Tidak lama kemudian mobil Azzam memasuki Area Hotel, sesampainya di depan lobby mereka keluar dari mobil, tidak lupa Azzam meminta tolong ke satpam supaya mobilnya diparkir di tempat parkir khusus Hotel.
Semua staff Hotel mengenali mereka berdua, dan menunduk hormat kepada anak pemilik Hotel.
"Uin, Kakak antarnya sampai disini aja ya, Kakak menunggu di ruangan Papa, kalau acaranya sudah selesai hubungi Kakak, okey!!" pesan Azzam yang hanya diangguki oleh Sasha. Lalu Azzam kembali menoleh ke staff hotelnya.
"Oh .. iya, Mbak! tolong antarkan adik saya ke party temannya," perintah Azzam ke salah satu staff Hotel yang berdiri tidak jauh darinya.
"Baik, pak Azzam." Balas staff Hotel tersebut.
Akhirnya Sasha bisa bernafas lega, sedari tadi detak jantungnya memacu berdetak tidak karuan berada disamping Azzam. tanpa menoleh lagi Sasha melanjutkan langkahnya ke Ball room hotel tempat diadakannya pesta. Sedang Azzam sendiri bertolak ke ruangan Papa Abrar menunggu hingga pesta usai.
"Pertanda apakah ini? mengapa akhir-akhir ini aku baper sama Kak Azzam, setiap perkataanya, perlakuannya, perhatiannya, kasih sayangnya, membuatku jadi tidak menentu. Tidak mungkin kan aku menyukainya sebagai lawan jenis bukan sebagai adik ke kakaknya, Yaa Allah ini tidak boleh terjadi," batin Sasha.
Acara ulang tahun yang diadakan di Hotel berbintang itu cukup meriah dan berlangsung sampai tengah malam, Azzam sudah mengantuk berat dan rasanya sudah tidak sanggup menyetir mobilnya pulang, Ia pun menghubungi staff Hotel yang tadi di suruhnya untuk mengawasi Sasha dari jauh.
"Apakah pestanya masih lama?" tanya Azzam dibalik telepon.
"Sepertinya masih ada serangkaian acara lagi, Pak." Jawab si penerima.
Azzam kemudian menyuruh staff Hotel menyiapkan kamar untuk mereka berdua, kamar khusus milik Pak Abrar dikala lelah bekerja tepatnya disamping ruang kerja Pak Abrar sendiri. Tapi di kamar itu hanya ada satu tempat tidur dan juga sofa. Azzam tidak berani membiarkan Sasha tidur sendirian di kamar lain meskipun nantinya dia akan tidur di sofa. Azzam sadar meskipun Sasha adik sepupunya tapi mereka berdua bukan mahram, apalagi Sasha sudah beranjak remaja.
Bukan hanya Azzam saja, tapi kedua adik laki-lakinya, Muaz dan Azzal. Meski mereka sangat menyayangi adik sepupunya, layaknya Bunda mereka yang melahirkan Sasha tapi mereka juga tau batasan. Berbeda dengan Sasha yang belum mengerti dengan batasan itu karena memang dirinya merasa jika ketiga Kakaknya itu seperti saudara kandungnya sendiri. Mungkin karena hanya dia satu-satunya anak perempuan keturunan Hadinata makanya dia sangat manja kepada keluarganya walaupun sering menjadi korban kejahilan kakak-kakaknya.
Sampai pada akhirnya selesai lah seluruh rangkian acara tersebut, Sang staff menghampiri Sasha dan memberitahukan kalau Azzam sudah menunggunya di kamar.
"Kok nginap sih, bisa berabe nih gak tidur-tidur semalaman kalau begini, apa lagi tidur bersama, masa iya sih?" gumam Sasha mendumel, untungnya pegawai hotel tidak mendengarnya.
Sasha melangkahkan kakinya menuju ke kamar tempat Azzam menunggunya. Dia menyembunyikan rasa gugupnya ke Azzam dan berlalu masuk setelah Azzam membukakan pintu kamar.
"Kakak sudah menelpon Papa dan Ayah kalau kita nginap, soalnya Kakak sudah ngantuk banget tidak sanggup nyetir. Bersihin diri kamu, ini pakaian ganti malam ini, dan ini untuk besok," Jelasnya ke Sasha.
Sasha meraih pakaian gantinya dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sekeluarnya dari kamar mandi Sasha sudah mendapati Azzam terlelap dalam tidurnya di sofa. Lama berdiri memandangi Azzam, menanyakan kehatinya sendiri, perasaan seperti apakah yang dimiliki untuk Kakaknya ini. Walau berkali-kali hatinya menyangkal tapi perasaan itu sungguh berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE in SILENCE **End**
RomanceDiusia yang masih belia, seorang gadis diam-diam memendam perasaannya sendiri kepada seorang laki-laki yang usianya terpaut jauh darinya, yang tak lain adalah kakak sepupunya sendiri anak dari kakak ayahnya. Ketika sang cinta melabuhkan hatinya kepa...