Epilog

790 34 9
                                    

Tiger Lily

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiger Lily

~•~

"Sayang, kau benar-benar tidak membelikanku hadiah?"

Sejak tadi Jungkook terus merengut sebal dengan bibir yang sesekali mengerucut lucu. Pertanyaan yang baru saja dia lontarkan tadi saja sudah berulang kali dia utarakan dan jawaban yang Jihyo berikan tentunya sama. Ya, sialnya dia benar-benar malas pergi keluar untuk membelikan suaminya ini hadiah. Ah, suami. Rasanya lucu kalau mengingat hari itu.

Hari di mana mereka berdua datang ke gereja tepat setelah pesta kembang api, menghadap pada Tuhan dan saling mengaitkan jari jemari sembari berjanji untuk saling mengasihi dalam bahagia maupun duka. Ya, memang tidak ada perayaan seperti pasangan lainnya. Tidak ada pendeta, tidak ada iringan musik romantis, tidak ada makanan yang disajikan untuk digunjing, dan tentu saja para tamu undangan yang akan menggunjing. Tidak. Pernikahan mereka terlalu sederhana.

Lantas, sembilan bulan benar-benar berlalu begitu cepat. Kehamilan Jihyo yang terhitung baru dua minggu itu, kini telah berubah menjadi seorang bayi manusia yang seringkali merepotkan sang ayah di dalam sana. Menendang, bergerak, dan meminta makanan yang aneh-aneh di tengah malam. Anehnya lagi, Jungkook yang mual dan Jihyo tidak.

"Sayang, kenapa kau tega sekali padaku?" lagi, Jungkook memprotes sembari mengekor pada sang istri yang terlihat kesusahan berjalan sembari memegangi pinggangnya.

"Angkat dulu kuenya, Jung!" titah wanita itu manakala mendengar dentingan pada mesin oven.

Kedua bola matanya Jungkook terbelalak, begitu juga mulutnya. Sungguh ya, bagaimana bisa istrinya ini kejam begini? Sudah tidak membelikan hadiah, menyuruh mengangkat kue dari oven pula. Jihyo tentunya tahu betapa takutnya Jungkook pada oven. Tapi, lihat. Pria itu benar-benar tak habis pikir.

"Serius, Ji?" protes Jungkook lagi.

"Bisa jangan banyak protes dan lakukan saja apa yang aku suruh, hm?"

Lagi-lagi Jungkook berdecak, pun menoleh ke arah kasir di mana ada Yeonjun sang pegawai. Omong-omong, kafe yang mereka dirikan dengan uang tabungan sudah cukup berkembang. Ada sekitar tiga pegawai yang mereka pekerjakan di sini. Para pengunjung juga banyak, bahkan dari beragam kalangan yang tentu saja datang untuk melihat para pegawai JJ cafe.

"Yeonjoon, bisakah kau angkat kuenya di oven? Aku takut," rengek Jungkook yang membuat sang empunya nama terkekeh.

"Ya ampun, Kak. Sudah tua, berotot, bertatto, sebentar lagi jadi ayah, tapi kenapa masih juga takut pada oven?" ejek pemuda dengan surai merah itu.

"Diam kau atau kupotong rambut merahmu itu!" balas Jungkook geram.

Jihyo yang kini terduduk dengan wajah pucat dan keringat bercucuran berhasil mendapatkan atensi sang suami yang masih setia merengut sebal. Pria itu lantas mendekat dengan mimik wajah yang seketika berubah khawatir, pun memegangi kedua bahu wanita itu dan melempar banyak sekali pertanyaan.

Mature SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang