24. Di depan bus

3.6K 857 269
                                    

Ayok astagfirullah dulu beb, sholawat juga jangan lupa. Doubel up dong🤗😍❤

Absen kamu yang ke berapa bacanya?

1

2

3

•••

Setelah kurang lebih tiga hari dua malam mereka menghabiskan waktu dihutan berpetualang bersama si otan, eh maksudnya bersama si Zaid dan teman-temannya akhirnya tibalah waktu mereka untuk pulang.

Kini mereka sudah berada di kaki gunung Lawu, terdapat bus mereka disana. Untungnya bus sampai saat mereka hampir sampai jadi mereka ataupun supir bus tidak menunggu lama.

"MARI PULANG! MARILAH PULANG! MARILAH PULANG KE RAHMATULLAH!" pekik Zaid senang.

"Bahlul, silahkan pulang duluan ke Rahmatullah. Kami segenap karyawan dengan sukarela untuk tahlilan sekalian makan gratis," ucap Satria bahagia.

"Ayok bos pulang ke rahmatullah!" ucap Legi dan langsung mendapatkan tempelengan keras dari Zaid.

"Gaji kalian diujung tanduk, siap-siap aja pokoknya!" ungkap Zaid kesal. Karyawannya tidak ada yang waras!

Setelah kurang lebih dua jam lamanya duduk membuat pantat pegal, akhinya mereka sampai di halte bus depan kantor. Zaid turun dan meregangkan tubuh nya yang pegal. Sepertinya saat ia pulang nanti, diurut dengan tangan lembut milik istrinya enak nih pikirnya.

Perjalanan yang melelahkan sekaligus menyenangkan bagi Zaid. Tapi perkataan tentang ' mimpi yang jadi nyata ' masih berada di dalam benaknya.

Ucapan Firhan kembali terngiang membuat kepalanya semakin sakit. Pikirannya selalu merujuk kepada mimpi buruk yang dulu ia mimpikan.

"Astagfirullah kenapa pikiran gue malah ke mimpi buruk mulu sih!" ucapnya kesal.

Setelah turun dari bus di depan kantor. Zaid tidak langsung pulang, ia berjalan memasuki supermarket untuk membeli air karena air mineral miliknya telah ludes di minum Legi.

Awalnya semuanya biasa saja, Zaid hendak menyebrang untuk pergi ke parkiran kantor. Namun, manik matanya menatap dua orang yang sedang bertengkar. Zaid tidak perduli, sampai akhirnya ia melihat sang suami yang sudah mulai kasar dan hendak menampar sang istri, Zaid segera berjalan menghampiri sepasang suami istri itu.

"Mas, aku capek ngalah terus! Aku seolah menjadi pembantu di rumah. Adil? Ini adil yang dulu Mas janjikan kepadaku? Aku yang difitnah disini Mas! Cuma karena dia menangis membuat Mas sebegitu percaya sama dia? " pekik wanita itu.

Zaid semakin cepat berjalan, hingga langkahnya berhenti tiba-tiba. Itu adalah Adam dan Cyra. Merasa seperti de ja vu, Zaid mencoba mengingat dimana dia melihat kejadian ini. Setelah ingat, Zaid tersenyum sinis.

"Mimpi ini? Ya Allah!" ucap Zaid frustasi. Zaid sudah tau bagaimana mimpi ini berakhir dengan tragis dan ia tak ingin itu terjadi. Tapi apa ia harus membiarkan Adam berlaku kasar pada istrinya?

"TAPI KAMU KETERLALUAN CYRA! KAMU MEMFITNAH MELA SELINGKUH SERTA TIDUR DENGAN LAKI-LAKI LAIN DI BELAKANGKU TANPA BUKTI!" pekik Adam kuat lalu menampar Cyra telak.

Tamparan itu terdengar jelas di telinga Zaid, ia tak bisa membiarkan hal ini. Jadi Zaid memutuskan untuk menolong Cyra , melangkah menuju mereka dengan iringan sholawat semoga saja hal yang ia alami di mimpi tersebut tidak terulang di dunia nyatanya.

Maksud ayah ini? Mungkin kalau Ayah dan Bagas ikut, akan ada orang lain yang menjadi pelerai selain gue?

"Mas Adam marah? Mas Adam nampar Cyra? Mas Adam teriak dengan keras di depan Cyra? Astagfirullah Mas! Cyra rela, Cyra ikhlas Mas nikah lagi. Tapi Cyra gak bohong! Cyra gak fitnah Mela melakukan hal-hal itu jika Cyra tidak melihatnya dengan mata Cyra sendiri!" pekik Cyra emosi. Zaid terdiam, baru kali ini dia melihat Cyra yang ia kenal penyabar berteriak sekeras itu.

