selingkuh

235 18 0
                                    

Garvin merebahkan tubuhnya diatas kasur, menatap langit-langit kamar. Setelah pulang mengantar Helen, dan sarapan nasi goreng buatan Bundanya, Garvin memutuskan untuk termenung sendiri.

"El," panggil Garvin sendiri, entahlah dia berbicara pada roh atau apa.

Telapak tangan Garvin naik mengelus pipinya, seketika ia tersenyum geli.

"Haah, buwung puyuh." Cowok itu menggulingkan badannya kesetiap sisi kasur tanpa menyadari ada seseorang di ambang pintu memperhatikan setiap gerakannya.

Bagi perempuan itu, sepupunya bisa saja terkena penyakit anjing gila. Tidak, ia harus menjaga jarak.

"Lo ngapain sih bego." Garvin berhenti, terduduk dan menatap Lusi dengan senyum lebar yang masih berada di wajahnya.

"Lus! Lo pasti gak percaya!"

"Emang nggak, lo kan sesat." Jawaban Lusi membuat Garvin menampilkan ekspresi datar.

"Serius gue ah."

"Ya apaan? Lo ngomong setengah-setengah," protes Lusi.

"Ya lagian lo nggak percaya."

"Ya kan lo belum ngomong, Garvin Hemengku Jinatra!" Garvin menghilangkan niatnya untuk berdebat lebih lanjut dengan Lusi. Adu mulut dengan Lusi sama saja seperti lomba rap, tidak ada habisnya.

"Jean satu kampus sama kita." Lusi tertawa keras mendengarnya.

"Ngawur lo, gak usah halu," hardik Lusi.

"Ish, gue serius bodat." Garvin menunjuk pipinya, memperlihatkannya pada Lusi.

"Ngapain lo? Minta cium?"

"Hih, rabies kali gue dicium lo," ucap Garvin bergidik geli. "Ini pipi gue abis digampar Jean."

"Mampus!" Lusi menertawakan Garvin lagi. "Udah halu, digampar lagi," ejeknya.

"Lo mah batu sih, gue gak bohong Lus."

"Ya terus? kita kuliah udah dua bulan kali Vin, masa lo baru sadar ada Jean? gak mungkin," jelas Lusi yang masih yakin bahwa sepupunya itu hanya salah lihat.

"Gak tau lah, suka-suka lo," tutup Garvin merajuk, dan kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur. Lusi mengedikkan bahu dan ikut tertidur di samping Garvin, ia tak terlalu percaya dengan penjelasan Garvin.

"Vin, gue nemu cogan anak teknik," kata Lusi yang membuat Garvin tidak tertarik kemana arah obrolan itu tertuju.

"Ganteng banget, tadi dia abis olahraga kayaknya, ototnya beuh." Cewek itu mengotak-atik ponselnya mencari sebuah foto yang ditangkap olehnya sendiri kemarin.

Lusi sangat senang jika disuruh berkunjung ke rumah Garvin, katanya adem, enak kalo ribut. Apalagi mereka berdua sama-sama anak tunggal, sama-sama butuh teman di rumah.

"Nih, cakep gak Vin?" Garvin melirik layar ponsel Lusi. Seketika ia jadi bersemangat untuk membahas orang itu.

"Eh itu siapa?" Lusi menyerngit bingung.

"Ganteng kan? Bangga gak lo sama gue?"

"Bukan nyet, itu cowok yang nyamperin Jean kemaren," jelas Garvin.

"Kata Natasya sih, namanya Jeno, si blasteran ganteng, idaman para dedek." Lusi tersenyum geli, astaga dia benar-benar mengidolakan pemuda ber-jawline tajam itu.

Dengan cepat Garvin mengambil ponselnya dan membuka salah satu aplikasi sosial medianya. "Nama lengkap, nama lengkap!" tanya Garvin memburu Lusi.

"Lee Jeno?" Jentikkan jari Garvin mengejutkan Lusi. "Lo ngapain sih?"

OUR PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang