Setelah tadi malam memberikan asupan pada para penonton setia, paginya Jihyo terbangun dengan tubuh yang terasa remuk. Mencoba untuk bangun, niatnya ingin membersihkan diri karena sudah tidak nyaman dengan tubuh lengket pun bau cairan semen milik Jungkook yang tadi malam menyembur keluar di atas perutnya. Tapi seperti pagi yang sudah-sudah, Jungkook menjadi manja dan merengek tidak mau melepaskan pelukannya.
Katanya lima menit, tapi nyatanya setengah jam. Terus begitu, sampai Jihyo hapal betul dengan tingkah pacarnya itu. Jadi, dengan berat hati dia menarik diri untuk segera pergi ke kamar mandi dan menghidupkan air untuk mengisi bath tub tanpa memperdulikan Jungkook yang ikut terbangun dengan wajah cemberutnya. Karena kesal, pemuda itu mengikuti Jihyo dan memeluk tubuh mungilnya dengan erat dan tentu saja membuat Jihyo makin kesal karena kegiatannya terganggu.
"Bisa lepas dulu, Jung? Sebentar saja," katanya, tapi tak digubris oleh si empunya nama.
Setelah bath tub terisi dengan air hangat, Jihyo menambahkan sabun dengan harum bunga Mawar hingga busa itu hadir memenuhi bath tub. Jungkook yang masih memejamkan mata, kini sudah masuk ke dalam bath tub dengan tubuh Jihyo yang berada di atasnya. Gadis itu diam, menikmati sesi berendamnya yang sedikit memiliki kendala--Jungkook dan sifat manjanya.
"Jung?" Panggilnya pada Jungkook, yang memberikan jawaban berupa deheman. "Kemarin Kak Namjoon memberi tawaran,"
Mendengar nama lelaki yang menjadi boss-nya itu, Jungkook langsung membuka mata. Menarik semua kesadaran yang tadi masih terkubur begitu dalam, Jungkook menajamkan indera pendengarannya. Kepalanya memutar kembali memori lama, perihal alasan kenapa mereka bisa menjadi seperti sekarang dan nama itu memegang inti dari alasan yang membawa mereka tenggelam dalam kenikmatan dunia yang saat ini mereka cecap.
"Tawaran apa?" Tanya Jungkook penasaran sebab Jihyo tak kunjung melanjutkan.
"Dia bertanya apakah aku mau membuat video dengan Taehyung atau tidak," jawabnya, yang lagi-lagi sukses membuat kedua bola mata Jungkook melebar.
"Lalu, kau jawab apa?"
Jihyo diam sejenak, kepalanya kini menoleh pada Jungkook yang sejak tadi memperhatikannya. "Aku bilang kalau aku akan tanya dulu padamu tentang ini," jawabnya kemudian.
"Maka kau tentu saja tahu apa jawaban yang akan aku berikan,"
Lagi, Jungkook dan keegoisannya.
Jihyo mendengus, lalu mengalihkan atensinya dengan cepat. "Tapi kau melakukannya dengan orang lain juga, Jungkook. Bahkan tanpa meminta persetujuan ku,"
"Aku melakukannya untuk kita, Ji. Untukmu,"
Tidak, kau melakukannya karena kau menyukai gadis itu. Alih-alih melontarkan kalimat ini, Jihyo hanya memilih diam dan mengabaikan bagaimana tatapan Jungkook yang menajam padanya.
"Nanti kita temui Kak Namjoon, sekalian jalan-jalan. Rasanya sudah lama kita tidak pergi berdua, 'kan?" Yang tentu saja dijawab dengan dehemen oleh Jihyo.
Rasanya sesak, tapi tentu saja seperti dulu-dulu dia tak punya kesempatan untuk meluapkan rasa sesak itu. Semuanya seolah dibiarkan menumpuk di dalam dada, hingga membuatnya hampir kehabisan napas untuk sekedar hidup. Jungkook barangkali memahami bagaimana gadisnya kini terluka dengan keegoisannya, tapi lelaki itu hanya abai dan memperlihatkan bahwa dirinya tak tahu apa-apa.
"Kau harus tahu bahwa aku mencintaimu, Jihyo. Sangat." Dan kalimat itu, kembali terucap dari belah bibir Jungkook yang kini mendaratkan ranumnya di pucuk kepala Jihyo dan gadis itu hanya diam menatap pantulan tubuh mereka di kaca kamar mandi.
Kebohongan seperti apa lagi yang akan ranum itu ucapkan, ya? []
KAMU SEDANG MEMBACA
Mature Side
Fanfiction[M] Semesta barangkali tak pernah berpihak pada keduanya, seolah-olah semesta senang sekali memberikan luka pada mereka yang sudah hampir luluh lantak menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah sampah yang dibuang karena tak berguna. Masa lalu memba...