"GAK SOPAN KAM–!"

"ADAM!" pekik Zaid, tangan Adam yang hendak menampar Cyra lagi tertahan oleh tangan Zaid.

"Jangan kasar sama istri lo, inget! Gue relain Cyra sama lo karna gue nyakin Cyra bisa bahagia sama lo, tapi apa?" Zaid menatap Adam dengan tatapan marah.

Disini ia hanya mencoba membela wanita, ia hanya ingin membela yang benar bukan membela dengan alasan wanita itu adalah Cyra.

"Zaid, aku mohon jangan ikut campur masalah rumah tangga kami. Kamu udah punya istri, cukup jaga istrimu!" ujar Adam dingin. Zaid menggeleng, ia memandang Cyra. Menatapnya dengan sedih.

Sudut bibir Cyra berdarah akibat tamparan Adam. Zaid bingung, ini benar-benar sama dengan yang ada di mimpinya tapi bedanya Shira tidak ada disini.

"Kamu tenangin diri dulu, kamu ikut kerumahku aja gimana?" tanya Zaid pelan membuat Adam menggeram marah.

Cyra diam, ia tak menjawab namun sekarang ia takut dengan suaminya sendiri. Cyra mengangguk pelan, membuat Adam  semakin marah.

"Cyra! Ayo pulang sama aku, kamu jangan membantah perintah suami!" ucap Adam kesal. Adam menarik paksa tangan Cyra namun langsung dilepaskan dengan cepat oleh sang empunya.

"Maaf Mas, Cyra takut sama Mas Adam. Beri Cyra waktu, sementara ini Cyra ikut Mas Zaid dulu."

Perkataan Cyra entah mengapa membuat perasaan Zaid senang. Cyra memilihnya kali ini.

"Ayo ke rumahku, nanti aku suruh Shira buat ngobatin luka kamu. Maaf Cyra, seharusnya aku dulu tetap memperjuangkan kamu."

Zaid mengatakan hal tersebut dengan santai, mereka berdua berjalan ke arah parkiran kantor meninggalkan Adam sendirian.

Adam menatap istrinya yang pergi menjauh darinya. Adam menatap Cyra sedih, ia terbawa emosi hingga berlaku kasar dengan istrinya.

"Maafin aku Cyra, aku akan segera menjemputmu tapi mungkin tidak sekarang."

Adam pergi dari tempatnya berdiri, mereka tak sadar bahwa sedari tadi mata itu menatap ke arah mereka dengan sendu. Mendengar percakapan mereka dengan hati yang sakit.

Menatap sedih terhadap sosok lelaki yang ada disana, sedang berdiri dan melindungi wanita lain. Apakah ia boleh egois kali ini? Karna sedari dulu ia telah mengalah pada semuanya!

Wanita itu menatap kepergian Zaid dan Cyra yang melangkah berdua menuju parkiran kantor, entah mengapa tapi ia merasa kecewa. Pikirannya tidak ada yang positif melihat kedekatan diantara mereka. Padahal jelas lelaki itu adalah suaminya.

"Sebenarnya kamu masih ada perasaan atau engga sama Mbak Cyra sih mas?" gumamnya pelan.

Ya, dia adalah Shira. Shira sengaja pergi ke kantor hari ini untuk memberikan Zaid kejutan, pada saat itu Shira masuk ke dalam supermarket untuk membeli minuman namun saat ia keluar dari supermarket, pemandangan itulah yang ia dapatkan.

"Jadi aku harus apa kalau kamu masih sayang sama Mbak Cyra? Aku tidak rela cinta suamiku terbagi dua," gumamnya lagi.

Shira menggeleng pelan, ia tidak boleh seperti ini. Ia tidak boleh beramsumsi jelek terhadap suaminya. Apapun itu, ia akan tetap percaya pada Zaid dan semoga saja Zaid tidak mematahkan kepercayaan yang telah ia beri kepadanya.

Apa aku harus pergi agar kamu tau arti kehilangan?

To be continue...

Mulai tegang dan mulai meresahkan 😶

Jangan demo aku, nikmati saja alur ceritanya. Nanti pas di ending kalian bakalan lega selega leganya. 🥰🥰

Semoga suka 🥰

Next kapan?

Family Gaje II - After Baby [ End  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang