Chapter 5

3.5K 635 23
                                    

Chapter 5


Jantung Harry berdegup kencang di dadanya. Dia mencengkeram segenggam rambutnya sambil meletakkan kepalanya di atas lutut, berusaha mati-matian untuk menenangkan dirinya setelah mimpi buruk itu. Mimpi itu sangat jelas, seolah-olah Sirius hidup sekali lagi- dan kemudian mati lagi dan lagi. Harry tidak asing dengan mimpi-mimpi buruk, tetapi mimpi buruk yang menyangkut Sirius bahkan lebih buruk daripada mimpi buruk tentang Cedric, jika itu mungkin. Akhirnya setelah menenangkan napasnya, Harry mengangkat kepalanya, melihat ke pintu yang baru saja dibanting oleh bibinya. Dia menggigit bibirnya, berharap bibinya tidak akan melanjutkan ancamannya untuk memberi tahu Paman Vernon. Semua amarah Harry sebelumnya telah sirna, dan dia tahu dia tidak bisa mengumpulkan energi untuk menghadapi pamannya. Perutnya bergerak tidak enak saat dia menyadari bahwa Draco Malfoy sedang duduk di ranjang di sebelahnya, artinya dia baru saja menyaksikan semua yang telah terjadi.

"Itu membuatmu tertawa?" tanya Harry. Dia bermaksud agar perkataannya terdengar kasar, namun dia hanya terdengar lelah.

"Tidak," kata Draco pelan, setelah beberapa saat terdiam. "Itu tidak membuatku tertawa."

Faktanya, Draco merasa sedikit tidak enak. Dia tidak tahu bagaimana berbicara dengan Potter setelah apa yang baru saja terjadi. Rasanya ada sesuatu yang berubah.

"Oh," kata Harry, yang, dia pikir beberapa detik setelah mengatakannya, terdengar agak bodoh.

Dengan ekspresi yang belum pernah Harry lihat di wajahnya, Draco turun dari tempat tidur dan berjalan kembali ke meja. Dia tanpa sadar membalik halaman di buku ramuannya dan berpura-pura sedang membacanya. Dia tetap di sana untuk sejenak. Ketika jam demi jam berlalu, kamar itu semakin gelap di sekeliling mereka. Draco tidak bergerak untuk menyalakan lampu, berasumsi bahwa Potter sudah tertidur kembali. Jika dia memperhatikan, dia akan menyadari bahwa napas dalam Harry sebelumnya tak terdengar lagi.

***

Pagi berikutnya, Draco terbangun dengan kepala melekat pada halaman bukunya. Dia duduk dengan kaku, leher dan bahunya sakit. Draco menguap dan mengusap rambutnya (yang jauh lebih tidak licin sekarang karena dia tinggal bersama Potter; dia tidak punya waktu untuk mempertahankannya). Pandangan sekilas ke sekeliling ruangan memperlihatkan bahwa Potter sudah pergi, dan sudah hampir jam sembilan. Draco dengan lesu bangkit dan mengambil bajunya serta bersiap-siap, berhenti sebentar di bagian bawah tangga untuk memastikan kerabat Potter tidak ada di dapur. Kondisi tampak aman, jadi dia berjalan masuk.

Draco benar. Tak ada seorang pun di sana, bahkan Potter. Dia melihat ada semangkuk oatmeal, roti panggang, dan segelas jus jeruk yang ditinggalkan di atas meja. Menganggap itu untuknya, Draco duduk dan mulai makan oatmeal yang sedikit dingin itu. Namun, setelah tidak makan malam tadi malam, rasanya luar biasa baginya. Draco begitu asyik dengan makanannya sehingga dia tidak menyadari sejak awal ada anak lelaki yang berjalan masuk ke dapur.

Dudley Dursley baru saja kembali dari sekolah dalam kondisi fisik terbaik dalam hidupnya setelah masa menjadi juara tinju. Namun, kondisi mentalnya tidak sebagus itu; setelah serangan dementor musim panas lalu, dia jauh dari dirinya yang biasanya, perubahan yang maksudnya mengarah ke positif. Di sekolah, ia telah mundur dari perilaku bullying-nya, menghabiskan lebih banyak waktu sendirian. Dia sering merenungkan serangan dementor, mengingat keringat dingin dan keputusasaan yang menyelimutinya. Selama beberapa bulan pertama sesudahnya, dia mengalami mimpi buruk tentang hal itu yang akan membuatnya terbangun dengan keringat dingin. Dia tidak mengalami mimpi buruk lagi untuk sementara ini, tapi dia masih tidak bisa melupakan ingatannya malam itu. Dudley juga tidak bisa melupakan orang yang menghentikan perasaan mengerikan itu: Harry. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Dudley berterima kasih kepada Harry Potter. Dudley sering berpikir tentang apa yang akan terjadi jika Harry tidak menyelamatkannya; mungkin dia tidak akan pernah bisa merasa baik lagi.

Reverberations | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang