11°C

275 41 2
                                    


˚⸙͎۪۫⋆ Happy Reading! ˚⸙͎۪۫⋆

«

"Jennie diculik?"

Perkataan yang keluar dari mulut Lisa sukses membuat Taeyong terkejut setengah mati. Pasalnya, ini baru saja 15 menit dari kelas terakhir berakhir. Bagaimana mungkin Jennie bisa diculik tanpa sepengetahuan mahasiswa lain?

Taeyong pun berusaha untuk menenangkan Lisa terlebih dahulu. Pikirnya jika ia langsung berlari untuk mencari Jennie di kelas terakhir, ia tidak akan bisa mendapatkan info apa-apa dari orang yang terakhir bersamanya yang tidak lain adalah Lisa.

"Okay, lu tenang dulu ya. Nggak papa, nggak papa. Kita cari sama-sama, ya?" Rujuk Taeyong sekaligus caranya menenangkan Lisa.

Tak lama kemudian, Lisa sudah menjadi sedikit tenang dari yang sebelumnya. Dengan pilihannya yang mantap pun ia memutuskan untuk bekerja sama dengan Taeyong untuk menemukan Jennie.

"Jadi, apa yang harus kita lakuin, Yong?"

"Cari barang Jennie dulu, siapa tau ada petunjuk."

🍁🍁🍁

Siang itu, Hanbin tengah bersama teman sepernongkiannya di warung mie ayam pak Budi. Mengapa mereka memilih untuk bersantai di warung mie ayam pak Budi? Jawabannya karena mereka sudah berlangganan mie ayam ini sejak mereka masih SMA. Jadi, wajar saja jika mereka menganggap tempat ini sebagai basecamp mereka.

Awalnya hanya Hanbin yang bersantai disini. Ia melewatkan kelas pertamanya karena kendaraan miliknya tersebut kehabisan bahan bakar. Pikir Hanbin, daripada  memaksakan diri untuk tetap datang ke kampus yang pastinya tidak diperbolehkan ikut kelas lebih baik  tidak mengikuti kelas pertama.

Itulah sebabnya Hanbin menelpon teman seperkumpulannya yang sedang ada jadwal kosong untuk berkumpul di warung mie ayam ini. Kebetulan saja yang sedang tidak sibuk hanyalah Jinhwan dan Bobby.

"Lu kenapa bisa telat sih?" Tanya Jinhwan yang baru saja kembali ke meja makan usai mengambil minuman untuk mereka bertiga.

Alih-alih menjawab, Hanbin meneguk terlebih dahulu minuman yang ada di hadapannya itu untuk meredakan rasa hausnya. Sesudah rasa haus itu reda, barulah ia menjawab pertanyaan Jinhwan tadi.

"Gue tadi telat bang. Biasa, gue lupa isi bensin," Ujarnya sembari tertawa.

Jinhwan yang mendengar apa yang dikatakan Hanbin tadi pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Jadi Kanjeng Roro gimana? Marah, nggak?" Kali ini Bobby yang bertanya.

Teman-teman Hanbin sudah terbiasa memanggil Jennie dengan sebutan Kanjeng Roro. Jika ditanya kenapa mereka menyebutnya Kanjeng Roro mereka akan menjawab, "Hanbin tuh ye, parah bener. Kalo Jennie udah bertitah pasti langsung dilakuin. Coba aja sama kita susahnya minta ampun kudu dibujuk-bujuk dulu."

Dengan raut wajah kesal yang sulit untuk tidak ditunjukkan, Hanbin berkata, "Ya, gitu deh. Gue diomelin mulu di jalanan." Setelah itu Hanbin memasukkan mie kedalam mulutnya dalam jumlah yang besar.

Bobby dan Jinhwan yang mendengarnya tertawa. Mereka memang senang jika temannya itu dalam kesusahan. Tapi jangan lupakan fakta bahwa mereka lah yang selama ini peduli kepada Hanbin.

Tidak, bukan berarti anggota yang lain tidak peduli. Hanya saja Hanbin sudah mengenal Jinhwan dan Bobby sejak masa SD. Awalnya mereka itu tidak dekat sama sekali, tapi karena Hanbin lah mereka dapat menjadi sangat dekat bahkan layak disebut seperti keluarga.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang