Nyonya Lee

154 28 0
                                    

"Wangi bener, parfumnya satu botol apa gimana?" Axelle berkomentar saat melewati pintu kamar adiknya yang terbuka.

Dirinya juga ikut terkejut dengan penampilan Jean di depan meja rias.

"Ini adek gue?!" serunya masuk ke dalam kamar Jean.

Jujur, Axelle tidak pernah melihat Jean se-feminim ini. Seumur hidupnya, ia hanya melihat Jean mengenakan kebaya dengan sepatu sneakers saat kelulusan SMP adiknya itu.

"Jean aneh gak sih pake beginian Bang?"

Axelle tersenyum ketika Jean cemberut menatapnya. Ini lah alasannya mengapa Axelle tak pernah memiliki kekasih, ia terlalu sibuk menjaga adiknya.

"Nggak, cantik kok, kamu ngacanya baru berapa kali sih? Ngaca lagi deh biar sadar kamu cantik Jel."

"Ish, Abang mah!"

"Hahahaha, lagian pake nanya gitu." Axelle mendudukan dirinya di atas tempat tidur Jean.

"Mau kemana sih? Sama Jeno?" lanjutnya bertanya.

"Iya, ketemu mamanya."

"HAH?!"

"Ih, apasih bikin kaget," keluh Jean menyampirkan slingbagnya di bahu.

"Jeno minta digepengin ya sama Abang, gak izin dulu."

Jean terkekeh sambil mengenakan flatshoes yang baru ia beli kemarin.

TIN! TIN!

"Noh dateng dianya, gih gepengin." Dan benar, Axelle langsung lari kebawah menghampiri Jeno yang baru saja hendak mengetuk pintu.

"Astaga, kaget." Jeno mengusap dadanya berkali-kali

Bagaimana tidak kaget, saat tangannya masing menggantung diudara, pintu utama rumah Jean itu sudah terbuka menampilkan Axelle dengan muka serius.

"Mau ngapain kamu? Nyulik adek saya?"

"E-eh, iya Bang, Jeannya mana?" Jeno tertawa kikuk menggaruk kepala bagian belakangnya.

"Jel, Jenonya nih!" Padahal sebenarnya, tanpa perlu dipanggil pun, Jean sudah berjalan menuju tempat dimana si kakak laki-laki dan kekasihnya berbincang saat itu, Axellenya aja gak jelas.

"Ajel berangkat ya abang." Gadis bergaun biru muda pendek itu melewati kakaknya dan berdiri di samping Jeno yang terdiam melihat Jean dengan penampilan jauh berbeda dari biasanya.

"Kabarin kalo udah sampe, awas pulang kemaleman Abang kurung seminggu di rumah."

"Bawel." Jean menjulurkan lidah meledek Axelle kemudian menggandeng lengan Jeno.

"Yuk," lanjut Jean tersenyum kepada Jeno yang memberikan efek ambyar warbyasah.

"I-iya." Jeno tersentak.

"Pergi dulu ya bang."

Setelah mereka berdua sudah ada di mobil, bahkan hingga mobil sedang melintasi jalanan ibu kota pun, Jeno masih serin melirik perempuan di sebelahnya.

"Jel," panggil Jeno.

"Hm?" Jean menoleh membuat Jeno menghembuskan napasnya kasar.

"Jangan liat aku gitu dong."

"Lah? Kenapa emang?"

"Salting tau, nanti kalo nabrak gimana?"

Our Path

Menurut Jean, dua puluh menit hari itu terasa sangat lama baginya.

Embun dari segelas smoothies coklat yang sudah ia pesan dari awal mulai membasahi meja bernomor tiga itu.

OUR PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang