Narasi Hujan [TAMAT]

Mendung-41

Perjodohan yang Yi Chen rencanakan, lebih pantas Nyctha sebut sebagai kiamat sugro. Hanya dengan membayangkan menghabiskan seumur hidup bersama orang yang tak ingin Nyctha nikahi saja mampu membuat gadis itu sakit kepala, apalagi menjalaninya. Mungkin Nyctha sudah langsung lompat dari atap gedung. Barang kali kisah tragisnya bisa menginspirasi orang tua di luar sana untuk berhenti mencampuri urusan percintaan anaknya.

Tapi boro-boro lompat dari atap gedung tinggi, atau menenggak racun seperti Juliet. Nyctha bahkan gagal melompat dari atas balkon ketika dengan anarkis Dylan masuk ke kamar dan memergoki salah satu kaki Nyctha sudah berada di luar pagar pembatas balkon.

Bagaikan kerbau, Dylan terburu-buru berlari ke arah Nyctha. Niatnya sih kepengin memberikan pencegahan agar kakak tercintanya itu batal jadi arwah gentayangan, tapi malah membuat Nyctha benar-benar celaka.

Melihat Dylan berlari ke arahnya, Nyctha malah dibuat semakin panik. Alhasil genggaman tangannya pada pagar balkon melemah, dan membuat Nyctha jatuh dengan sangat tidak aestetik dari lantai dua rumah gedong ini.

Nyctha kira setelah jatuh menghantam rumput jepang yang Rachel rawat setahun sekali kalau berkunjung ke Indonesia, Nyctha akan disambut oleh malaikat berjubah hitam. Tapi boro-boro mati, Nyctha bahkan hanya mendapat sebuah luka di siku yang sangat tidak berarti.

Bukan cuma Nyctha yang mendengus kesal karena batal menjadi kuntilanak berwajah bak bidadari, Rachel yang tak sengaja menonton adegan terjatuhnya Nyctha ikut merutuk sebal. Padahal kan lumayan kalau Nyctha mati dengan sendirinya, Rachel jadi tidak perlu repot-repot mengunjungi dukun setiap akhir bulan untuk menyantet gadis itu. Dan yang lebih parahnya lagi, bukan cuma Dylan dan Rachel yang menonton kecelakaan pagi ini, sebab Nyctha jatuh menyentuh tanah bertepatan dengan kedatangan keluarga Yuno.

Jadilah Nyctha tidak bisa mengelak dari perayaan ulang tahun papa sekaligus pertemuan dua keluarga guna membahas perjododan antara Nyctha dan Yuno.

Dengan bibir mengerucut sebal Nyctha memijat bahunya yang terasa nyeri. Tanpa pedulikan insiden sebelumnya, pertemuan keluarga ini tetap di laksanakan.

"Kamu gak pa-pa?"

Nyctha menengadahkan wajah, menatap Yuno yang baru saja bertanya.

Lelaki itu terlihat rapi, aroma lembut khas dirinya yang sempat menghantui Nyctha kembali tercium. Sama halnya seperti Nyctha, dari sekali lihat Yuno nampak seperti begitu sempurna untuk jadi nyata. Ia tampan, hanya manusia buta saja yang bilang senyum Yuno itu memuakan. Ditambah lagi Yuno terlihat seperti lelaki berwibawa nan bertanggung jawab. Dan jangan lupakan kenyataan kalau seorang Kanigara Yuno lahir dari keluarga tajir, ayahnya adalah pengusaha properti terbesar di negara ini sedang ibunya adalah salah satu guru besar di universitas negeri ternama. Tapi satu kekurangan Yuno di mata Nyctha, dia bukan Frieden.

Aneh memang. Ketimbang lelaki sempurna tanpa cacat seperti Yuno, Nyctha justru lebih suka terjebak dalam permainan brengsek dengan Frieden.

Nyctha menjawab pertanyaan Yuno dengan senyuman palsu, sedang jari tengahnya teracung ke arah lelaki itu.