31. Penyesalan

11.8K 1.2K 1.1K
                                    

Astagfirullah, tanggal 26 hiks😭 FG belum tamat ya Allah 😭😭

Istigfar dulu hayuk sebelum tertawa melihat penderitaan dari seorang ZAID 😤

Kita sholawat dulu ya biar berkah 🥰❤

1

2

3

Cekidot...

•••

Tanpa terasa sudah dua bulan Shira meninggalkan Zaid. Awalnya Zaid biasa saja tanpa kehadiran Shira dan anaknya. Hingga minggu pertama rasa sepi mulai melanda. Meski Cyra masih ada di rumahnya, tetapi entah mengapa ia merasa rumah ini bukan rumah seperti dulu. Untung saja masih ada pembantu tetap mereka yang ikut tinggal bersama dan kerap juga Aisyah dan Firhan ikut tidur di rumah Zaid agar fitnah dari luar tidak terjadi.

Semakin hari, dua minggu, tiga minggu hingga dua bulan tepat di hari ini Zaid telah membenci lisannya.

"Gue gak habis pikir sih lo nyia-nyiain Shira, kalau lo gak mau gue siap gantiin lo! Gue gak bakalan sebodoh lo yang bakalan mengecewakan istri lo yang baiknya gak ketolongan," ucap Legi tak percaya dengan kelakuan sepupunya.

Zaid sekarang menjadi tidak terkontrol, wajahnya suram tidak ada canda gurau seperti dulu. Jika kantor ini dulunya penuh tawa kini semua berubah saat bos mereka galau gunda gulana setiap hari.

"Gue harus apa? Sekarang gue gak tau harus gimana!" ucap Zaid lirih.

"Boleh tau gak kenapa Mas Zaid sampai bisa berucap menyuruh Shira pergi?" ujar Wawan pelan takut menyinggung.

Zaid menghela nafasnya pelan.

"Waktu itu gue gak terkendali sama sekali Wan! Gue liat Shira lagi bentak Cyra, dalam hal apapun Cyra gak salah. Yang salah gue, Cyra gak bakalan bisa masuk dan bikin gue goyah kalau guenya gak lemah!"

Satria, Kemal serta Legi terdiam. Wajar menurut mereka jika Zaid lemah karena pada masa itu Zaid begitu mencintai Cyra dan cinta pertama itu sangat sulit dilupakan.

Wawan menatap Zaid tak percaya, " Mas, coba Mas pikir biar jika ada kesempatan Mas gak akan nyakitin Shira lagi!" ujar Wawan. Memang hanya Wawan yang bisa memberikan Zaid tamparan keras serta solusi tak seperti Kemal, Satria ataupun Legi.

"Coba Mas pikir, sebelum Mas sama Shira nikah. Entah berapa banyak lelaki yang menyukai cantiknya wajah Shira?"

Pertanyaan pertama, Zaid menunduk. Ya, Wawan benar. Tentu saja ramai yang jatuh cinta dengan wajah cantik istrinya.

"Berapa banyak lelaki yang tertarik dengan senyum indah yang hanya terdapat pada dirinya?"

Pertanyaan kedua, Zaid semakin menunduk. Sedangkan yang lainnya langsung intropeksi diri, pantas saja kisah cinta mereka selalu gagal karena memang mereka tidak puas hanya dengan satu perempuan.

"Berapa banyak yang menginginkan dia?"

"Wan! Lo nyindir Zaid atau nyindir gue sih?" ucap Legi kesal.

"Kaga bro, dia nyindir kita semua. Tenang aja, lo gak tersindir sendirian!" ujar Satria pelan sambil menepuk pundak Legi.

"Engga, Wawan cuma ngasih pemahan sama Mas Zaid agar lebih menghargai yang sudah ada dan tidak mendambakan dia yang sudah jelas bukan milik kita!" jelas Wawan tegas.

Mereka berempat terdiam, teruma Zaid.

"Jawab Mas!" ucap Wawan tegas.

"Banyak Wan, bahkan yang lebih dari gue ada!" ujar Zaid lemah. Zaid semakin terpuruk. Tidak ada penyesalan yang menyenangkan.

Mereka sedang berada di ruangan Zaid pada jam makan siang, Kemal serta Satria menatap Zaid kasihan. Mereka tak pernah melihat Zaid sehancur ini.

"Jadi gue salah?" ungkapnya lirih.

"Ya gimana ya, pas lo ceritain masalahnya gue gak nyalahin Shira. Kalau gue jadi Shira mungkin lebih parah, contohnya sebelum pergi gue bakalan tampar Cyra bolak balik dan sleding pusaka lo dengan kuat. Tapi Shira baik men, gue yakin ramai yang menunggu jandanya," jelas Satria yang membuat Zaid semakin terpuruk.

Wawan mengelus pundak Zaid pelan, memang temannya ini mengatakan fakta tetapi hal itu malah semakin membuat Zaid membenci dirinya sendiri.

"Mas," ucap Wawan sedih.

Zaid menatap Wawan dengan mata berkaca, ia rindu dengan suara lembut istrinya. Sikap manis serta sifat Shira yang selalu membuatnya terpana, ia juga sangat merindukan malaikat kecilnya.

"Gue harus apa Wan? Gue nyesel, gue emang gak punya otak!" ungkapnya marah pada dirinya sendiri.

"EMANG! BARU NYADAR LO?! LO NYAKITIN DIA ZAID! LO NYAKITIN ORANG SEBAIK SHIRA! GUE KECEWA SAMA LO, GUE KECEWA!!"

Mbak Ayu berteriak keras tepat di telinga Zaid, tapi itu tak menjadi masalah baginya. Mbak Ayu benar, ia yang salah. Bodoh sekali ketika ia sudah diperingati lewat mimpi dan ia tetap tidak sadar bahwa mimpi itu hadir agar Zaid tidak melakukan kesalahan itu!

"Gue nyesel Wan, gue nyesel! Gi, please bantuin gue nemuin Shira. Gue pengen dia pulang Gi, BangSat bantuin gue please! BangKe bantuin gue! Bantuin gue temuin Shira!"

Zaid tak mampu membendung tangisnya, seorang Zaid menangis untuk yang kedua kalinya oleh perempuan.

"Gak heran sih lo nyesel, Shira cantik luar dalam. Kalau dia jadi janda pasti rame yang antri termasuk gue pun bakalan antri!" ujar Kemal jujur.

"Shira janda kembang, asek!" Legi menyanyikan dengan bernada membuat Zaid semakin terpuruk. Membayangkan Shira menjadi milik orangain saja tidak bisa, apalagi jika itu menjadi kenyataan.

"Jangan gitulah, kan gue capek aamiinnya jadi gimana?" ujar Kemal bahagia begitu pula Satria.

Wawan menggeleng pelan, ia menepuk pundak Zaid pelan.

"Coba inget lagi siapa kira-kira yang bisa Mas minta tolongin," saran Wawan. Zaid berpikir sebentar, siapa yang bisa ia minta tolong selain teman laknatnya?

Hingga entah mengapa tiba-tiba Agam terlintas di otaknya. Tapi bagaimana caranya ia menemukan Agam?

"Wan, gue tau siapa yang bisa nolongin gue!" ucap Zaid senang seperti menemukan harapan.

Sedangkan di lain tempat, seorang wanita sedang terduduk diam di depan teras rumah sambil menguapi anaknya yang masih beliya.

"Dek, Mas jadi ayah dari Zaira boleh ya?" ucap sosok lelaki yang kini mengajar di pondok pesantren Ibrahim.

Wanita itu menggeleng, sosok yang sekarang masih menjadi suaminya tetap Raja di hatinya meski hatinya sudah dihancurkan. Wanita itu adalah Shira.

"Tapi kenapa? Zaira butuh sosok ayah dan Zaid tidak pantas buat kamu!" ucap Agam lirih.

Seandainya saja surat yang selalu Agam kirim itu sampai di rumah Shira mungkin saja ia dan Shira sudah menikah sekarang.

"Ayahnya Zaira hanyalah Mas Zaid dan akan selalu seperti itu, meski kami sudah tidak tinggal bersama tapi di hati Shira dia masih Rajanya Mas Agam. Rajanya Shira hanya sedang di masa tersesat dan Shira berharap ia segera cepat pulang," jelas Shira lirih.

Hatinya hancur, patah, remuk, tapi bodohnya ia masih mengharapkan Zaid kembali.

Ya, kamu masih raja di hatiku. Aku mohon, jemputlah aku dan anak kita. Aku mohon padamu, Rajaku. Kita bangun keluarga harmonis lagi, demi masa depan malaikat kecil kita.

"WAN GUE HARUS CARI SHIRA!" ucap Zaid dengan penuh tekat.

To be continue...

Emm sebenarnya gak mau up tapi kan dah janji 🥺 maaf kalau kurang puas sama part ini 😭 thanks to 1k+ komen di chapter sebelah 🥺🥺

Apa ada keluhan buat

Zaid

Shira

Cyra

Agam

Next kapan? Semakin mendekati ending ❤✨

Family Gaje II - After Baby [ End  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang