~•~
Kalau bisa dibilang, sejujurnya Kang Taehyung itu sosok yang suka sekali mencari perhatian. Dia tak akan segan-segan berpenampilan paling mencolok dari orang-orang, tak akan segan-segan bersikap berlebihan hanya untuk mendapatkan sebuah balon di toko kosmetik yang baru buka di daerah Gangnam, dia juga tak akan segan-segan untuk berprilaku bak anak kecil untuk mendapatkan atensi dari seseorang yang dia sukai; Jihyo.
Gadis itu baru saja keluar dari salab satu ruangan di rumah yang memang dikhususkan untuk syuting itu, matanya bahkan nampak merah menahan airmata sementara Myungeun yang berteriak memanggil namanya terlihat kesulitan membawa barang-barang milik sang gadis.
Baru saja berbelok, gadis itu malah menemukan Taehyung dengan senyum kotaknya. Cardigan merah merk terkenal yang harganya selangit itu membuatnya nampak bersinar, begitu cocok pada tubuh tinggi milik Taehyung. Benar, Jihyo sampai lupa bahwa pemuda di hadapannya ini suka sekali tampil menonjol.
Mencoba untuk abai dan melangkahkan kaki melewati Taehyung, tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang tatkala pemuda itu menarik lengan berbalut bathrobe berwarna abu-abu. Taehyung menatapnya intens, masih dengan senyum kotak yang diperlihatkan, pun alis yang nampak naik sebelah.
"Patah hati, Baby?" Tanyanya, tapi Jihyo terlihat enggan untuk menjawab dan memilih untuk memalingkan matanya.
"Padahal aku suka sekali melihatmu tadi," lanjut pemuda itu, "tapi sayang sekali, ya. Adegannya malah berhenti di sana,"
Jihyo mendengus, tangannya yang masih di dalam genggaman pemuda itu coba untuk dia lepaskan walaupun sulit, sebab Taehyung terlalu kuat menggenggamnya. Si gadis meringis, matanya yang memerah tanpa sadar menitikkan bulir liquid bening yang mengalir pada kedua pipi. Ah, sial. Myungeun yang keluar dari ruangan itu, lantas tersentak kaget tatkala melihat kedua orang itu.
"Ji," panggil Myungeun, tapi Taehyung malah menarik tubuh sang empunya nama yang tadi sudah menangis dalam diam.
"Oh, Eun. Sepertinya Jihyo ingin pergi denganku," ujar Taehyung yang menghadirkan kerutan tanda tanya pada kening gadis itu, "tidak apa-apa, 'kan, kalau kau kami tinggal?"
Myungeun hanya bisa mengangguk dengan mimik wajah bingungnya, gadis itu pada akhirnya tetap menyerahkan tas berisi barang-barang milik Jihyo. Setelahnya, mereka pergi meninggalkan rumah itu bertepatan dengan Jungkook yang keluar dengan bathrobe berwarna putih miliknya. Jungkook terlihat tersengal-sengal, menatap pada Myungeun yang juga menatapnya bingung.
"Di mana Jihyo?" Tanyanya.
"Pergi bersama Taehyung,"
Setelah mendengar jawaban itu, Jungkook tiba-tiba saja memukul dinding di sebelahnya dan mengakibatkan tangannya berdarah.
"Sial!"
~•~
"Masih mau menangis?"
Taehyung bertanya pada Jihyo yang masih duduk di atas ranjang apartemen milik pemuda itu, menangis tersedu-sedu sembari memeluk lututnya. Tisu nampak berserakan bekas menyeka airmata, serta ingus. Pemuda itu ingin marah, tapi ditahan sebab mengerti bahwa gadis itu tengah patah hati dan ingin meluapkan semua kekesalannya.
Pemuda itu lantas melangkahkan kakinya setelah tadi membersihkan diri, pun naik le atas ranjang di mana gadis itu berada. Tangannya yang panjang terulur untuk memeluk tubuh milik Jihyo, memberikan usapan lembut pada bahu yang bergetar. Jihyo kembali menangis, merasa sakit di dalam hati tatkala memori itu kembali datang di dalam kepalanya.
"Sudahlah, Ji. Resiko menjadi bintang porno memang seperti itu," ujar Taehyung lagi, mencoba memberi ketenangan sembari menyeka airmata yang mengaliri pipi itu. "Kita melakukan apa yang tak kita sukai, dimanipulasi, bahkan dipaksa untuk melakukan apa yang mereka suruh. Tapi, mau bagaimana lagi? Itulah resikonya,"
Isak tangis yang tadi terdengar kini berhenti, mata yang tadi menatap lurus pada ujung kaki bergulir menatap pada Taehyung yang tersenyum manis. "Dalam bekerja, kita tidak boleh mengandalkan emosi pribadi. Mau seperti apapun kondisinya,"
"Tapi, Tae. Aku tidak suka melihat Jungkook yang begitu," ujar si gadis pada akhirnya.
"Itu yang disebut fetish, Ji. Kau tentu saja paham bagaimana imajinasi manusia berkembang setiap harinya," balas Taehyung kemudian, lantas menarik tubuh itu untuk di bawa berbaring, sementara tangannya masih setia memberikan pelukan.
"Tahu, kok. Tapi, harusnya fetish itu seimbang dengan konsensus antara pihak yang bersangkutan. Fetish tidak salah, kok. Yang salah itu bagaimana seseorang yang melampiaskannya tanpa konsensus,"
Taehyung terkekeh, lantas mengangguk. "Bukannya kau juga menyetujui kontrak itu, Ji? Jadi, kau harusnya punya konsensus, dong. Kenapa malah marah?"
Jihyo kembali menangis, terisak begitu keras sembari mengeratkan genggaman pada kerah baju Taehyung. "Tapi, yang Jungkook lakukan tidak sesuai dengan script!"
Lagi-lagi Taehyung terkekeh, lantas menarik tubuh itu untuk diberikan dekapan yang lebih erat lagi. Setelahnya, tak ada lagi konversasi yang terjadi di antara keduanya. Sebab setelah menangis tadi, Jihyo malah terlelap dalam dekapan pemuda itu. Di bawah temaram lampu, pun pakaian yang masih lengkap. Terkadang, hal-hal sederhana seperti ini bisa menjadi obat untuk luka yang sempat diperoleh.
Jadi, selamat malam.[]
Malam ini ga ada bulan gosong ya, tp bunga-bunga bermekaran 😛
For me, love ain't about sex sih, but love about how you threat better someone.
Jd kasian ama Taehyung, diakan cm selingkuhan 😭 biasanya di kumenangis itu selingkuhan selalu jd yg tersakiti di akhir. Paling ga sih, kakinya patah, buta, atau bahkan meninggalll 😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...