5°C

382 55 9
                                    


˚⸙͎۪۫⋆ Happy reading! ˚⸙͎۪۫⋆

««

"No, udah nih. Bagus, nggak?"

Sang empunya nama pun berbalik ke sumber suara. Dalam pandangan sekejap ia memang mengakui bahwa sepupunya ini memanglah sangat cantik, hanya saja untuk mengakui pujian tersebut Mino tidak bisa berkata apa-apa seakan ada perekat di kedua katup bibirnya itu.

"Oh jelas dong bagus, orang sepupunya aja ganteng kek gini."

"Tck, yaudah buruan ntar telat." Tanpa berbasi-basi lagi, akhirnya kedua manusia ini pun berjalan  menuju ke mobil, tentunya mobil Mino.

Jennie sebenarnya tidak terlalu menyukai kendaraan ini karena menurutnya dengan menggunakan kendaraan ini maka akan timbul rasa sesak dalam dirinya. Niat awal yang hendak pergi menggunakan motor terpaksa diurungkan oleh Jennie sejak ia menyadari bahwa dirinya memakai gaun.

"Eh, kalo gue naik motor, masa gue harus ngangkang sih?" Pikir Jennie.

"Silahkan masuk, non" Ucap Mino yang membukakan pintunya untuk Jennie dan memperlakukan gadis itu seperti nyonya besar.

Jennie pun yang melihat tingkah konyol sepupunya itu terkekeh. Sepupunya ini terkadang suka usil, konyol, bahkan bisa menjadi keren pada keadaan tertentu.

"Makasih lohh, mas."

"Mas-mas, dikira gue mas-mas jualan nasgor apa?" Gerutu Mino lalu ia masuk ke dalam mobil. Tapi menurut Jennie, dilihat-lihat Mino juga cocok menjadi mas-mas jualan nasgor karena tampang Mino yang sudah sangat mendukung untuk menjadi pedagang nasgor.

"Gapapa lah, kan kalo lo jualan nasgor pasti banyak yang beli soalnya kan lo pasti bakal kasih banyak diskon untuk ciwi-ciwi cantik." Sehabis Jennie menyelesaikan ucapannya, gadis itu  langsung menghidupkan radio dan mulai mencari stasiun radio.

Baru saja gadis itu memilih-milih stasiun radio, gadis itu dipertemukan oleh sebuah lagu yang mengingatkannya akan masa kecilnya sendiri. Tanpa disadari kedua matanya sudah mengeluarkan bulir air yang membasahi pelupuk matanya.

Kangen.

Hanya itu yang bisa Jennie ungkapkan untuk saat ini.

Jennie merindukan momen di saat orang tuanya berkumpul bersama anak-anaknya, bermain bersama anak-anaknya, membuatkan sarapan untuk anak-anaknya, menyanyikan lagu untuk anaknya, bahkan membacakan dongeng dikala Jennie dan Hanbin sulit untuk tidur.
Ia amat sangat merindukan hal-hal kecil itu yang dulunya menjadi rutinitas dalam kehidupan sehari-harinya.

Lalu bagaimana dengan sekarang?
Perbedaan sangat amat terasa dalam diri Jennie. Mulai dari dulu yang tidak pernah absen untuk sekedar bertegur sapa, hingga sekarang yang bahkan untuk bertegur sapa pun hanya dilakukan di saat-saat yang penting saja.

Impian gadis itu hanya satu, ia benar-benar bertekad untuk membuat keluarganya utuh kembali.

No matter what the reasons,
I've to do it.

"Udah nggak usah nangis, sayang loh ntar makeup-nya luntur," Ucap Mino menenangkan gadis itu sambil membawanya kedalam pelukannya.

Jennie merasa beruntung memiliki saudara seperti Hanbin dan Mino yang benar-benar peduli dengan kondisi Jennie, baik itu saat susah ataupun senang. Selain itu juga, Jennie bersyukur karena masih ada orang yang mau berteman dengan dirinya, salah satunya Lisa.

Jennie hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua orang dan terutama kepada Tuhan. Tuhan telah memberikan kekuatan yang besar kepada Jennie sehingga gadis itu masih bisa bertahan selama ini. Karena Tuhan Jennie dikuatkan, diberkati, diampuni, diselamatkan dan dicintai.

