4°C

424 58 2
                                    


˚⸙͎۪۫⋆ Happy reading, ˚⸙͎۪۫⋆

«

Apa kalian tahu kehidupan kampus itu seperti apa? Beberapa orang akan menjawab menyenangkan karena dapat membuat kenangan indah bersama orang yang mereka sayangi.

Namun hal itu rasanya tidak berlaku bagi gadis yang kerap disapa Jennie ini.

Gadis itu tengah disibukkan oleh proyek yang akan ia jalani. Meski jarum panjang sudah menunjukkan pukul 3 sore, gadis itu masih senantiasa berkutik di bangku perpustakaan untuk mencari semua bahan yang ia perlukan pada saat pengerjaan proyek tersebut.

Sebenarnya apa yang ia lakukan saat ini sudah dapat terselesaikan sejak tadi. Hanya saja ia lupa mengelompokkan kembali buku-buku yang sudah ia pisahkan sebelumnya, sehingga mau tidak mau Jennie harus mencari kembali buku-buku tersebut.

How smart you are, Jennie

Tiba-tiba saja pintu perpustakaan terbuka menampilkan sosok laki-laki yang mengenakan kemeja biru flanel dengan motif kotak-kotak dan tidak lupa dengan kaos di balik kemejanya yang bertuliskan soul, "What's up, Jen!" sapanya kepada gadis yang tengah sibuk memerhatikannya sambil mengangkat tangannya ke udara.

"Whatsapp whatsapp, lo kira aplikasi apa," Gerutu Jennie yang kesal karena gadis ini mengerti maksud dari kedatangan laki-laki ini menemuinya yang tidak lain adalah meminta bantuan.

"Yaampun galak bener deh sama abang Mino. Kan abang sedih jadinya." Jennie pun hanya membalas perkataan tersebut dengan memalingkan wajahnya dari laki-laki di hadapannya itu.

Iya, laki-laki yang dipanggil Mino ini merupakan salah satu sepupu Jennie yang menurut Jennie dapat diandalkan. Ya, bukan berarti yang lain tidak bisa diandalkan tapi yang lain masih terlalu kecil jadinya Mino sendiri yang paling dewasa dari pada yang lainnya dalam hal fisik dan umur.

Banyak orang terkejut setelah mengetahui fakta bahwa Mino dan Jennie adalah sepupu. Bukan karena wajah mereka yang tidak sama, namun karena perilaku mereka yang sangat bertolak belakang. Jika Jennie yang dikenal orang sebagai anak yang cuek dan tidak banyak bicara, lain halnya dengan Mino yang memiliki sifat sosialisasi yang tinggi dan tentunya sedikit berisik. Jennie yang tidak suka keributan, Mino sang pembuat onar. Kalau kata orang, mereka sudah mirip seperti kartun Tom and Jerry.

"Eh, Jen. Bantuin gue dong," Pinta Mino yang sekarang mengambil
tempat duduk di depan Jennie.

"Tolong apaan?"

Mino pun memegang kedua tangan gadis di depannya itu seolah-olah dia sedang memohon, "Tolong temenin gue ke pesta pernikahan temen gue, please." Jelas Jennie akan menolak hal ini. Kenapa? Alasannya sudah jelas karena Jennie tidak suka kebisingan dan satu hal lagi yaitu menjadi pusat perhatian.

Risih, kalo kata Jennie.

"Idihhhh, kenapa harus gue? Ciwi-ciwi lo kan banyak pada kemana semua emangnya?"

Lalu Mino pun bersender ke kursi yang ia tempati dan memposisikan kedua tangannya terlipat di depan dada, "Ahh, gue nggak mau ajak mereka, Jen. Mereka matre, dikit dikit ke Starbucks lah ke itu lah emang dipikir uang gue buat mereka apa. Mending gue sama yang biasa aja."

Jujur, ini yang Jennie suka dari Mino. Meskipun dia terlahir dari keluarga berkecukupan, Mino nggak pernah sama sekali memandang status sosial perempuan. Dia juga tidak terlalu mempermasalahkan tentang fisik- yah meski kadang-kadang juga sih-Tapi, kalo kata Mino sendiri,

"Inget ya, kalo soal perasaan itu gue cuma butuh rasa nyaman. Kalo udah nyaman mah gue ga peduli sama yang lain."

"Terus maksud lo, kalo misalnya gue minta McD ke lo sebagai bayarannya, lo nganggep gue matre? Okay, fine."

"E-EH, JEN! NGGAK GITU!"

"BODO AMAT GUE NGGAK DENGER!" Ucap gadis itu sedikit menaikkan nadanya, lalu mengemasi barang-barangnya dan berjalan keluar dari perpustakaan.

"WOII, LO MAU KEMANA?
LO MARAH?"

"PIKIR AJA SENDIRI!"

🍁🍁🍁

Sekarang mereka- Jennie dan Mino- sudah berada di kediaman Jennie. Sudah terlihat jelas bahwa gadis itu sudah mantap dengan keputusannya untuk menghadiri pesta pernikahan teman sepupunya itu.

Jadi apa Mino benar-benar akan mentraktir Jennie McD?

Jawabannya tidak.

Mereka sudah membuat kesepakatan baru yaitu Jennie menginginkan seekor hewan peliharaan baru.

Iya, Jennie labil. Jennie berpikir jika ia menggunakan uang sepupunya hanya untuk membeli makanan maka itu hanya dapat memberikan rasa puas sementara, sedangkan Jennie menginginkan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa kesepian dalam dirinya.

"No, kalo gue minta beliin anjing,
lo mau beliin nggak?" Ucap Jennie asal ke Mino yang saat ini laki-laki itu sedang menonton tv di rumahnya. Lebih tepatnya nonton film anak-anak, Shiva.

Mino pun yang merasa terpanggil melihat ke arah Jennie dengan tatapan anehnya, lalu menarik tangan gadis di hadapannya itu untuk menyuruhnya duduk dan setelah itu memegang kening gadis tersebut dengan salah satu punggung tangannya. "Ishh! Apaan sih lo," Setelah menerima perlakuan yang tidak jelas dari sepupunya itu, gadis ini langsung menepis tangan yang menyentuh keningnya itu.

"Nggak panas, berarti lo nggak sakit. Lo kenapa sih minta hal-hal yang aneh?" Tanya Mino lalu kembali menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa yang ia duduki dan melanjutkan aktivitasnya menonton Shiva.

"Gue kesepian No. Gue nggak ada temen," ucap Jennie sendu lalu dengan segera ia menyenderkan kepalanya di bahu Mino.

Mino pun yang melihat tingkah Jennie secara langsung mengelus kepala gadis itu, "kan ada Hanbin say,"

"Ya kan tapi dia suka pulang telat. Mau gue ajak ngobrol aja gue kasian, keliatan banget dari rautnya wajahnya kalo dia capek." Tanpa sadar pun air mata mulai mengenangi pelupuk mata gadis itu.

Mino pun yang mendengar tanggapan Jennie akhirnya menghembuskan nafasnya, "Jen, syukuri apa yang ada. Kalo lo kesepian ya udah chat gue. Gue bakal mau direpotin sama lo asal lo seneng," Kepala yang awalnya bersandar pada bahu laki-laki itu, kini sudah ditegakkan oleh sang pemilik bahu, "hayu siap-siap."

Ketika Mino sudah berdiri, lain halnya dengan Jennie yang masih berada pada zona nyamannya. Hingga akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk menyodorkan kedua tangannya kepada laki-laki yang ada di depannya itu. "Tumben manja, Jen. Agak gimana gitu gue liatnya."

Setelah kedua tangan Jennie dipegang oleh Mino, gadis itu malah menarik laki-laki di hadapannya tersebut yang membuat laki-laki itu ambruk ke sofa yang ada di depannya dan tentunya gadis itu langsung berdiri dan berlari menuju kamarnya.

"EH, ANJIR KOE KURANG AJAR TENAN!"

»»

---

Adem gitu kalo liat sepupu akur :)

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang