17. Homesetan

4.8K 973 94
                                    

Astagfirullah astagfirullah astagfirullah aku capek :) Terima kasih antusias kalian yang udah mau masuk gc Family gaje, makasih juga parmin alias para mimin yang udah mau bantuin aku 😭

Istighfar, sholawat juga.

1

2

3

Cekidot....

Hari ini Zaid sangat senang, meski kepalanya sudah sangat panas ia tetap tersenyum karena transfer sudah ia terima dari kliennya itu.

Sekarang sudah gelap, Zaid akan pulang ke rumahnya. Zaid ingin sekali tidur lalu memeluk Shira dan juga menistakan anaknya sendiri.

Zaid masuk ke dalam mobil miliknya, mulai menghidupkan mesin dan mobil itu pun berjalan menuju rumah. Zaid lupa akan satu hal, ini sudah gelap.

"Astagfirullah Mbak Kunti family!" ujarnya kaget saat ingat bahwa kebiasaan Mbak Kunti dan Bang Ocong yang menunggu kepulangannya di depan rumah kosong.

Zaid menggigit bibirnya greget, ia harus berpikir bagaiamana caranya ia bisa melewati rumah kosong Mbak Kunti tanpa harus gibah dulu sama setan-setan disana.

Zaid mengintip dari jarak yang lumayan jauh, disana ada Mbak Kunti dan juga tukang sate.

"What??" ucap Zaid heran.

"Ngapain tuh tukang sate? Gak liat apa si Mbak Kunti gak ada kaki?" ucapnya lagi.

Zaid menyipitkan matanya, ia mulai memasang telinganya tajam mencoba mendengar obrolan dari Mbak Kunti dan tukang sate.

"Bang satenya sepuluh tusuk ya," ujar Mbak Kunti yang berdiri di samping tukang sate.

Bapak tukang sate mari-mari sini saya mau beli! Eh kok malah nyanyi! Bapak itu mengipas sate dengan kekuatan penuh.

"Neng setan kan? Kok pesannya dikit? Biasanya setan makan banyak tuh," Bang Sate bertanya sambil mengoleskan kecap dan saos, lalu kembali mengupas sate tersebut.

"Oh itu, tanggal tua Pak jadi beli dikit aja. Lagian itu kan yang beli setan sultan, sama mah setan pinggiran apalah daya. Syukur bisa makan enak, biasanya saya makan ulat." Mbak Kunti duduk di atas pagar besi karena capek. Setan kok bisa capek?

"Ih kok tuh orang mau jual sate sama setan! " gumam Zaid heran, dengan tekat dan hoki Zaid percaya dia bisa melewati Mbak Kunti tanpa di say hai terlebih dahulu.

"Bismillah!" ucap Zaid, Zaid pun mulai meninjak gas dan menjalankan mobilnya.

Zaid menjalankan mobil dengan pelan, kaca pun sudah ia tutup dengan rapat berharap Mbak Kunti tidak melihat. Tapi sangat disayangkan, Suster Ngesot budek itu sudah meninting Zaid sedari tadi.

"USTADZ ZAID!!!" pekiknya heboh saat mobil Zaid berada tepat di depan rumah kosong itu. Mbak Kunti dengan gerak cepat terbang dan menghalang mobil.

"Si budek ngapain lagi sih akhhh!" ucapnya frustasi. Zaid mengacak rambutnya dengan lembut, karena kalau acaknya kasar nanti rambutnya jelek terus dia gak ganteng lagi.

"Sekali aja gak apes bisa? Kenapa sih gak tabrak aja dia kan setan! Gak mungkin mati lagi!" dumel Zaid kesal dengan dirinya sendiri.

"Ustadz! Buka woi!" ucap Mbak Kunti yang sekarang sudah berada di samping kaca mobil Zaid. Zaid menghela nafasnya pelan lalu menurunkan kaca mobilnya.

"Apa?" tanya Zaid malas.

"Ohh sombong ya sekarang! Bayarin gue sate dulu nih! Kan kasian kalau nih bapak gue bayar pake ulat," ucap Mbak Ayu sambil memandang ke arah Bapak Penjual Sate.

"Ehh! Kok gue yang bayar sih Mbak?" Zaid menggeleng tak terima.

"Yaiyalah kan Ustadz manusia , apa salahnya sih sedekah sama setan? Sedekah kan baik percaya deh sama gue!" Mbak Ayu mencoba merayu Zaid.

Zaid berpikir sebentar, memang benar sedekah itu baik. Tapi kalau sedekat dengan setan? Percaya sama setan? Baik?

"Musyrik Mbak! Percaya sama setan itu Musyrik astagfirullah!" ucap Zaid heran.

Mbak Kunti mencoba menahan hawa panas yang mulai menjalar keseluruh tubuhnya saat mendengar Zaid beristighfar.

"Lo tau gue setankan? Ini, liat nih kaki gue! Eh gue gak punya kaki, ah masa bodolah nanti gue beli! Gak jejak tanah!" ujarnya greget.

Zaid mengangkat sebelah alisnya, " Ya terus gue harus bilang wow Mbak Kunti gak ada kaki loh! Mbak Kunti bisa melayang-layang loh! Engga kan?"

Mbak Kunti menggeram kesal, tangan Mbak Kunti mulai meraba-raba tubuh Zaid.

"Eh! Apa nih! Gak usah raba-raba woi! Gue masih suci ini!" ucap Zaid tak terima. Sedetik kemudian Zaid merasakan denyut yang membuatnya berteriak kesakitan.

"AKHHH! GINJAL GUE MBAK! SETAN APAAN NIH! ASTAGFIRULLAH SETAN!" pekik Zaid kesakitan sedangkan Mbak Kunti meremas ginjal Zaid gemas.

"Gue remes nih ginjal lembut kek punya gue dulu!"

Zaid mulai membaca Ayat Kursi membuat tangan Mbak Kunti terbakar, "HAAA PERGI DAH LO SANA! GUE GAK MAU MATI TIGA KALI WOI! CUKUP DUA! SANA LO SANA PULANG!" pekik Mbak Kunti kepanasan.

Zaid menjelingnya kesal, "Pak, ngapain ngasih makan setan? Mau bikin perjamuan? Bapak kalau mau ke neraka sendiri aja ya usah ngajak-ngajak, kasian noh anak bini di rumah!" ujar Zaid heran.

Bapak tua itu menoleh dan tersenyum, " Saya duda, jadi gimana?" jawabnya. Zaid menepuk keningnya pelan.

Ia menggeleng kuat, lalu kembali menjalankan mobilnya. Setan dirumahnya tidak ada yang beres, Pak tua itu pun tak beres otaknya.

"Gila gue lama-lama! Kalau gue gila, gue minta layanan VVIP lah di RSJ!" gumam Zaid kepada dirinya sendiri.

Mbak Ayu yang sedang duduk di halaman tertawa mendengarkan perkataan Zaid, " Cuma Zaid yang udah ada rencana mau gila, cuma Zaid!"

•••

Seorang pria lajang memakai baju koko, sarung serta peci di kepalanya berjalan sendirian tanpa gandengan. Dia adalah Rega Muhammad Sultan alias Legi.

Legi pulang terlebih dahulu dari kantor karena ada acara majelis yang harus ia hadiri. Dan sekarang ia sedang berjalan pulang. Untung saja acara tersebut tidak jauh dari rumahnya sehingga ia tidak perlu menggunakan motor atau mobil.

Ibu-ibu komplek yang sedang gosip memandang ke arah bujang lapuk itu sambil tersenyum.

"MasyaAllah, dari mana kamu Gi? Ganteng pisan euy." ucap salah satu Ibu-ibu tersebut.

Legi melihat kearah pakaiannya, bukannya sudah jelas kalau seseorang memakai pakaian seperti ini pasti dia dari acara keagamaan.

Legi tersenyum ke arah Ibu-ibu itu lalu mengangguk.

"Dari diskotik Bu, abis dugem. Sengaja pake baju muslim biar berkah," jawabnya. Tanpa menunggu jawaban, Legi langsung masuk ke dalam rumahnya membuat Ibu-ibu itu terdiam.

"Ih gak nyangka ya jeng, si Legi itu suka dugem,"

Gosip pun dimulai.

"Iya gak nyangka ya Bu, tapi saya juga suka dugem. Enak soalnya!" sahut salah satu Ibu-ibu membuat yang lain tercengang.

"Loh jeng kamu suka dugem? Dugemkan dosa?"

"Dugem tu bukannya singkatan durian gemuk ya? Saya suka duren soalnya!" jawab ibu itu santai. Ya, kemarin dia membaca bahwa dugem itu durian.

"Dugem itu duren? Oh oke, gajadi gosipin si Legi. Cari topik lain," sahut ibu itu.

To be continue....

Setelah 3 hari akhirnya up lagi, maaf kalau gak seru 😭 soalnya lagi Pas juga aku 🥺 maaf kalau part ini mengecewakan😭

Sekian...

Sampai jumlah di part selanjutnya ✨❤

Family Gaje II - After Baby [ End  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang