~•~
*recomend song for this chapter; Slchld with two faced or play music in mulmed
"Hallo, cantik? Butuh tumpangan?"
Sebenarnya Jihyo cukup kaget saat melihat Jungkook ada di depan kafetaria tatkala dia berpisah dengan Sooyeon setelah tadi puas berbincang dan berakhir saling meluapkan semua kesedihan. Dengan pakaian serba hitam seperti biasanya, lalu jangan lupakan sneakers berwarna putih, dan motor kesayangan Jungkook yang selalu dia banggakan itu. Senyum usil dengan alis yang naik-turun, jangan lupakan dengan siulan menggoda yang membuat Jihyo terkekeh pelan.
"Tadi aku pesan taksi online, kenapa yang datang malah tukang hantar makanan cepat saji, ya?" Tanya Jihyo menggoda dan sukses membuat sang pacar mengerucutkan bibirnya.
"Song Jihyo, kenapa nakal begitu?" Sungutnya kemudian.
Gadis itu kemudian tertawa, lalu melempar tanya pada Jungkook yang kini menyodorkan helm pada sosok itu. "Sudah lama di sini, Jung?"
"Tidak juga, sih. Aku di sini sejak kau dan Kak Sooyeon tertawa membicarakan sesuatu yang seru," jawabnya sembari mengedikkan bahu.
Bohong atau tidak, setidaknya Jihyo bisa bernapas lega sebab sang pacar tidak melihat dirinya yang menangis sembari memeluk tubuh gadis itu. Ah, tidak. Jangan sampai. Nanti malah semakin riweh. Jihyo tahu betul bagaimana perangai Jungkook yang akan melemparnya banyak sekali pertanyaan kalau melihatnya menangis. Padahal, Jihyo itu lebih suka dipeluk untuk diberi ketenangan ketimbang di tanya-tanya.
"Ayo, naik! Saya akan membawa Tuan Puteri berkeliling kota dan menikmati ramen di tepi sungai Han," seru Jungkook kemudian.
Setelah berkeliling kota menikmati angin malam yang berhembus dan pemandangan kota di malam hari, keduanya lantas berdiam diri di tepi sungai Han sembari menikmati ramen dan juga soju. Canda tawa mengiringi keduanya, seolah tak ada masalah yang sempat membuat retak hubungan mereka berdua, atau barangkali melupakan sejenak jutaan luka yang mereka berikan pada orang lain. Tidak apa-apa, hari ini tertawa saja lebih banyak daripada terus-terusan merasa terluka. Pikir mereka.
Sadar atau tidak, setiap manusia memang punya topengnya masing-masing. Terkadang, ada begitu banyak alasan yang tak mampu diterima di balik cerita kenapa orang-orang memilih memakai topeng yang mereka perlihatkan. Entah itu topeng yang memperlihatkan sikap kasar atau bahkan topeng yang memperlihatkan sikap lemah-lembut. Mereka punya kisah di balik itu semua. Begitu pula dengan kedua orang itu. Walaupun tengah terluka, mereka akan selalu mati-matian memperlihatkan senyum pada wajah mereka.
"Hari ini berjalan dengan baik, bukan?" Tanya Jungkook setelah meletakkan cup ramen miliknya.
Jihyo menoleh, lantas mengulas senyum. "Tentu saja, apalagi saat ini. Semuanya benar-benar berjalan baik," jawabnya kemudian.
"Aku harap hari besok akan berjalan seperti hari ini," ujar Jungkook lagi sembari mengusap bibir sang pacar yang dinodai oleh kuah ramen.
Masih dengan senyum manis yang terpatri pada wajah, Jihyo akhirnya membalas. "Kebaikan tak akan selalu datang setiap hari, Jung. Akan ada saja waktu di mana sebuah masalah mampir menghiasi hari-hari kita," gadis itu meraih tangan Jungkook di pipinya dan menggengamnya erat, "kita hanya perlu bertahan dan tak mengambil keputusan yang merugikan kita ke depannya."
"Tapi kau mau putus padaku waktu itu," sungut Jungkook dengan kedua bola mata menyipit.
Jihyo berdecih, lalu mencubit pinggang Jungkook. "Itu karena kau yang nakal," balasnya.
Terkekeh, Jungkook lalu menarik tubuh gadis itu untuk lebih mendekat padanya dan memeluk tubuh itu erat. "Baiklah, Tuan Puteri. Saya tak akan bersikap nakal lagi nanti,"
Jihyo membalas pelukan itu, bahkan lebih erat dari yang pernah dia berikan. Rasanya hari ini dia kembali merasakan bagaimana jatuh cinta pada sosok yang sama. Barangkali, hubungan mereka memang bukanlah hubungan yang baik dan sehat. Hanya saja, bukan suatu kesalahan kalau mereka ingin mencoba memperbaiki hubungan mereka dan menjadi lebih baik. Satu kecupan lantas mendarat pada kening, cukup lama sebelum akhirnya Jungkook menatap kedua manik miliknya gadisnya itu dan berkata.
"Aku mencintaimu, Song Jihyo. Jangan tinggalkan aku, ya?"
Jihyo mengangguk, pun mengalungkan tangannya pada leher Jungkook dan menjawab. "Aku juga mencintaimu, Jungkook. Terima kasih karena masih bertahan atas segala yang sudah terjadi dan ingin berubah demi hubungan kita."
Setelahnya, kedua ranum mereka saling membelai dalam kelembutan tanpa ada nafsu yang menemani seperti biasanya. Semua benar-benar dibalut oleh kehangatan, serta rasa cinta yang kian membengkak di dalam dada. Hari ini, besok, dan seterusnya mereka akan selalu mendekap tubuh masing-masing dalam kehangatan sesuai dengan apa yang mereka janjikan pada diri sendiri. []
Tbh, aku mau namatin ceritanya. Tapi, I wanna give you more surprise sihhh. Jd, ceritanya bakal dilanjutin 😁
Nah, yg nanya Jungkook di mana itu tuh muncul. Dan yg ngerasa ceritanya sedih mulu, ini udah dikasih hadiah manis 😃
Makasih atas partisipasinya manteman 😘
Btw, kebanyang nggak sih Jungkook naik motor? Aku sih nggak kebayang, soalnya udah pingsan duluan bahkan belum sempat ngebayangin 🙇
Best regards :
Al 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...