~•~
Setelah memastikan bahwa semuanya benar-benar kacau, Jungkook berlalu meninggalkan semuanya untuk menjemput sang kekasih. Di dalam mobil, Jungkook seolah lupa bahwa dia tidak sedang memerankan karakter utama di film Fast & Furious. Mobil berwarna hitam metalik miliknya melaju cepat, membelah jalan, melewati satu-persatu pengendara lain yang terlihat kesal dengan tingkahnya.
Tidak, Jungkook hanya sedang dikuasai oleh rasa amarah, serta rasa bersalah. Teriakan Namjoon bahkan tak dia perdulikan, penisnya yang tadi terbangun mendadak kembali tertidur setelah melihat Jihyo pergi meninggalkan lokasi syuting. Sooyeon yang masih berada di ranjang, bahkan dia abaikan. Kepalanya terasa hampir pecah, detik demi detik berlalu, tapi yang dia ingat hanyalah wajah penuh kekecewaan yang terpancar dari raut wajah sang kekasih.
Jungkook hanya ingin melampiaskan rasa penasarannya, tapi tidak memahami bahwa sang kekasih juga manusia biasa yang bisa menolak akan apa yang ingin dia lakukan. Sudah cukup rasa kecewanya terhadap Jungkook yang berlarut-larut, kini malah ditambah dengan sesuatu yang cukup fatal.
"Kalian itu bintang porno!" Teriak Namjoon sesaat sebelum Jungkook pergi.
Bintang porno, ya? Apa bintang porno tidak boleh punya rasa kecewa? Apa bintang porno tidak punya hak untuk menolak?
Jungkook memukul setir mobil keras hingga terdengar suara gedebuk yang begitu jelas, lantas setelahnya dia menarik napas dalam-dalam. Mobil yang dia kendarai, pada akhirnya sampai di tempat tujuan; perumahan mewah milik Taehyung. Cukup lama Jungkook berdiri, sebelum akhirnya tubuh itu berdiri di hadapan daun pintu yang terkatup rapat.
Tangannya langsung menekan bel berulang kali, sampai pintu terbuka. Tapi agaknya, si pemilik rumah melihat lewat interkom. Sebab pada menit kesekian, Jungkook tak juga menemukan pintu itu terbuka. Menghembuskan napasnya jengah, pemuda itu lantas memukul-mukul daun pintu dengan tinjunya yang terkepal kuat.
"Buka pintu ini, Sialan!" Teriak Jungkook, "aku tahu kau di dalam bersama dengan kekasihku!"
Pintu lantas terbuka setelah Jungkook mengatakan kalimat itu, pun langsung menampilkan sosok Jihyo yang terlihat kacau. Hal lain yang membuatnya kaget adalah kemeja putih yang membalut tubuh milik sang kekasih. Jungkook tersentak, dadanya terasa tersengat amarah yang membumbung tinggi. Tangannya langsung menarik lengan itu, berusaha untuk membawanya pergi tanpa mengatakan apa-apa.
Plak
Tiba-tiba saja Jungkook merasakan pipinya panas, kepalanya yang tertoleh lantas berpaling guna menatap pada sosok Jihyo yang kini sudah menangis dalam diamnya. Napas si gadis tersengal-sengal, sementara bulir demi bulir airmata mengalir membasahi pipinya. Jungkook yang hendak marah, langsung luluh.
"Kenapa kau suka sekali bertindak sesukamu, Jungkook?" Tanya gadis itu dengan suara yang serak.
"Ji, aku ti...."
"Dari awal, Jung. Dari awal aku tidak mau kita tenggelam dalam dunia ini," sela si gadis, "tapi, kau selalu memaksaku dan mengatakan bahwa semua ini demi aku. Demi kita,"
"Apa kau pernah memikirkan aku sekali saja, Jungkook?" Jungkook terdiam setelah mendengar pertanyaan itu mengudara dari belah bibir merah milik Jihyo.
"Kau, dan keegoisanmu membuatku muak, Jungkook. Bisakah kita mengakhiri ini semua?"
Seperti disambar petir di siang bolong, Jungkook terkejut mendengar pertanyaan sang kekasih. Pemuda itu langsung berlutut, kepalanya tertunduk sembari menahan diri untuk tidak menangis. Jungkook tidak mau, dia tidak akan pernah membiarkan Jihyo pergi dari sisinya. Gadis itu adalah segalanya, dan Jungkook belum siap untuk kehilangan sumber dari kehidupannya.
"Beri aku kesempatan, Ji. Aku...."
"Tidak, Jungkook. Kita sudah selesai," Jihyo menarik napasnya, dada yang terasa sesak coba untuk dilapangkan sekalipun sulit. "Besok, jangan temui aku lagi."
Setelahnya, gadis itu menghilang di balik daun pintu apartemen milik Taehyung. Jihyo benar-benar memutuskan hubungan mereka, kalimat akhir yang seperti mimpi buruk itu akhirnya Jungkook dengar langsung. Di koridor apartemen yang sepi, diawasi oleh kamera pengawas di sudut ruangan, Jungkook menangis tersedu-sedu dalam penyesalannya. []
Sebenarnya ga salah kalau punya fetish, tapi ga boleh kalau ga ada consent atau izin dr kedua belah pihak. Jihyo di sini berhak marah, dong. Dia selaku pihak ketiga, ga terima liat Jungkook sm cewek lain sekalipun itu ttg profesionalitas.
Sementara, ya, pihak produksi bakalan ttp ga mau tahu ttg itu semua :"))
Yg penting dpt duit ajaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...