Chapter 29
Severus berdiri di luar rumahnya. Segalanya masih sama dengan tempat itu; tidak ada jendela yang retak, tidak ada pintu yang terbuka. Bahkan angin pun tidak biasanya terasa tenang, dahan-dahan pepohonan tak bergerak dan melindungi sekeliling rumah kecil itu. Dia mengamati tempat itu selama beberapa menit, membiarkan dirinya istirahat sejenak dari ketakutan konstan selama beberapa hari terakhir.
Kemudian dia mulai berjalan, memutuskan untuk memeriksa rumah secara menyeluruh meskipun dia tahu tidak ada orang di sana. Dia berjalan cepat memasuki dapur, kamar tidurnya, dan lab ramuannya. Semuanya tak tersentuh. Di kamar Harry dan Draco, dia menemukan tongkat sihir yang mengintip dari bawah tempat tidur. Dia mengambilnya dan mengantonginya. Tongkat itu milik Potter. Dia pasti menyisihkan tongkatnya selagi mencari sapu terbangnya dan melupakannya. Idiot.
Tongkat Draco tidak ada di dalam rumah. Severus menemukannya tergeletak di luar, mantra lumos cepat menerangi benda itu. Idiot, pikir Severus lagi, tetapi pikiran itu refleksif dan kosong. Dia mengantongi tongkat sihir Draco juga, lalu berbalik sekali lagi menuju malam.
***
Di sini lebih dingin, tetapi Severus tidak terlalu memedulikannya. Dia berjalan secepat yang dia bisa ke arah gerbang, mengangkat tongkatnya dan menggumamkan serangkaian mantra cepat yang digunakan para Profesor untuk masuk ke kastil ketika mereka kembali dari urusannya. Gerbang berderit terbuka, langsung menutup di belakangnya setelah dia masuk.
Perjalanan ke kastil sesungguhnya lama, tapi lagi-lagi Severus nyaris tidak menyadarinya; pikiran-pikirannya berada di tempat lain, kebanyakan tertuju pada dua anak laki-laki yang berhasil masuk ke sini.
Pintu Aula Depan terbuka dengan mudah, dan dia mengikuti jalan yang sudah familier dengannya sampai ke kantor Kepala Sekolah. Dia harap Kepala Sekolah sudah bangun pada jam begini.
Dia tidak kecewa.
***
Dumbledore sedang duduk di belakang mejanya, mengenakan jubah panjang ungunya. Fawkes berseru pelan saat Severus memasuki ruangan bundar itu.
"Severus," ucap Dumbledore sambil bangkit berdiri.
"Duduklah," kata Severus, melintasi ruangan dan mendudukkan diri di kursi biasanya di seberang Dumbledore. Dumbledore kembali duduk di kursinya. Tatapannya tajam, alisnya sedikit berkerut karena khawatir.
"Aku senang melihatmu baik-baik saja," ujar Dumbledore dengan mata menyapu Severus.
Severus mengangguk. "Bagaimana mereka?" Dia bertanya tanpa basa-basi.
"Mereka terguncang, tetapi tidak terluka."
Severus mengangguk. "Mereka sedang tidur sekarang?"
"Ya. Draco akan senang melihatmu besok pagi. Anak itu sangat cemas."
"Dan Potter?"
Severus menyadari kepedihan yang melintasi mata Dumbledore sebelum dia berbicara.
"Dia terkena kutukan," kata Dumbledore. "Tapi dia mulai pulih."
"Kutukan? Jenis apa? Apakah Draco juga terkena serangan?"
"Itu sejenis kutukan penyebab pingsan yang kuat. Madam Pomfrey telah melakukan scan—tampaknya tidak ada cedera yang akan bertahan lama." Dia berhenti sejenak. "Draco tidak terkena serangan. Harry terbang di depannya dan menerima kutukan itu. Kemudian Draco membawa mereka ke tempat aman."
Severu memahami ini. "Ke mana mereka pergi?"
"Keluarga Dursley."
"Keluarga Dursley?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverberations | ✔
FanfictionMusim panas setelah bencana di Kementerian, Draco Malfoy dikirim untuk tinggal bersama Harry Potter. Dia menulis surat kepada Severus Snape, memberitahunya bagaimana keadaannya- dan apa yang sebenarnya terjadi di rumah Harry Potter. Harry Potter ©JK...