There's a million why I should give you up, but the heart wants what it wants.
~•~
Angin musim gugur berhembus begitu pelan. Dedaunan nampak berguguran dan terbang terbawa oleh angin yang berhembus kencang bersama dingin yang menusuk kulit. Dari acara prakiraan cuaca tadi pagi, musim salju akan datang beberapa waktu lagi. Jadi tak aneh kalau suhu terus turun dan dingin semakin menusuk tulang.
Waktu itu berlalu. Pada kenyataannya, semua hal yang dilalui kini tertinggal jauh di belakang. Meskipun ya, luka yang dibuat akan terus melekat dalam ingatan dan kadang kala bisa saja merasang dan berakhir kembali berdarah. Tapi, tidak apa-apa. Memang begitu seharusnya. Jihyo bahkan ingat betul bagaimana musim seminya berlalu dengan duka dan juga pilu membiru. Namun setidaknya dia bisa melewati musim panas dengan sebuah kekuatan baru dengan Jungkook yang selalu berdiri di sebelahnya.
Walaupun sulit dan terkadang masih mendapati sebagian dari orang yang berkunjung ke kafetaria milik mereka memandang dengan pandangan jijik dan sesekali menertawakan terang-terangan. Memang begitu, Yoongi juga sudah menjelaskan. Bahwa orang-orang memang cenderung mengaitkan seseorang dengan masa lalunya. Dia buruk, maka tak pantas jadi baik. Dia baik, maka akan aneh kalau tiba-tiba ternyata dia itu buruk. Begitulah. Standarisasi yang terkadang memuakkan.
Berbalut coat panjang berwarna hitam dengan kaos dan celana jeans, serta sepatu converse berwarna abu-abu. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan rambut yang digerai, serta bibir yang dipoles lipstik tipis. Kedua pipinya nampak bersemu karena suhu yang dingin, sementara dia sudah menunggu sekitar tiga puluh menit di tempat di mana dia berjanji akan menemui sosok itu.
Kang Taehyung. Sudah berapa lama ya, mereka tidak bertemu? Jihyo sendiri tidak tahu. Hanya saja, dia masih ingat betul bahwa Taehyung bukanlah sosok yang suka tidak tepat waktu dan membiarkan seseorang menunggu begini. Kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri berharap bahwa sosok itu akan datang menghampiri dan mengatakan apa yang ingin dia katakan seperti yang dia sampaikan lewat pesan tadi malam. Namun, empat puluh menit kemudian sosok itu tak kunjung datang.
Nyaris melangkahkan kaki, Jihyo dibuat terkejut dengan kehadiran Taehyung yang terlihat begitu kacau dengan pipi dan hidung memerah. Apa dia menangis atau kedinginan? Tanyanya dalam benak. Namun, belum sempat bertanya atau bahkan meluapkan rasa kesalnya karena disuruh menunggu, Jihyo malah dibuat terkejut dengan Taehyung yang tiba-tiba saja memeluknya.
Tiba-tiba saja salju turun. Semuanya terlihat putih. Begitu cantik, tapi dingin dan menyedihkan. Jihyo hanya bergeming di tempatnya, bahkan terlihat enggan untuk melingkarkan tangannya pada pinggang pemuda itu. Taehyung tersenyum miris, lantas melepaskan pelukan itu dan terkekeh.
"Kata orang, kalau kau bersama seseorang yang kau suka saat salju pertama turun, maka cinta kalian akan abadi. Hanya saja di sini yang menyukai hanya aku seorang," katanya, "jadi itu semua hanya omong kosong, bukan?"
"Taehyung," panggil Jihyo dengan kening berkerut.
"Maaf membuatmu lama menunggu padahal aku sendiri tidak suka menunggu," katanya lagi sembari menelusupkan tangannya pada saku coat.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, hm?"
"Pengakuan cinta, mungkin?" Ujarnya tak yakin, Jihyo yang terkejut nyaris kembali membuka mulut kalau saja pemuda itu tak lebih dulu menukas. "Ya, ya. Aku tahu. Kau tak suka aku dan kau punya kekasih,"
Taehyung lantas memiringkan kepalanya, lalu menatap gadis itu dengan kedua manik yang terlihat menelisik tajam. "Tapi bisakah kau mencintai dua pria sekaligus, Ji?"
Sialan. Taehyung gila. Geram gadis itu.
"Ayolah, kenapa kau malah menyia-nyiakan orang sepertiku? Kau seharusnya bangga karena aku yang tampan dan banyak yang suka ini malah mau padamu," ujarnya lagi, kali ini diiringi dengan senyum kotaknya.
Jihyo mendengus, tatapannya terlihat tajam pada pemuda itu. "Taehyung, kumohon. Ini tidak lucu," kata gadis itu.
"Aku tidak sedang melucu omong-omong," balasnya yang membuat Jihyo nyaris menjatuhkan rahang sendiri karena terkejut, Taehyung yang melihat ekspresi itu kembali terkekeh. "Baiklah, baiklah. Aku menyerah," lanjutnya.
Ekspresi itu lagi-lagi berubah. Sebuah mimik wajah serius dengan tatapan sendu itu kini kembali terlihat. Taehyung lantas menggengam kedua bahu gadis itu, menatapnya lamat, lalu kembali mengatakan sebuah kalimat yang membuat Jihyo berdebar.
"Ada jutaan alasan kenapa aku harus menyerah terhadap perasaan ini, tapi hati tahu apa yang dia mau," pun menarik tubuh itu ke dalam pelukannya lagi, sementara salju masih terus berjatuhan. "Tapi, aku memilih untuk mengalah sebab aku tak mau lagi melukai diriku sendiri terlalu banyak dengan berharap kau akan membalas perasaanku."
Taehyung lantas menjeda sejenak, satu kecupan mendarat pada pucuk kepala beriringan dengan sebuah senyum miris yang kembali dia perlihatkan. "Aku mengalah, bukan berarti aku menyerah, Ji. Kalau kau disakiti lagi oleh si tengik itu, kau boleh datang padaku. Pelukku untuk pelikmu, ya."
Pada akhirnya Jihyo membalas pelukan itu, tangannya melingkar pada pinggang dengan wajah yang bersembunyi pada dada pemuda itu. Taehyung diam-diam menangis, sementara detak jantungnya kini terasa lebih cepat dari sebelumnya. Ada rasa sakit, pedih, dan juga bahagia yang bercampur aduk dalam satu perasaan yang membuat air matanya mengalir lebih deras.
Cinta tak harus memiliki, bukan? []
Huwe 🙏😭
Kisah mereka berakhir nihhhh, eh apa nggak ya? 🌚🌚
Auh ah, gelap
Ada yg suka DPR Project ga sih? Aku suka bangettttt 😭🙏
Author babik yg ga seneng liat aku bahagia ama Ji - Kang Taehyung tamvan 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...