Cinta terkadang memang begitu, suka sekali membuat pusing. Ada kalanya di mana cinta membuat sesak, sebab mati-matian untuk disembunyikan. Pun, ada kalanya di mana cinta membuat tersedak, sebab sudah melewati batasannya. Terkadang, cinta sekonyol itu untuk dimengerti.
Matanya masih enggan untuk berpaling pada daun pintu yang sudah tertutup beberapa menit yang lalu itu, seolah kepalanya masih mematri sebuah harap di mana sang kekasih berubah pikiran. Membuka pintu, lantas memeluk tubuhnya sembari menangis meminta maaf. Tapi malangnya, Jungkook seperti si dungu yang berdiri dengan segenggam harapan semu.
Eksistensi Jihyo sudah tak ada lagi, meninggalkan Jungkook bersama kata demi kata yang diucapkan. Dadanya sesak, pasti. Airmata yang bahkan tak pernah dia perlihatkan, kini luruh bersama isak pelan yang mulai terdengar. Cctv yang berkedip di ujung lorong, menjadi saksi bisu dari apa yang tengah terjadi padanya. Jungkook menyesal, tapi sudah kehilangan kesempatan untuk memperbaikinya.
Pintu tiba-tiba terbuka, menghadirkan sebuah senyum dengan mata yang berbinar pada Jungkook. Ya, kesabaran akan selalu membuahkan hasil yang manis. Hanya saja, tidak. Tak ada seraut wajah bersalah dari gadis bersurai hitam sepuggung itu, pun tak ada kalimat maaf yang terlontar dari ceruk bibir semanis buah palm. Jungkook lagi-lagi dihempaskan oleh kenyataan yang menyedihkan.
"Butuh teman minum?" Ya, sosok yang kini berdiri di ambang pintu adalah Taehyung.
Inginnya marah, berteriak, dan memberikan pukulan pada wajah pemuda yang berhasil mengambil hati sang kekasih. Hanya saja, entah kenapa Jungkook tak bisa merealisasikan semuanya. Lagi, Jungkook kembali menangis. Taehyung yang berdiri di hadapannya mengulas sebuah senyum, berharap setidaknya bisa memberikan sedikit ketenangan pada pemuda itu.
"Ayo, aku traktir. Jihyo juga butuh waktu sendiri sekarang," katanya lagi, tapi Jungkook masih bergeming di tempatnya. "Jangan menyelesaikan masalah saat keegoisan masih memenangkan logikamu, Jungkook. Hal itu bisa memperburuk keadaan," lanjutnya, lantas memberikan tepukan pada bahu pemuda itu.
Jungkook yang tadi menunduk, kini mendongak guna menatap pada Taehyung yang masih mengulas sebuah senyum untuknya. Pada akhirnya, Jungkook mengangguk sebagai jawaban atas tawaran pemuda itu tadi. Lantas setelahnya, mereka beranjak pergi meninggalkan area unit apartemen milik Taehyung.
~•~
Dan di sanalah mereka berada, duduk berhadapan di atas kursi di minimarket dekat gedung apartemen. Jungkook yang memang punya toleransi tinggi terhadap alkohol sudah meminum lebih dari tiga kaleng beer, sementara susu strawberry yang Taehyung beli tadi belum juga habis. Ya, wajar saja. Jungkook sedang patah hati sekarang.
"Kami melakukan seks," kata Taehyung tiba-tiba, sontak membuat Jungkook yang tadinya menunduk sembari menatap pada tangan yang meremat kaleng beer mendongak.
Kening pemuda itu nampak berkerut, mungkin merasa bingung dengan kalimat yang tiba-tiba Taehyung ucapkan. "Aku, dan Jihyo, kami melakukan seks. Di mobil, malam saat kau syuting tanpa memberitahukannya pada gadis itu," jelasnya kemudian.
Jungkook lagi-lagi tak tahu bagaimana caranya bereaksi, matanya yang menatap lekat pada sosok itu seolah siap untuk membunuh Taehyung saat itu juga. Hanya saja, apa yang Jungkook ucapkan berlawanan dengan apa yang pemuda itu pikirkan. Barangkali, Jungkook ingin menahan emosinya untuk saat ini.
"Kenapa kau memberitahuku?" Tanyanya.
Taehyung mengedikkan bahunya, lantas menjawab. "Jihyo yang menyuruh, dia bahkan mengizinkan aku untuk mengatakan tentang hubungan kami." Jungkook lagi-lagi bingung, "ya, kau tahu. Dia berselingkuh di belakangmu dan aku adalah selingkuhannya,"
"Segitu inginnya dia aku untuk pergi, hingga bertindak sejauh ini?" Kalimat tanya yang mungkin dia tujukan untuk diri sendiri itu terdengar lirih, Taehyung bahkan terlihat tak tega untuk melanjutkan.
"Dia mencintaimu, Jungkook. Kau harusnya tahu itu,"
Jungkook lagi-lagi tertegun dengan apa yang Taehyung ucapkan, sebelum akhirnya kembali menitikkan airmatanya manakala Taehyung melanjutkan. "Tapi, kau sudah kehilangan kepercayaannya untuk tetap diberikan cinta sebesar itu. Sejujurnya, aku iri padamu." []
Life goes on :")) nangissss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
أدب الهواة[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...