Chapter 21
"Aku tidak tahu apakah kau harus bicara dengan Dumbledore."
"Kenapa tidak?" tanya Harry. Dia terkejut. Draco sama sekali tidak menyebutkan percakapan dengan Snape kemarin. Hari ini mereka berada di luar, mencabut rumput liar yang tumbuh bergugus-gugus di sekitar tepi halaman atas saran Snape, agar mereka berdaya guna selagi dia pergi ke Diagon Alley untuk mengambil beberapa bahan ramuan.
"Aku tidak tahu, sebenarnya. Aku hanya punya firasat buruk tentang itu."
"Itu bodoh. Kenapa harus punya firasat buruk tentang Dumbledore?" Harry berhenti sejenak setelah dia mengatakan itu, mengingat fakta bahwa Malfoy mungkin telah mendengar banyak pembicaraan anti-Dumbledore dari orangtuanya dan para penghuni asrama Slytherin lainnya. "Maksudku, apa pun hal buruk yang telah kau dengar tentang dia, itu tidak benar."
"Bukan itu," kata Draco, mencabut rumput liar dengan tenaga ekstra. Dia tidak yakin bagaimana menjelaskan pada Harry tentang apa yang dia rasakan. Mendengarkan cerita Severus tentang pertemuannya dengan Dumbledore, Draco merasa tidak tenang. Masih ada yang tidak beres dengan fakta bahwa Dumbledore sama sekali tidak tahu tentang kehidupan Harry dengan keluarga Dursley, atau fakta bahwa ia tidak pernah mengirim siapa pun untuk memeriksa Harry sebagaimana semestinya. Dia agak merasa bahwa berbicara dengan pria itu akan berbahaya bagi Harry, tetapi dia tidak tahu bagaimana atau mengapa.
"Lalu apa itu?"
"Hanya saja-" mulainya. Kemudian dia menggeleng. "Entahlah. Lupakan."
Harry memberinya tatapan aneh tetapi tidak memaksanya.
"Kau tahu apa yang harus kita lakukan?" kata Draco.
"Apa?"
"Terbang," ucap Draco dengan cengiran.
Harry tersenyum perlahan. "Yeah, itu akan sangat brilian. Tapi kapan Snape kembali?"
"Tidak untuk beberapa jam, katanya." Draco masih kesal pada ayah baptisnya; dia masih belum meminta maaf atas perilakunya yang keras kepala tempo hari, dan Draco pikir dia terlihat lebih dingin terhadapnya daripada biasanya. Itu menyakitkan hatinya, tapi Draco menolak untuk meminta maaf. Dia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Kalau begitu ayo," ujar Harry, membersihkan kotoran dari tangannya. Dia masuk ke dalam, dan beberapa menit kemudian kembali dengan Firebolt yang disampirkan di bahunya. Dia menatap ke langit.
"Sepertinya akan segera turun hujan. Aku tidak yakin apakah kita harus pergi terbang," tutur Harry, menggigit bibirnya.
"Apa artinya sedikit hujan?" kata Draco. Dia telah mengeluarkan Nimbus-nya dari gudang. "Takut, Potter?" tambahnya sambil mengangkat alis. Harry merengut.
"Tidak, aku tidak takut. Ayo." Dengan itu, kedua anak itu mulai terbang.
***
Harry tidak yakin mengapa dia setuju ketika Draco mengusulkan mereka terbang lebih jauh daripada sebelumnya. Dia merasa bahwa sebagian dari alasannya ialah karena pertemuan mendatang dengan Dumbledore; Snape telah bicara bahwa dia mungkin akan mengirim burung hantu kepada Kepala Sekolah hari ini, dan Harry tidak bisa menahan rasa gugup memikirkan kemungkinan tersebut. Terbang selalu mengalihkan pikirannya dari banyak hal. Terpaan udara pada wajahnya, perasaan tanpa beban di perutnya, cara Firebolt-nya berbelok dengan sedikit sentuhan... itu semua menghapus bersih pikirannya dengan menyenangkan. Yang mana membuatnya mengikuti usul Draco dengan mudah. Sampai dia sadar bahwa dia tidak tahu di mana mereka berada.
"Kau tahu di mana kita sekarang, bukan?" Harry berseru pada Draco.
"Apa?" Draco berseru balik. Dia tidak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverberations | ✔
FanfictionMusim panas setelah bencana di Kementerian, Draco Malfoy dikirim untuk tinggal bersama Harry Potter. Dia menulis surat kepada Severus Snape, memberitahunya bagaimana keadaannya- dan apa yang sebenarnya terjadi di rumah Harry Potter. Harry Potter ©JK...