Kamera yang berada di sudut ruangan itu terus menyala, merekam detik demi detik kegiatan yang tengah dua anak manusia itu lakukan. Kalau setan itu benar-benar ada, maka mungkin dia sudah tertawa terbahak-bahak dan bertepuk tangan sangking bahagianya. Tapi nyatanya, realitas kehidupan membawa mereka untuk membuang jauh-jauh perasaan takut akan akhirat yang mengerikan.
Hidup di kota sebesar Seoul yang serba mahal, sebatang kara sebab tak punya keluarga, tak punya kemampuan untuk dijual agar bisa mendapatkan pekerjaan karena keduanya hanyalah remaja dengan ijazah SMA. Demi memenuhi tuntutan perut yang terus meronta minta diisi, mereka terpaksa untuk masuk ke dunia industri pornografi. Bayarannya fantastis, mereka hanya perlu melakukan adegan-adegan seksual yang membuat para pelanggan merintih iri dengan libido yang meningkat.
Keduanya terus bergumul di atas ranjang seolah besok tak akan bertemu dengan pagi, saling berbagi suara desahan dan geraman bersama kecipak yang datang karena penyatuan. Jihyo memejamkan matanya tatkala benda kebanggan Jungkook menusuk tepat pada titik krusial yang membuat tubuhnya bergetar, desahan bahkan tak bisa dia kendalikan dengan jemari yang terus mencakar punggung kokoh itu.
"Jungkook, jangan berhenti. Terushh," racau gadis itu, bahkan tanpa sadar kini melingkarkan kakinya pada pinggang pemuda itu.
Jungkook tersenyum miring, matanya menatap tajam pada gadisnya yang kini meminta lebih dengan tubuh tak berdaya di bawahnya. Keringat mengucur deras, membuat tubuh keduanya terasa lengket dan tubuh yang terasa terbakar. Pendingin ruangan seolah tak berguna di momen seperti sekarang, keduanya bahkan tak merasa sejuk sama sekali walaupun suhunya sudah dinaikkan.
"Katakan kalau kau cinta aku, Ji!" Perintah Jungkook, pun memberikan satu kecupan pada bibir yang nampak sedikit membengkak itu.
"Aku... ugh, Jungkook... aku mencintaimu,"
Barangkali dunia tak ingin bertindak munafik dengan tidak mengatakan kalau keduanya adalah pasangan yang serasi, seba kenyataannya memang begitu. Semesta seolah memberikan mereka keberuntungan dengan wajah serta tubuh yang mengagumkan. Orang-orang bahkan sering memberi komentar bahwa mereka iri pada Jungkook yang bisa menunggangi gadis secantik Jihyo, pun begitupula sebaliknya. Mereka berdua bukan hanya sukses menaikkan libido penonton, tapi juga sukses membuat penonton iri.
"Itu baru gadisku," ucap Jungkook masih dengan senyum miring itu, lantas menggerakkan pinggulnya lebih cepat dan mendorong masuk penisnya lebih dalam.
Pada hentakan kesekian, akhirnya mereka berdua menggeram bersama dengan tubuh yang bergetar hebat. Mereka sudah menemui puncak yang kesekian kalinya, bahkan para penonton yang sejak tadi terus membanjiri kolom komentar tak kalah menikmati. Jungkook membubuhkan satu kecupan lagi pada bibir, lalu berpindah pada kedua pipi dan berakhir pada kening. Kolom komentar kembali dibanjiri dengan kalimat iri, dan Jungkook yakin bahwa mereka akan mendapatkan lebih banyak uang.
Setelahnya, Jungkook bangkit dari atas tubuh gadisnya dan mendekati kamera masih dengan tubuh telanjangnya yang menakjubkan. Urat-urat yang menonjol, otot-otot yang mengagumkan, wajah dengan rahang tegas dan hidung bangir, rambut yang setengah basah karena keringat, belum lagi penis yang teracung gagah. Nampak besar, berurat, dan panjang. Kembali mengulas senyum, Jungkook lantas mematikan kamera sebagai tanda bahwa siaran mereka kali ini berakhir.
Beranjak kembali menuju ranjang, Jungkook kini merebahkan tubuhnya di sebelah Jihyo yang nampak sudah memejamkan mata dengan selimut yang merangkum tubuhnya. Tangan pemuda itu lantas melingkari pinggang Jihyo, pun bibirnya yang tak henti-hentinya memberikan kecupan kecil tanda sayang untuk sang gadis.
"Jungkook," panggil gadis itu, membuat si empunya nama terkejut sebab pikirnya Jihyo sudah tidur.
Jungkook menjawab dengan deheman, tapi bibirnya tak henti-hentinya memberikan kecupan pada pucuk kepala gadis itu. "Boleh aku bicara jujur?"
Tak ada jawaban tatkala Jungkook mendengar pertanyaan itu keluar dari ceruk bibir Jihyo, pemuda itu seolah mendadak tuli dengan tubuh yang stagnan. Satu helaan napas lantas keluar, membuat Jihyo paham bahwa Jungkook sudah tahu dengan apa yang akan dia katakan. Pada akhirnya, tak ada pillow talk yang menjurus pada kejujuran sebab Jungkook tak akan pernah mau membahas itu.
"Kalau ingin membahas soal permintaanmu untuk berhenti, aku tidak akan pernah mendengarkannya. Kau tahu betul kalau aku tak menyukai itu,"
"Kau egois, Jung."
Jungkook mengangguk, lantas memeluk tubuh gadis itu lebih erat dan memejamkan matanya sebagai akhir dari konversasi singkat di antara keduanya.
Coming Soon
Mature Content
•
•
•
A fanfiction written by
bucinnya_sijungkookFinally, aku bisa nulis NC 😭
Terhuraaaaaa guysssss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...