"Lo boleh kecewa akan apa yang telah terjadi di kehidupan lo. Tapi inget, lo nggak boleh nyalahin Tuhan. Semakin lo nyalahin Tuhan, lo semakin susah untuk memperbaiki kondisi lo sendiri." –Jennie

Tidak lama pun, mobil yang mereka—Jennie dan Mino—tumpangi ini sudah sampai ke tempat tujuan sesuai dengan arahan mereka. "Woi, udah sampe ayok keluar," Ucap Mino membuka safety bealtnya lalu membuka pintu mobil.

Jennie melakukan hal yang serupa dilakukan oleh Mino, kemudian berjalan ke dalam gedung–tempat dimana resepsi pernikahannya diadakan. Baru saja Jennie hendak berjalan, tiba-tiba saja Mino mencegat Jennie, "Apa?" Balas Jennie.

Mino pun mengambil telapak tangan Jennie itu dan meletakan telapak tangan gadis itu diatas telapak tangannya, "Ini gue lakuin supaya kesan kita sebagai couple itu dapet."

"Bisa aja lu kutil kadak," Batin Jennie

Sewaktu Jennie dan Mino hendak masuk ke dalam, mereka mengisi terlebih dahulu daftar hadir yang sudah disiapkan oleh panitia pernikahan di meja tamu.

Baru saja hendak mengisi daftar tamu, seseorang menyapa Mino,
"Selamat malam, nak Mino."

"Eh? Selamat malam, pak. Bapak hadir juga disini?" Tanya Mino terkejut, karena bapak itu adalah orang yang mau menjodohkan anaknya bersama dengan Mino.

But what? Mino menolak dengan tegas. Jika ditanya apa alasannya ia akan menjawab, "Jomblo itu mantep tenan."

Bapak itu pun langsung melihat penampilan Jennie mulai dari atas hinggal ke bawah. Jennie yang mengetahui hal itu pun menjadi sedikit takut. "Nak, ini siapa kamu?" Tanya bapak itu sambil mengarahkan kedua bola matanya ke arah Jennie.

Mino pun berdeham, "Hmm, ini sepupu saya, pak."

Jennie pun mengulurkan tangan untuk memberi salam kepada bapak tersebut, "Nama saya Kim Jennie, pak."

"Nama yang bagus, Jennie. Kamu bisa panggil nama saya tuan Lee," Ucapnya membalas uluran tangan Jennie.

Seketika, Jennie terdiam akan apa yang baru saja dikatakan oleh bapak. itu. Jennie menjadi memikirkan hal aneh yang beranggapan marga bapak itu ada hubungannya dengan mantan pacarnya, Lee Taeyong.

"Ck, kok jadi mikirin Taeyong, sih!" Gumam gadis itu yang tidak didengar oleh mereka berdua.

Mereka pun mempersilahkan para tamu untuk masuk. Setelah itu, Mino masih berbincang-bincang dengan bapak Lee, sedangkan Jennie hanya mengikuti mereka dari belakang sambil melihat-lihat kondisi di sekitarnya. Ya, meskipun dalam hati Jennie berkata bosan, namun ia tau sopan santun sehingga ia tidak mau mengganggu pembicaraan Mino dan bapak Lee. Sehingga Jennie memutuskan untuk mengambil salah satu minuman yang sudah tersedia di hadapannya dan meneguk minuman tersebut.

"Pa, tadi kuncinya dima-"

TAKK

Tiba-tiba saja gelas yang dipegang oleh Jennie jatuh ke bawah. Tidak, biasanya gadis ini seceroboh ini. Salah satu alasan yang membuat
gelas itu lepas dari tangannya adalah sumber suara yang datang mendekat ke arahnya.

Dia, Lee Taeyong.

Dugaan Jennie benar. Firasatnya benar mengatakan bahwa tuan Lee ini memiliki hubungan dengan mantannya ini.

"Sini biar gue bantu," Ucap Taeyong yang kini tengah jongkok bersigap membantu Jennie.

Baru saja Taeyong hendak membantu, Mino langsung menepis kedua tangan Taeyong, "Heh jamur kurap, nggak usah bantu ntar lo luka. Mending gue aja yang bantu,"

"Lho nak, kamu kenal sama mereka?" Tanya bapak Lee penasaran.

Lalu Taeyong pun mengulurkan salah satu tangannya untuk membantu gadis di hadapannya berdiri.

"Of course dad, she's my girlfriend."

»»

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang