Gadis itu tak ingin bangun sekalipun matahari sudah merangkak naik dan masuk lewat cela gorden yang tertutup, tubuhnya yang telanjang terasa begitu sakit akibat perbuatan Jungkook tadi malam. Masih erat memeluk guling, dengan selimut yang membalut tubuhnya. Hingga suara gesekan antara sendal rumah dan juga lantai menginterupsi Jihyo untuk perlahan membuka matanya, sekalipun tak memberikan reaksi apapun tatkala ranjang bergerak dan sebuah kecupan mendarat pada pipinya.
"Good morning, Sayang. Baru bangun, hm?"
Pertanyaan memuakkan, yang pada akhirnya tetap harus dia jawab sebab terlalu takut dengan apa yang akan Jungkook lakukan. Jihyo lalu bangkit dengan perlahan, meskipun masih memperdengarkan ringisan tatkala cambukan yang pemuda ini berikan tadi malam terasa sakit di punggungnya. Jungkook tersenyum, lalu mengelus pipi sang pacar dengan lembut.
"Maafkan atas tindakanku semalam, ya, Ji. Aku tidak akan melakukan hal itu kalau kau tidak membuat ulah," katanya, dengan Jihyo yang sudah merotasikan bola matanya jengah.
Setiap ada kesalahan, apapun itu, semuanya akan dilimpahkan pada Jihyo. Terkadang lelah, tapi rasa cintanya yang terlampau besar membuat gadis itu bertindak bodoh seperti sekarang. Bibirnya masih terkatup, dengan manik yang mengikuti setiap detik pergerakan yang Jungkook lakukan. Pemuda itu lalu mengambil baskom berisi air yang dia letakkan di bawah, meletakkannya di atas paha lalu kembali berbicara.
"Aku tidak akan bertanya dengan siapa kau melakukan seks semalam, tapi untuk seterusnya jangan pernah kau ulangi lagi. Atau, kau akan mendapatkan hukuman yang lebih parah dari ini. Mengerti?"
Jihyo hanya memberikan anggukan, lalu tersenyum kecil pada Jungkook yang kini sudah mengarahkan kain basah yang terasa hangat padanya. Gadis itu kembali meringis, merasakan perih tatkala Jungkook menekan ujung bibirnya yang robek. Lalu beralih pada pergelangan tangan yang memerah disebabkan oleh ikatan dasi yang terlalu kuat semalam, sebelum akhirnya beralih pada punggung yang nampak membiru bekas cambukan ikat pinggang milik Jungkook.
Setelah selesai, Jungkook beranjak untuk mengambil obat pereda rasa sakit dan salep yang dia oleskan untuk menghilangkan bekas kebiruan yang kontras dengan kulit putih milik Jihyo. Lantas, Jungkook memakaikan pakaian pada gadisnya itu sebelum beranjak menuju area makan sembari menggendong kekasihnya. Jihyo hanya memejamkan matanya, merasa masih kelelahan setelah apa yang terjadi tadi malam, dan merebahkan kepalanya pada pundak Jungkook yang tak berbalut apa-apa itu.
"Aku sudah membuatkan omurice untukmu," ujar Jungkook, lalu meletakkan tubuh pacarnya di atas kursi. "Sekarang makan, ya?"
"Suapi, ya, Jungkook?" Pinta Jihyo, pada akhirnya membuka mulutnya dengan mata yang terlihat memelas.
Jungkook tersenyum, lalu mengangguk dan duduk di sebelah gadis itu. "Apapun untukmu, Sayang. Hari ini, kau akan jadi tuan puteri."
Setelah suapan pertama masuk ke dalam perut, Jihyo menyorot pacarnya cukup lama. "I'm not a princess, but I'm a queen," ujarnya kemudian, mengoreksi apa yang Jungkook ucapkan tadi.
Jungkook lantas menguarkan tawa, lalu memberi suapan lagi pada Jihyo. "Okey, you're a queen. Then, I'm a king, ain't I?"
Jihyo tak menimpali setelahnya, bibir gadis itu terkatup sekalipun samar memperlihatkan sebuah senyuman miring.
Aku ratu pada kerajaanku sendiri, Jungkook. Sebuah kerajaan yang aku sendiri yang berkuasa. Dan sebentar lagi, aku akan mewujudkan itu semua. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...