29°C

310 33 1
                                    

˚⸙͎۪۫⋆ Happy reading ˚⸙͎۪۫⋆

«

"Udah cukup main-mainnya Yeri sekarang lepasin mereka."

Suara bariton khas milik Taeyong meminta Yeri untuk melepaskan Jennie dan Irene. Meski belum berkenalan secara langsung dengan Irene, Taeyong sendiri yakin bahwa informasi yang disampaikan oleh Mino pasti berasal dari Irene.

"Gue nggak mau," kukuh Yeri.

Taeyong yang sudah tahu dengan semua sifat Yeri memilih untuk mengatur pikirannya agar pikirannya tidak dibutakan oleh amarahnya. "Lu mau apa lagi?" tanya Taeyong yang berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.

Namun Yeri tidak langsung menanggapi apa yang Taeyong baru saja katakan. Gadis tersebut memilih untuk mendekatkan dirinya pada Taeyong dan merapikan kerah Taeyong yang sedikit tidak rapi.

"Gue maunya lu," ujarnya berusaha untuk menggoda Taeyong, sedangkan Taeyong yang mendengar hal tersebut dengan segera menyingkirkan tangan Yeri dari kerah bajunya. 

Meski ditolak secara tidak langsung oleh Taeyong, Yeri masih bersikukuh untuk mendapatkan perhatian dari Taeyong. Dunianya seakan-akan hanya dipenuhi oleh Taeyong.

"Ayolah Taeyong, gue kurang apa sih di mata lu? Cantik udah jelas, tajir udah jelas, kurang apalagi, sih?" tanyanya penasaran dengan semua sifat dingin Taeyong yang ditujukan padanya.

"Berapa kali sih Yeri gue harus jelasin ini ke lu?" tanya Taeyong balik. "Gue nggak bisa. Perasaan gue bukan ke lu, perasaan gue cuma untuk dia." Pemuda tersebut melihat ke arah Jennie yang sudah terkulai lemas di belakang sana.

Ucapan tersebut membuat hati Yeri teriris dua kali lipat dari sebelumnya. Gadis tersebut hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa sampai sekarang perasaan pemuda tersebut masih sama. Masih menyukai Jennie.



Ah, tidak. 



Lebih tepatnya masih mencintai Jennie.



Gadis di hadapan Taeyong ini tidak mampu menahan beban dirinya yang membuat dirinya sendiri terjatuh di atas jalan. Tidak hanya terjatuh, gadis tersebut juga mulai menitikkan air mata di kelopak matanya sembari menahan isak tangisnya.

Pemuda yang berdiri di hadapan Yeri itu tampaknya tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan oleh Yeri. Taeyong sudah membiasakan dirinya dengan semua hal yang dilakukan oleh Yeri. Butuh waktu sekitar satu tahun bagi Taeyong untuk benar-benar tidak tertipu dengan sifat Yeri.

Setelah berjalan melintasi Yeri, Taeyong mulai berusaha untuk melepaskan ikatan tali dari Jennie. Tentu Taeyong juga tidak lupa untuk melepaskan ikatan tali dari tangan Irene. Setidaknya ini adalah hal kecil yang dapat Taeyong lakukan untuk berterima kasih atas jasa Irene yang sudah berperan sebagai penolong.

"Ya ampun Jennie," ujar Taeyong tidak percaya melihat bekas luka yang belum mengering sepenuhnya pada telapak tangan milik gadis tersebut. 

Taeyong merasa semakin bersalah akan hal yang menimpa Jennie. Ia merasa bahwa dirinya gagal menjaga Jennie.

"Oi," panggil Irene yang membuat Taeyong menengadahkan wajahnya pada Irene yang sudah berdiri di hadapannya. 

"Taeyong? Gue Irene. Gue nggak tau masalah apa yang terjadi sama kalian, tapi untuk sekarang mending lu cabut bawa Jennie ke rumah sakit. Kasihan itu si Jennie udah keliatan lemes banget," titah Irene.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang