"No, lo gak balik?" Pemuda yang sedang berkutat dengan laptopnya itu hanya mendongak mendapati salah satu teman sekelompoknya.
Yang bertanya pun mengintip laptop Jeno, penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh temannya itu.
"Yaelah No, itu kan di rumah bisa, ayo balik, masa lo sendirian disini? Mau digangguin setan kampus?" Raiden berusaha mengajak Jeno untuk pulang.
Pasalnya, kelompoknya itu sudah ada di kampus sejak pagi hingga sore begini, mana ngeliatin laptop terus, bisa rusak itu mata.
"Duluan aja Den, gue mau selesain ini." Jeno menunjuk laptopnya.
"Nggak ada, nggak ada. Ayo pulang, cepet!"
Begitulah akhir dari kerja lembur bagai kuda Jeno pada hari itu, karena kalo belum dipaksa Raiden, mungkin Jeno masih ada di kampus sampe malem. Mana dia duduknya di tangga depan gedung fakultas teknik, bisa hafal dia orang yang lewat pake baju apa aja.
Dulu waktu awal-awal kuliah, Jean sering banget nemenin dia ngerjain tugas. Seenggaknya lelahnya dia bisa memudar karena Jean emang cewek yang bawel dan selalu bawain dia banyak jajanan dari kantin buat nemenin mereka sampai tugas itu selesai.
Bukan Cuma Jean, Jeno juga ngerasain adanya celah antara dia dan Jean, tapi dia gak mau bahas atau bertanya tentang hal ini ke Jean, takutnya jadi over kayak waktu dia minta maaf soal Ibunya.
Omong-omong soal Jean, Jeno juga menunggu kabar dari Jean daritadi. Saat Jean memutuskan untuk pulang duluan menggunakan ojek online, Jeno belum mendengar kabarnya lagi.
Jeno tiba di apartemennya saat langit sudah gelap. Ia lapar, perutnya belum diisi lagi sejak terakhir ia sarapan. Jeno lelah, ia hanya ingin merebahkan tubuhnya dan tidur lebih cepat agar ia bisa melanjutkan tugasnya di esok pagi.
Di saat seperti ini, Jeno mengandalkan jasa antar makanan di ojek online. Setelah memesan makanan dan mandi, sekarang ia menunggu pesanannya sambil melanjutkan tugasnya di sofa ruang tengah.
Bel apartemennya berbunyi. Jeno bingung, padahal ia baru saja memesan makanannya tiga menit yang lalu, mana mungkin sudah sampai?
"Hai om Jen, Selena numpang minum lagi." Seorang perempuan berkaos putih sudah berdiri di depan pintunya membawa sebuah totebag.
"Lo ngapain kesini malem-malem sih?" tanya Jeno risih.
"Numpang minum lagi, gue gak berani bawa ginian ke kosan, yang ada digebuk ibu kos nanti..."
Jeno manatap datar Selena yang sekarang udah nyengir berharap Jeno ngebolehin dia minum disana.
"Yaudah masuk, gue juga lagi nunggu makan." Setelah dibolehin Jeno, Selena mengekori Jeno masuk kedalam apartemennya.
"Lagi ngapain lo?" tanya Selena sambil mengambil gelas di dapur.
"Nugas," jawab Jeno singkat.
Lepas mengambil gelas, ia menghampiri Jeno dan duduk di lantai tepat di sebelah Jeno yang duduk di sofa.
"Jangan nugas terus, nih minum." Selena menyodorkan segelas minuman alkohol yang sudah ia tuang sebelumnya.
"Nggak, gue belum makan."
"Ya kan udah makan siang."
"Belum."
Cewek itu terbelalak mendengar jawaban Jeno.
"Gila lo, jam segini belum makan sama sekali, mau sakit?" Jeno memutar bola matanya malas.
"Ya ini lagi nunggu makan astaga," ujar Jeno kesal.
Setengah jam berlalu, setengah botol pula minuman beralkohol yang dibawa Selena itu habis. Sebenarnya tidak ada alasan khusus kenapa Selena mampir dan numpang minum di apartemen Jeno, dianya emang cuma mau main aja sama temen satu UKM nya itu.
Berhubung Jeno yang lama-lama jenuh ngerjain tugas, jadi dia ladenin aja obrolan si Selena, sambil sesekali menyuap nasi goreng yang dipesan tadi.
Menurut pandangan Jeno, Selena nih orangnya tahan banget sama alkohol, soalnya kemarin cewek itu minum ¾ botol aja masih keliatan sadar seratus persen, sampe bingung juga Jenonya.
Tapi sosok Selena yang kuat minum itu nampaknya tidak hadir malam ini. Jeno awalnya ragu, Selena ini mabuk atau hanya mengantuk?
Perempuan yang sedari tadi duduk selonjoran di lantai dan bersender di kaki sofa, kini sudah menunduk tak berbicara sebawel sepuluh menit sebelumnya.
"Sel," panggil Jeno memastikan.
Tidak ada tanggapan, Jeno menepuk-nepuk pipi Selena.
"Sel, lo mabok apa ngantuk sih?"
Jeno melihat ke jam dinding, waktu sudah hampir tengah malam, dia juga baru sadar.
Kalo ngantuk, mau bangunin gak tega, tapi kalo mabuk, masa dia suruh Selena pulang sendiri bawa mobil? Nanti kalo kecelakaan dia juga yang salah.
Akhirnya Jeno memutuskan untuk membiarkan Selena menginap malam ini. Eh giliran udah dapat keputusan, sekarang dia bingung lagi.
"Masa dia gue biarin tidur di lantai begini?" gumam Jeno menggaruk kepalanya.
"Sel, pindah kamar gue aja gih, nanti lo sakit badan kalo begitu." Jeno menarik tangan kanan Selena.
Gadis itu tidak beranjak dari duduknya, ia malah mendongak sambil tersenyum geli.
"Iya kak Mark, aku mau kok jadi pacar kakak, hehe."
"Ngelindur apa mabok sih lo astaga." Jeno menyentil kening Selena.
Cowok itu belum pernah menggendong atau membopong perempuan sebelumnya, jadi dengan sepengetahuannya, Jeno malah narik tangan Selena sekuat tenaga, putus deh tuh tangan No.
Tapi tak disangka Selena beneran berdiri, lalu kembali ambruk dalam beberapa detik setelah berdiri sambil menarik tangan Jeno.
Posisi Jeno sekarang malah jatuh diatas badan Selena, untung kedua tangannya masih sempat menahan badannya sendiri, sehingga yang bersentuhan hanya bagian lutut kebawah.
Jeno membeku, dia makin bingung gimana caranya buat balik berdiri, tanpa bertumpu di badan Selena.
Ditengah kebingungannya itu, terdengar suara bel yang menandakan bahwa kunci pintu apartemen terbuka diikuti suara derap kaki.
"Jeno! Happy Anniversarry!"
Sial, hal indah itu datang di waktu yang salah.
©Setarablue
Ini pendek banget ya, mau double update ga?
Ini mamas raiden kalo kalian mau tau
Btw gue ngerasa bodoh bgt kemaren lupa ganti judul part, masih "bab tak berjudul" WKWKWKWKWK SORRYYYAnw, terimakasih sudah membaca!!
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PATH
Fanfic|HWANGSHIN|OC| The sequel of "Mr. Posessive and Ms. Rebellious" "Percuma Vin, serpihan masa lalu kita gak bakal bisa disatuin lagi." -Our Path- Kembalinya Jean ke Indonesia, membuat Garvin sangat bahagia. Tapi sayangnya Jean tidak ingat sama sekali...