26. Perhatian lebih

4.1K 897 1K
                                    

Ayok istighfar ges, sholawat juga do'ain jariku gak capek ngebut ngetik ending biar kalian gak greget😶

1

2

3

•••

Malamnya, mereka makan malam bersama dengan suasana berbeda kali ini. Jika dulunya mereka makan malam di penuhi dengan suara ceria serta dalam suasana hangat indahnya keluarga harmonis, kini tidak. Shira menyuapi Zaira dengan penuh kasih sayang diruang keluarga, tak mau melihat kedua sosok yang sedang duduk di meja makan.

Dulu Zaid akan berpindah dan makan bersama Shira dan Zaira di ruang keluarga namun sekarang tidak.

"Makan Mas," ucap Cyra pelan dengan senyum simpul. Zaid mengangguk pelan, mereka memakan makanan dengan nikmat, tidak seperti Shira yang terus-terusan mencoba berpikir positif. Berusaha untuk percaya bahwa hubungannya dan Zaid akan baik-baik saja.

Mbak Ayu yang duduk nongki di tangga melihat Shira sedih, bagaimana bisa ia membiarkan orang baik itu bersedih?

"WOI!" pekik Mbak Ayu kesal tepat ditelinga Zaid membuat sang empunya kaget.

"Wah si ustadz mulai pedekate sama madu ya? Sampe gak liat kalau istrinya makan sambil nangis, parah sih!" sindir Mbak Ayu keras. Zaid menoleh istrinya yang menyuapi anaknya dengan telaten.

Nangis? Engga kok, malah senyum itu.

"BEGO! TUH BIBIR EMANG SENYUM, TAPI COBA LO LIAT TATAPANNYA! PERASAANNYA! HATINYA NANGIS!" pekik Mbak Ayu lagi, ia akan melindungi Shira dari kesedihan.

Zaid menggeleng pelan, ia kenal istrinya. Mana mungkin Shira seperti itu, benarkan?

Setelah kurang lebih lima belas menit, Zaid dan Cyra telah menyelesaikan makan malam mereka. Cyra segera mengambil lap untuk membersihkan meja, ia juga menyusun piring-piring kotor untuk di cuci namun langsung di hentikan oleh Zaid.

"Engga Cyra, kamu tamu. Biar Shira yang bersihin, kamu duduk aja di ruang keluarga. Aku mau cari kotak P3k dulu, nanti aku suruh Shira untuk obatin luka kamu ya?" ucap Zaid lemah lembut.

Ada yang tercabik-cabik, ada yang remuk, patah bahkan hancur di dalam diri Shira. Bagaimana mungkin suaminya bisa memberikan perhatian lebih seperti itu, atau ia yang berlebihan?

"Yang, bersihin ya. Aku mau ke kamar dulu cari kotak P3K buat obatin luka Cyra!" ujarnya. Shira mengangguk dengan senyum kebanggaannya.

Munafik sekali dirinya, bisa-bisanya ia tersenyum saat hatinya sedang menjerit kesakitan.

Shira menghela nafasnya pelan, setelah mengurus dan memastikan  anaknya kenyang. Zaira di letakkan di ruang keluarga  di dalam tempat khusus yang berisikan mainan milik gadis kecil kesayangannya itu.

Setelah itu, ia membersihkan makanan yang tersisa. Mencuci semua peralatan makan yang kotor serta mengelap meja.

"Habis?" gumam Shira pelan melihat nasi serta lauk pauknya habis. Padahal ia belum makan malam!

Zaid yang keluar dari kamar mereka langsung Shira panggil untuk bertanya.

"Mas, nasi sama lauk buat Shira makan disimpen Mbak Cyra dimana?" tanya Shira pelan, Zaid tertegun. Ia lupa jika istrinya belum makan.

"Astagfirullah Mas lupa Sayang, tadi Mas habisin karena Cyra bilang udah kenyang. Mas lupa kamu belum makan," ucap Zaid, Shira tertegun. Tapi lagi-lagi senyuman itu yang terukir.

"Gapapa Mas, Shira beli nasi goreng aja di depan komplek."

Zaid meletakkan kotak P3K tersebut di atas meja makan dan berjalan ke kamarnya lagi untuk mengambil dompet.

Family Gaje II - After Baby [ End  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang