soto betawi

167 19 0
                                    

"Kamu beneran gak mau ditemenin?" Jean mengangguk. "Abang bentar lagi pulang kok," tolaknya.

Jeno balas menggeleng, ia mematikan mesin mobilnya. "Aku temenin sampe abang kamu pulang, kamu gak boleh sendirian."

"Jeno, aku bukan anak kecil lagi, kalo ada orang jahat juga aku lawan nanti, kamu lupa pacar kamu nih sabuk hitam?" jelas Jean, ia sebenarnya tak ingin Jeno menemaninya, karena Jean lebih ingin Jeno cepat istirahat ke apartemennya.

"Aku juga, nih sabuk hitam." Jeno menunjuk seatbelt mobil yang masih terpasang.

Jean berdecak, Jeno memang sedikit keras kepala sama sepertinya. "Jeno..."

Yang dipanggil pun memajukan wajahnya, mendekat ke Jean. "Abang kamu udah titipin kamu ke aku, aku gak mau ninggalin kamu sendiri," kata Jeno yang terdengar mendominasi.

"Ayo turun, kamu mau di mobil aja?"

Jean menampilkan ekspresi malasnya. "Hih, untung sayang."

Mereka turun dari mobil Jeno, Jean merogoh totebagnya mengambil kunci gembok pagar rumahnya. "Bisa nggak? Butuh bantuan sabuk hitam?"

"Gak usah ngelawak deh," caci Jean sembari membuka gembok yang tergantung di pagar.

"Kamu mau minum gak?" tanya Jean setelah masuk ke dalam rumah.

"Nanti aku ambil sendiri aja." Jeno malah sibuk ke rak besar yang ada di ruang tamu. Spot itu marupakan tempat favoritnya di rumah Jean, karena di sana terpajang banyak foto Jean sejak ia bayi hingga wisuda bersamanya.

"Kamu tuh kenapa sih kesini mulu? Duduk sana, capek kan abis nyetir?" Perkataan Jean tak digubris oleh Jeno. "Ini aku ganteng banget ya Jel?" ucap Jeno menunjuk sebuah bingkai foto dimana mereka sedang wisuda di Singapur beberapa bulan yang lalu.

"Iya ganteng iya." Jean menarik lengan Jeno untuk duduk di sofa. "Istirahat!"

"Galak banget."

"Biar."

"Iya, iya ini bobo." Jeno tersenyum lebar, menyenderkan kepalanya di bahu Jean. "Minjem bahunya."

Jean terdiam membiarkan Jeno mengalih fungsi bahunya sebagai bantal. "Kamu tuh lain kali ngajak makan siang gak usah jauh-jauh Jeno." Jean mengusap kepala Jeno perlahan.

Jeno berdeham kemudian bergumam, "Soto betawi yang enak di sana doang Jel."

"Lima bulan di Indo, sukanya soto betawi doang?" Jean terkekeh heran.

"Nggak tuh."

"Terus?"

"Suka kamu juga." Oke, bagi para pembaca yang punya uwu-phobia, mohon ditahan sebentar ya.

"Halah." Jean memutar bola mata malas. Lee Jeno, pacarnya yang memang punya darah campuran Korea-Indonesia ini memang sering melontarkan kalimat cringe.

"Keju banget," komentar Jean.

"Yang penting kamu suka." Jawaban Jeno membuat Jean terdiam lagi seakan ada angin dingin menusuk dadanya.

"Lo keju banget, tapi gue suka."

"Ih keju banget"

"Tapi kamu suka kan?"

"Ajel!" Jean tersentak kaget, menatap Jeno yang sudah menegakkan tubuhnya. "Kamu kenapa? kok melamun gitu?"

"Ng-Nggak, bukan apa-apa." Jean berbohong, padahal sudah jelas pikirannya tertuju pada seorang laki-laki yang sempat mengganggunya pagi tadi.

"Bener?"

OUR PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang