6°C

341 50 0
                                    


˚⸙͎۪۫⋆ Happy reading! ˚⸙͎۪۫⋆


««

Semenjak kejadian kemarin, dimana Taeyong mengakui Jennie sebagai pacarnya di depan orang tuanya sendiri, Jennie semakin sering diperhatikan oleh Mino.

Kenapa?

Jawabannya, karena Mino sendiri sudah menjadi saksi dari perjalanan kisah percintaan gadis itu bersama Taeyong. Sehingga, Mino yang memiliki sifat peduli sangat memprioritaskan keadaan Jennie dan tentunya Mino tidak mau itu terjadi lagi pada Jennie untuk kedua kalinya.

Gadis yang notabenenya sebagai salah satu mahasiswi dari kampus ini baru saja mendarat di kampus tercintanya tersebut. Tak tanggung-tanggung, gadis ini juga pergi bersama salah satu idola kampus ini yang tidak lain adalah saudaranya sendiri, yaitu Hanbin.

Setelah ini, Jennie hanya berharap bahwa dirinya tidak diamuk masa oleh para penggemar garis keras adiknya tersebut.

"Eh, Jen-Jen. Lo kemaren kemana aja sih? Gue telpon-telpon kok nggak diangkat?" Panggil Lisa yang saat ini sedang mengejar Jennie di tempat parkiran motor kampus.

"Eh, neng Lisa. Nggak barengan sama bang Ibob?" Hanbin yang dikenal oleh orang-orang sebagai laki-laki yang susah untuk berkomunikasi dengan perempuan, nyatanya mampu berkomunikasi sangat lancar dengan Lisa. Tentu saja itu karena Lisa yang ia kenal sebagai salah satu gebetan dari anggota squadnya, Bobby.

Lisa pun yang mendengar perkataan tersebut membalas, "Idih najiseun kata siapa gue deket sama Bobby? Hoax itu mah, HOAX!" Seru Lisa membela dirinya sendiri.

"Meskipun Bobby ngomong yang sebenarnya ke gue, lo masih nggak setuju sama kata-katanya?"
Jujur saja raut wajah Lisa sekarang susah untuk didefinisikan, ia sudah terlalu malu akan apa yang baru saja diucapkan Hanbin.

"Ah, bodo lah. Gue mau makan belom sarapan pagi." Selepas perkataannya  itu, langsung saja Lisa pergi tanpa mengucapkan salam lagi.

"HEH KUTIL ANOA, TUNGGUIN GUE DONG!" Teriak Jennie, lalu turun dari motor dan hendak mengejar Lisa dari belakang. Sebelum Jennie benar-benar pergi, gadis itu sempat melihat ke arah Hanbin yang tersenyum samar melihat ke arahnya dan Lisa,

"Serem anjir." Batin Jennie.

🍁🍁🍁

"Lis, kemaren gue ketemu Taeyong,"

"UHUK-UHUK-"

"Eh, kok keselek? Nih minum air putih." Setelah mendengarkan apa yang baru saja diucapkan Jennie, Lisa mendadak tersedak. Untungnya Jennie sudah bersiap siaga, sehingga air minum pun sudah ia berikan pada sahabatnya tersebut.

"WAH, GILA. LO SERIUS, JEN??" Lisa pun meletakkan sendoknya dan langsung mencengkram bahu gadis di depannya dengan kuat.

"Ih sakit, tauuu," Jennie pun langsung melepaskan cengkraman tangan Lisa dari bahunya, "Kok segitu kagetnya Lo denger gue bisa ketemu sama dia?"

Lisa pun langsung mengedarkan arah  pandangannya ke sekitarnya lalu mendekat dan merangkul Jennie untuk berbisik, "Gue denger-denger nih, Taeyong lagi deket sama anak rektur sekolah ini."

Gadis ini pun mengangkat salah satu alisnya, "Lho, terus apa hubungannya sama gue?? Gue kan nggak ada hubungan apa-apa sama dia," Mendadak gadis ini langsung mengambil air minum yang berada di hadapannya.

Lisa pun kembali menatap gadis di sampingnya dengan tatapan yang cukup serius, "Just want to remind you. Please be carefull, Jen. I don't want you get hurt,"

"Maksud lo?"

"Denger-denger anak rektur itu suka ngebully orang dan parahnya setiap perlakuan dia yang udah diketahui sama bokapnya sendiri nggak ditindak tegas,"

"Wah-wah, nggak bisa dibiarin itu. Siapa sih namanya? Siapa? Biar gue cari anaknya,"

"Lo mau mati berantem sama dia??"

"Bukan gitu, gue mau ngomong sama dia kalo-"

"Lo mau ngomongin apa sama gue?"

Tidak, yang barusan tadi bukanlah sahutan dari Lisa, melainkan ada segerombolan perempuan yang mendekat ke arah Jennie dan Lisa.

Dalam sekejap keadaan menjadi hening, Jennie masih saja bingung akan kehadiran gerombolan yang tidak dikenalnya ini sehingga ia pun berniat untuk menanyakan identitas mereka.

"Mbak siapa ya?? Aww-" Tiba-tiba Jennie meringis kesakitan karena ulah Lisa yang memijak salah satu kaki Jennie dengan sepatunya sangat kuat. Gadis yang sedang meringis kesakitan itu pun hanya melihat ke arah Lisa dan bermaksud meminta penjelasan akan perbuatan yang baru saja dilakukannya tadi.

Lalu bagaimana dengan segerombolan perempuan tadi?
Mereka sekarang sedang melihat dengan tatapan yang tajam serta memberikan smirknya ke arah Jennie.

"Oh, ternyata ini Jennie yang lagi diomongin sama anak-anak deket sama Taeyong ya??"

Jennie pun yang heran hanya mengernyitkan dahinya,

"Kenalin, gue Kim Yerim, pacarnya Taeyong."

Mendengar pernyataan tersebut, gadis ini hanya tersenyum tipis. Pikirnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Yeri tadi hanyalah omong kosong karena Jennie tahu bahwa Taeyong masih tidak bisa melupakan Jennie.

Dan satu lagi, jangan lupakan bagaimana Taeyong menyatakan perasaannya di kelas kemarin.

Akhirnya Jennie yang tidak mau kalah mulai memperkenalkan dirinya dan menjulurkan salah satu tangannya, "Oh, kenalin gue Kim Jennie."

"Lo mau ngomong apa sama gue??" Pertanyaan itu langsung saja mencelos dari mulut Yeri. Jennie berpikir Yeri benar-benar seperti cenayang karena gadis itu dapat mengetahui bahwa dirinya baru saja dibincangkan oleh Jennie dan Lisa.

"Jadi gini, gue nggak suka lo nindas anak yang rendah dari lo cuman karena Taeyong-Taeyong ga jelas itu," Tegas Jennie.

"Emang kenapa?? Gue berhak kok ngelakuin itu,"

"Atas dasar apa mbaknya bisa berani ngomong kayak gitu? Pacar? Jelas-jelas kemaren Taeyong nyatain perasaannya ke gue."

"Munafik lo, Taeyong cuma cinta sama gue dan nggak ada wanita lain yang dia cinta selain gue," Perlahan gadis bernama Yeri itu pun sudah tersulut oleh emosinya ini sendiri. Melihat hal ini pun Jennie memiliki ide untuk semakin memanaskan suasana.

"Kalo memang cinta nggak mungkin dong tiap kali lo deketin dia, dianya berusaha menjauh dari lo?" Perkataan Jennie ini sungguh memancing emosi Yeri dan pada akhirnya Yeri memutuskan untuk membentak gadis di hadapannya itu.

"KURANG AJAR YA LO!"

Jennie yang mendengar hal itu memberikan tatapan sinis kepada Yeri, "Apa? Mau bully gue? Silahkan, gue nggak takut."

Lalu Yeri pun menghembuskan nafasnya dengan kasar, "Well, lo kayaknya sok berani. Tunggu aja pembalasan gue yang bakal bikin lo nyesel karena ngomong kayak gini sama gue." Ancamnya dengan tatapan yang nggak kalah sinis dari Jennie.

"I'm really looking forward to it."

»»


---
Masalah apa ini kira-kira?
Ada yang bisa nebak?

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang