⏭️ Part 7

12.5K 783 13
                                    

Kini oksigen Sasha sudah terlepas dan alat bantu lainnya, tinggal infus saja yang masih terpasang. Sasha sedari tadi hanya diam saja, mengapa harus Azzam yang menungguinya, mengapa bukan Mama dan Papanya atau yang lainnya. lagi semua berputar diingatannya betapa Azzam sangat mencintai Amirah dan dia sadar akan hal itu, bagaimana pun dia mengelak tapi hatinya tidak bisa berbohong.

Rasanya dia tidak bisa bertahan terus-menerus jika seperti ini. Sangat sakit rasanya memendam perasaan yang tidak akan mungkin akan terbalas, selain Azzam telah menjatuhkan hati pada wanita lain ada ikatan erat yang menghalangi perasaan itu sampai ke tujuannya.

"Uin kamu mau makan? kakak suapin ya!" tawar Azzam.

"Gak lapar, Kak." tolak Sasha membuang pandangannya dari Azzam, entah mengapa tapi melihat wajah Azzam perasaannya semakin sakit.

"Dua minggu loh kamu gak makan, sayang."

"Tapi Sasha gak lapar, Kak." elaknya lagi masih membuang pandangannya.

"Kamu ngantuk gak, Uin?"

"Enggak, Kak. ada apa?" lirih Sasha.

"Kakak kangen banget, Uin."

Sejenak Sasha terdiam, memberanikan diri menatap Azzam. "Terus?"

"Ya kangen aja, secara gitu dua minggu gak bangun-bangun."

"Selama berminggu-minggu ini kakak kemana saja? Jangan sok-sok kangen deh Kak, geli tau dengernya." Sarkas Sasha kembali membuang pandangannya.

"Maaf." hanya satu kata itu yang bisa Azzam ucapkan.

"Kamu gak mau cerita nih sama Kakak?" Tanya Azzam setelah sejenak terdiam.

"Tentang?"

"Kamu."

"Ada apa denganku?"

"Punya masalah itu ya diceritain, Uin. Bukan dipendam, selama ini katanya kamu melamun terus di sekolah, lupa tugas, nabrak tong sampah, nabrak guru ganteng, apa jangan-jangan kamu mikirin guru baru kamu ya?" cerca Azzam.

"Yeee, sembarangan. Mana ada mikirin guru baru, uda om- om juga. Lagian ya, kak. Sasha tuh ga ada masalah deh, kalau lagi melamun itu ya mikirin masa depan saja," bohongnya.

"Memangnya masa depan seperti apa yang kamu inginkan?"

Lagi Sasha terdiam menunduk, "Hanya satu inginku Kak, membangun masa depan bersamamu," batin Sasha.

"Sha!"

"Sebenarnya sih--"

"Apa?"

"Tapi, jangan bilang-bilang ya, cukup kakak aja yang tau. Oke?"

"Janji," lantang Azzam.

"Pengen nikah sekarang," seloroh Sasha.

Azzam melongo membulatkan matanya mendengar pengakuan Sasha, dia tidak habis pikir dengan pemikiran adiknya, "apakah ini efek depresi?" batin Azzam.

"Kamu serius, sayang?"

Sasha terkekeh dibuatnya, melihat wajah cengo Azzam yang nampak terlihat lucu di matanya.

"Kok malah tertawa?"

"Sasha bercanda, Kak. Aku gak mau cerita ah entar Kakak kasi tau yang lain."

"Kakak janji, sumpah ini rahasia kita berdua," ucap Azzam.

Sasha pun mulai mencurahkan isi hatinya ke Azzam tapi dengan mengecohnya, tidak mungkin jika dia harus jujur, pikirnya. Biarlah dia memendam perasaanya sendiri hingga lelah, meski kedepannya nanti selalu saja merasakan sakit. Bukankah ini konsekuensi yang harus dia terima, dengan lancangnya membiarkan perasaanya tumbuh menjalar pada pria yang tidak mungkin dan tidak akan pernah menjadi masa depannya. Meski harus berkali-kali menekankan dalam hatinya bahwa Azzam adalah Kakaknya. Kakaknya, tidak lebih.

LOVE in SILENCE  **End** Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang