kita, katanya ya kalau kami berempat ngotot mau tau, lebih baik dia sakit lagi dan koma sekalian bertahun-tahun tidak bangun katanya," timpal mama Zanna yang mengeluarkan air mata buaya.

"Kok segitunya, Mah? apa terjadi sesuatu dengannya, ya?" gumam Azzam.

"Entahlah hanya Sasha dan Tuhan yang tau." jawab mama Zanna lagi.

"Kok baru sekarang nyarinya, Nak? selama ini kamu kemana?" sindir Pak Abrar.

"Maaf Pah," lirih Azzam menunduk.

"Papa heran deh, kamu baru nyari dia saat kamu terpuruk, dulu-dulu aja disaat adik kamu membutuhkanmu, kamu gak pernah lagi ada untuknya. Kamu sudah tidak memperhatikan dia lagi, kamu tidak taukan kapan dia UN, kapan dia penentuan, dulu jauh sebelum kamu pacaran dengan Amirah beraknya Sasha aja kamu tau," lagi Pak Abrar menyentilnya.

Azzam benar-benar tersentil dengan ucapan Papanya, tidak ada gunanya menyesali lagi, semua sudah terjadi.

"Saking sibuknya kamu dengan kekasihmu, bahkan adikmu keluar negeri kamu tidak tau. Ngambekkan dia dan kami semua yang kena imbasnya tidak boleh tau dia kuliah dimana?" timpal mama Zanna.

"Maafkan Azzam, Mah. Aku pamit ke sebelah dulu, mau ngomong sama Ayah siapa tau dia tau," pamit Azzam.

"Nak, bagaimana kalau kamu tinggal disini saja menemani Papa dan Mama?" usul Pak Abrar, mereka berdua benar-benar kesepian semenjak ditinggal putri manjanya.

"Iya Pah, nanti Azzam izin ke Ayah dulu."

Setibanya di rumahnya Azzam mencari-cari  keberadaan ayahnya.

"Ayah dimana Bund?" tanya Azzam ke bundanya.

"Lagi di ruang kerja, Nak."

Azzam kembali berjalan ke ruang kerja ayahnya dan mengetuk pintunya.

LOVE in SILENCE  **End** Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang