2°C

612 76 6
                                    


˚⸙͎۪۫⋆ Happy reading! ˚⸙͎۪۫⋆

««

"Sekarang coba jelasin ke gue kenapa lo disini."

Jadi semenjak kejadian dimana keberadaan Jennie di club diketahui oleh Hanbin, gadis itu sekarang tengah diinterograsi oleh adiknya sendiri. Jujur, Jennie sendiri mengakui bahwa Hanbin itu akan terlihat menyeramkan apabila ia sudah benar-benar serius, untuk sekarang Jennie hanya bisa berharap Dewi Fortuna sedang berada di pihaknya.

"Tadi gue nemenin Lisa, Bin. Suer deh."

"Yang bener nih?"

"Iyeee Hanbinnn, kapan sih gue pernah bohongin lo?"

"Pernah tuh, waktu itu lo bilang kalo sprite dicampur baking soda ntar ada jin keluar. Ehh, gataunya malah gas-gas yang keluar, mana kena mata gue lagi," Gerutu Hanbin disela-sela pembicaraan mereka berdua.

Sebenarnya, apa yang dikatakan oleh Hanbin itu memang benar apa adanya. Tapi, pada saat itu Hanbin masih terlalu kecil untuk menggunakan logikanya sehingga ia pun bertekad untuk menguji cobakan sendiri.

"ITU MAHH BEDA KASUS SAYANGG, JELAS JELAS KALO ITU CUMAN HOAX! AH ELAH GITU AJA MASIH DIINGET."

Setelah Jennie berteriak, squad Hanbin pun mulai menyaksikan perdebatan antara dua saudara ini. Sebenarnya mereka malu, hanya saja mereka tetap ingin mempermasalahkan hal sepele ini.

"Yaudah, intinya gue gamau tau lu ga boleh dateng kesini lagi," Ujar Hanbin yang kini tengah meneguk minumannya yang Jennie yakin bahwa minuman itu adalah alkohol.

"Kenapa? Apa salahnya gue kesini? Gue juga udah legal kok bukan
anak kecil lagi yang perlu diawasin kemana-mana," Jennie yang merasa harga dirinya sedikit dicoreng pun memprotes perkataan Hanbin.

"Jen, listen"

"What?"

"Lo tau kan gue rusak?" Tiba-tiba saja Jennie yang tadinya tidak bisa diam mulai terdiam memfokuskan pandangannya kedua manik Hanbin.

"Oleh karena gue rusak, I won't it happen to you too 'cause you're my treasure, my home, my everything.
I'm going crazy if you be like me, please don't."

Selepas kata itu terucap dari mulut Hanbin, gadis itu pun menganga tidak percaya akan hal yang baru saja dikatan oleh laki-laki di depannya ini, pasalnya Hanbin selalu bertingkah seperti anak kecil di depan Jennie. Untuk pertama kalinya Jennie melihat sisi dewasa dalam diri Hanbin

"Iya bin, gue tau kok rasanya ekspetasi tidak sesuai realita," Ucap Jennie untuk menenangkan hati Hanbin seraya memainkan rambut laki-laki itu, "Tapi Bin tolong ingat satu hal,"

"Apa?"

"Tuhan tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan manusia. Tuhan memberikan ini kepada kita karena dia ingin tahu seberapa kuatnya kita dalam menghadapi cobaan."

Butuh waktu lama bagi Hanbin untuk merespon perkataan Jennie karena menurutnya kalimat itu adalah omong kosong yang selalu ia dengar selama ia hidup, namun tidak dengan hari ini. Jennie- kakaknya sendiri- mampu mengubah makna perkataan tersebut untuk dirinya dan perlahan pun air mata menetes dari laki-laki tersebut.

"Ya gue tau Jen, tapi gue masih beranggapan bahwa Tuhan tuh gak adil sama kita," Elak Hanbin seraya. menaikkan sedikit nadanya.

Jennie pun yang melihat keputus-asaan dalam diri adiknya sendiri ini pun ikut merasa sedih akan apa yang dirasakan oleh adiknya itu. Gadis itu pun menghela nafasnya, ia tahu bahwa semua memang tidak semudah seperti apa yang diharapkan. Ia tahu bahwa butuh waktu yang cukup lama untuk mengobati rasa sakit itu. Ia tahu perasaan itu lebih dari siapapun.

"Oleh karena itu Bin, bersandarlah kepada-Nya sebab Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan selalu men-dengarkan doa umatnya." Setelah itu, Jennie langsung mendekatkan dirinya pada Hanbin. Gadis itu hanya ingin memberikannya pelukan hangat.

Hanbin mulai menangis terisak. Jennie tidak pernah melihat Hanbin menangis terisak selama ini. Yang ia pernah lihat hanyalah tangisan biasa yang terjadi karena terakhir kali pada saat Jennie hendak menutup pintu rumah, tangan Hanbin berada di sela-sela pintu sehingga secara tidak sengaja tangan Hanbin pun terjepit.

"Iya gue percaya kok Jen." Hanbin pun mulai menghapus jejak air matanya. Ia merasa lega karena bisa membagikan perasaannya kepada orang yang ia percayakan,

"Makasih ya udah mau jadi saudara yang selalu ada di sisi gue selalu."

"Alay lo ah, masa gitu aja cengeng katanya primadona kampus nihh masa nangis sih ahaha," Ucap Jennie yang tertuju untuk menyindir Hanbin.

"Anjir lo ya, tunggu aja gue kejer nihh."

Hanbin yang tidak terima dirinya diejek pun hendak bangkit berdiri dan mengejar kakaknya itu di dalam Club. Hanbin sudah tidak peduli dengan tatapan-tatapan orang yang melihatnya. Ia hanya ingin melepaskan penatnya sejenak dengan Jennie.

BRAKK

"Anjir lo-"

"Hi Jennie, long time no see."

»»

---

Aku tau ini dikit gengs, tapi chapter selanjutnya udah mulai panjang kok :)

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang