Harusnya Jihyo tahu bahwa konsekuensi pulang telat dengan bau tubuh pemuda lain akan sangat berat, apalagi dengan keadaan Jungkook yang terlihat begitu kacau ketika pintu terbuka dan pemuda itu sudah berdiri berkacak pinggang di balik daun pintu. Pada akhirnya, Jihyo hanya tak bisa lepas dari pesona Jungkook. Pemuda itu seperti racun, yang perlahan membunuhnya. Seperti mantra, yang mengunci dirinya untuk tetap kembali pada pelukan Jungkook lagi dan lagi. Mengabaikan bagaimana luka kembali dia dapati.
"Eungh...." Gadis itu kembali melenguh, matanya yang tertutup kain dengan tangan yang di rantai sukses membuat Jungkook yang berdiri di ujung ranjang mengulas senyum miring.
"Katakan, Ji. Kau melakukan seks dengan siapa hingga kau pulang larut malam begini!" Perintah pemuda itu, tapi Jihyo tetap keras kepala dan menutup mulutnya mengabaikan bagaimana vibrator terus bergetar dengan remot kontrol di tangan Jungkook.
"Tak ingin mengaku?" Tanya Jungkook lagi, dan Jihyo masih dengan keras kepalanya untuk memaksa bibir itu terkunci rapat.
"Junghh... please!" Racau gadis itu lagi sembari melenguh tatkala benda di dalam vaginanya kembali bergetar.
"Mengaku dulu lalu kau akan mendapatkan apa yang kau mau,"
Jihyo kembali bungkam, memilih tak menjawab ketimbang mendapatkan belaian dari tangan Jungkook sekalipun dia benar-benar sangat membutuhkan saat ini. Jungkook yang kesal, langsung membuang remot kontrol itu ke sudut ruangan dan menarik keluar vibrator tadi sebelum akhirnya digantikan oleh miliknya yang sejak tadi tak kalah mendamba.
Dalam satu sentakan, tubuh gadis itu dibalik hingga menungging. Jungkook menggoyangkan pinggulnya, mengoyak tanpa memperdulikan ringisan dan air mata gadisnya. Untuk kesekian kalinya, Jungkook melampiaskan kekesalannya. Dan Jihyo tak bisa membantah, menolak, ataupun melawan. Dia hanya bisa pasrah, menerima sembari menangisi keadaan dengan pergerakan yang terbatas karena Jungkook malam ini benar-benar memberikan hukuman untuknya.
"You've knew that I love you, Jihyo. But, why you cheating on me? You have sex with the other guy,"
Jangan bohongi dirimu begitu dengan mengatakan bahwa kau mencintaiku, Jungkook. I know you didn't mean to say 'I love you'. Lagi, semua kalimat yang coba dia utarakan itu hanya menguap bersama rasa sakit dan tetesan air mata yang mengalir pada pipi--merembes dari kain yang menutupi matanya. Jungkook hanya tak tahu, bahwa Jihyo terlampau memahami isi hati pemuda ini. Belasan tahun bersama, tentu saja mampu membuat Jihyo mengenali setiap jengkal dari Jungkook. Meskipun ya, Jihyo tak begitu yakin apakah Jungkook juga melakukan hal yang sama.
Jihyo hanya butuh sedikit lagi waktu untuk bersabar, sampai akhirnya Jungkook mau membuang dirinya. Mau melepaskan gadis itu, untuk terbebas dari kisah cinta palsu yang terlihat begitu manis ini.
Maka desahan panjang Jungkook menjadi akhir dari percintaan mereka, membuat gadis itu merebahkan kepalanya pada ranjang dan memejamkan mata sebab merasa begitu lelah. Setelah itu, dia tak tahu apa-apa lagi selain bisikan suara Jungkook yang terdengar memuakkan.
"I love you, Jihyo. Jangan pergi dariku, ya. Kumohon!"
Tapi kau menyakitiku, Jungkook. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...