Pada malam itu, ponsel Jean seolah dibombardir oleh Jeno dan Garvin. Bagaimana tidak? Tiap setengah jam, pasti ada pesan dan panggilan tak terjawab dari mereka berdua.
"Kenapa sih itu hape kamu berisik banget."
Jean menggeleng menjawab pertanyaan Axelle. Kini, keduanya sedang menikmati makan malam di ruang makan.
"Bener?"
"Iya bener, kepo banget jadi abang."
Axelle berdecak kesal.
"Ya kan abang nanya doang, lagian notifnya ganggu orang makan aja," balas Axelle lalu melanjutkan makannya.
"Iya maaf deh."
Ketika Jean mematikan ponselnya, sekarang giliran ponsel Axelle yang berdering.
"Hehehe." Axelle menyengir.
"ginggi iring mikin iji," oceh Jean mendelik.
"Dari rumah sakit, Abang angkat dulu ya," kata Axelle meminta izin.
"Ya ya ya, sana."
Selepas Axelle pergi dari ruang makan untuk menerima telfon, Jean mengambil gelas berisi air putihnya dan berjalan ke kamar tidurnya.
Ia duduk di meja belajarnya dan membuka laptop, berniat untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.
Tok! Tok! Tok!
suara ketukan dari jendela menginterupsi pekerjaan Jean, ia menoleh kearah jendela kamarnya yang langsung mengarah ke balkon.
Tidak ada apa-apa, mungkin dahan pohon rambutan tetangga sebelah yang mulai memanjang ke jendelanya.
Jean pun kembali fokus dan menarikan jemarinya di atas keyboard laptop.
Tok! Tok! Tok!
"Sumpah, gue tebang juga ya lo lama-lama!" desis Jean berdiri menghampiri jendelanya.
Ia membuka pintu balkon dan keluar untuk mematahkan dahan pohon itu.
Tapi yang membingungkan adalah, ternyata dahan pohon milik tetangganya itu tidak sampai ke jendelanya, bahkan rantingnya saja tidak.
"Malem cantik."
"AAA!" Jean berteriak seraya membalikkan badannya.
Ternyata suara ketukan tadi mempunyai oknum pelaku, yaitu Garvin.
"Gila ya lo? ngapain coba manjat kesini?"
"Kalo lewat pintu nanti diusir bang Axelle," jawab Garvin tersenyum pede.
"Sinting." Jean masuk kedalam kamarnya diikuti Garvin.
Cowok itu langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Jen, sedangkan si pemiliknya kembali ke meja belajar.
"Lo ngapain kesini deh? malem-malem, lewat jendela pula, udah kayak maling aja," tanya Jean sambil terus melanjutkan tugasnya.
"Abis kerja kelompok, terus gue bosen di rumah, eh lewat rumah lo, yaudah mampir deh."
Jean menyerngit bingung.
"Kan rumah lo gak lewat sini?"
"Hehe,ngga deng, emang mau kesini aja."
"Aneh."
Melihat Jean yang sibuk dengan laptopnya, Garvin memilih menjelajahi kamar mantannya itu.
"Lo gabut banget apa? gak ada tugas?"
Garvin menggeleng dan kembali duduk diatas tempat tidur Jean.
"Nggak, kan abis kerja kelompok," jawab Garvin.

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PATH
Fiksi Penggemar|HWANGSHIN|OC| The sequel of "Mr. Posessive and Ms. Rebellious" "Percuma Vin, serpihan masa lalu kita gak bakal bisa disatuin lagi." -Our Path- Kembalinya Jean ke Indonesia, membuat Garvin sangat bahagia. Tapi sayangnya Jean tidak ingat sama sekali...