*recomend song Hug by Seventeen or play music on mulmed.
Baik Jungkook, maupun Jihyo tak pernah berpikir bahwa hari ini akan terjadi. Hari yang cukup krusial bagi mereka, sebab pada akhirnya kedua anak manusia itu memberanikan diri untuk melepaskan ikatan yang nyaris mencekik mereka. Hidup akan terus berjalan, bukan? Maka, apa yang buruk di masa lalu harus ditinggalkan untuk sebuah kehidupan yang lebih baik dan keputusan yang mereka ambil sudah bulat.
Namun, segala hal tak akan berjalan lancar di dunia ini barangkali adalah kalimat yang cocok untuk menjelaskan tentang kondisi yang tengah mereka hadapi. Bahkan tatapan menyalang dari sosok Namjoon yang berdiri di hadapan mereka mutlak menjadi sebuah ketakutan lain yang nyaris kembali membawa mereka pada rasa ragu untuk mengambil jalan yang sudah mereka tentukan.
Hoseok yang berdiri di belakang tubuh tegap pemuda itu hanya diam dengan mimik wajah yang memperlihatkan sebuah ketakutan. Bagaimana kalau Namjoon membunuh mereka berdua? Bagaimana kalau terjadi hal-hal yang lebih buruk ketimbang adegan pembunuhan atau perkelahian yang berakhir kematian? Namun sayangnya, Hoseok tak punya keberanian yang cukup untuk menjauhkan sosok itu dari hadapan Jungkook dan Jihyo yang terlihat seperti anak anjing yang ketakutan.
"Apa kau ingin membunuhku dengan bertindak konyol seperti ini?" tanya Namjoon lagi, suaranya benar-benar terdengar menakutkan. "Aku tak akan pernah mengizinkan kalian untuk pergi setelah apa yang sudah kalian lakukan,"
"Kenapa, Kak? Kami juga manusia yang punya hak untuk menentukan hidup kami sendiri," balas Jungkook tak mau kalah.
Namun, Namjoon malah tertawa terbahak-bahak hingga membuat ketiga orang yang ada di ruangan itu mengerutkan keningnya. "Apa kau bilang? Manusia?" sarkasnya, "sejak kapan makhluk rendahan yang menjual pacarnya sendiri menganggap dirinya ini manusia?"
Jungkook tertegun, begitu pula dengan Jihyo, sementara Hoseok kini membelalakan kedua bola matanya. Pemuda itu sudah melewati batas, dia sudah hilang akal, dan sudah gila. Jungkook nyaris berdiri guna melayangkan satu bogeman mentah pada wajah menyebalkan itu kalau saja Jihyo tak lebih dulu menggengam tangannya erat. Manik bulat yang seumpama semesta bagi Jungkook itu kini menatapnya lekat, seolah mengatakan untuk menahan diri padanya.
"Jangan mengatakan tentang kemanusiaan saat kau sendiri tidak benar-benar menjadi manusia," ujar Namjoon lagi, "berhentilah bermimpi dan teruskan pekerjaan kalian. Kau tak bisa hidup kalau tak punya uang dan tak akan ada yang bisa memberikan penghasilan sebesar pekerjaan ini untuk kalian yang bahkan hanya tamatan SMA."
"Bahkan manusia rendahan yang tidak bersikap sebagai manusia sekalipun berhak untuk menentukan pilihan hidupnya, Kak. Begitu pula denganmu," ujar Jihyo tiba-tiba yang sukses membuat ketiga pemuda itu mengalihkan atensinya pada gadis itu, "keputusanku dan Jungkook sudah bulat, kami berhenti dari pekerjaan ini selamanya."
Lagi, Namjoon tertawa sangat keras. "Siapa yang bicara ini? Pelacur yang tidak mau kekasihnya di bagi, ya?"
Mendengar perkataan pemuda itu, Jungkook langsung berdiri dan benar-benar berhasil melayangkan satu bogeman mentah pada wajahnya. Namjoon tersungkur dengan ringisan yang terdengar keluar dari mulutnya yang terasa perih, lalu kembali tertawa. Dalam hitungan detik, pemuda itu kembali berdiri dan melayangkan satu bogeman mentah sebagai balasan atas apa yang Jungkook lakukan padanya. Jihyo dan Hoseok lantas memekik bersamaan.
"Tak tahu diuntung, kau pikir karena siapa kau bisa hidup seperti sekarang, huh?!" teriak Namjoon sebelum akhirnya menindih tubuh Jungkook dan melayangkan tinjuan lainnya.
Hoseok panik, begitu pula dengan Jihyo. Keduanya terus berteriak agar mereka menghentikan perkelahian itu. Namun sayangnya Jungkook dan Namjoon tak mendengarkan, keduanya sibuk memukuli satu sama lain hingga darah keluar dari mulut, serta hidung mereka. Jihyo yang tak tahu harus melakukan apa-apa lagi lantas beranjak guna mengambil salah satu pas bunga yang ada di lemari, pun melemparnya ke arah dinding hingga membuat ketiga orang itu kembali mengalihkan atensinya.
"KUBILANG BERHENTI, DASAR SIALAN!"
Air mata gadis itu mengalir begitu deras membasahi pipi, sementara tangannya terlihat bergetar. Jungkook lantas berdiri dari atas tubuh Namjoon dan menghampiri sang kekasih, lantas memeluknya. Jihyo yang kini menangis mendorong tubuh itu dan langsung berlalu mengambil tas yang ada di sofa, pun menarik tubuh Jungkook untuk segera pergi dari sana.
Benar, seharusnya mereka pergi tanpa mengatakan apa-apa saja.
Wajah pemuda itu benar-benar babak belur. Darah mengalir dari hidung serta sudut bibir, jangan lupakan rambutnya yang terlihat begitu berantakan dan buku kuku yang terluka. Setelah pergi dari apartemen Namjoon barusan, keduanya kini berhenti di salah satu taman dengan Jihyo yang pergi sebentar ke minimarket membeli obat untuk luka-luka sang pacar.
"Kenapa kau menghentikan aku? Harusnya kau biarkan saja aku membunuh si sialan itu," geram Jungkook sembari sesekali meringis menahan rasa perih tatkala Jihyo mengoles obat luka di sudut bibir pemuda itu.
Jihyo lantas berdecak kesal, pun menatap tajam pada sang pacar. "Lalu membiarkanmu jadi pembunuh, begitu? Kau pikir aku bisa hidup sendirian kalau kau masuk penjara?"
Merotasikan bola matanya, Jungkook kemudian mengangguk. "Maaf," katanya kemudian.
Menghela napas, Jihyo lantas tersenyum. "Jangan lakukan hal-hal gila lagi, Jungkook. Kau satu-satunya yang kupunya di dunia ini,"
Kali ini Jungkook yang menghela napasnya, pun menarik tubuh itu untuk dia peluk erat. "Aku mencintaimu, mulai sekarang aku akan benar-benar menjadi seorang pria yang baik untukmu."
"Tetaplah jadi seperti dirimu sekarang, Jung. Kau adalah versi terbaik yang aku butuhkan," balas gadis itu lembut.
Mengangguk, Jungkook kemudian menarik diri untuk menangkup kedua pipi sang gadis dan memberikan sebuah kecupan hangat pada keningnya. "Terkadang, versi terbaik juga butuh untuk di upgrade."
Hari ini, tepat di mana malam musim panas yang begitu menyejukkan, mereka berdua tertawa dengan hati yang terasa hangat. Dalam diam, keduanya meyakinkan diri untuk terus berjanji menjaga satu sama lain. Dalam susah. Dalam senang. Dalam duka. Dalam bahagia. Mereka akan selalu bersama.
Hidupku memang tak sempurna, tapi saat ada kau, aku merasakan bagaimana kesempurnaan itu. []
Ini part seharusnya aku tulis sebelum part yg Tae ngelepas Jihyo 😫 maafin ya gess, semoga sukaaa ✌😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...