Teriakan Malam

124 15 3
                                    

"Kalo gue jadi orang yang bakal posesifin lo lagi kayak dulu, boleh ga?"



"GILA!" Jean melempar bantal yang ada di kamarnya ke sembarang arah.

"Gila Garvin gila, gak waras!!"

Kalimat tersebut sangat ingin Jean lontarkan tepat di wajah mantan kekasihnya itu, tapi kenyataannya Jean hanya menutup pintu mobil Garvin lalu berlari masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan Garvin yang terus meneriaki namanya.

Ting!

Sebuah pesan masuk di barisan direct massage instagram Jean. Mata gadis itu membulat seraya membaca isi pesannya.

Punten, add line gw ya vingrvn00, gw tunggu El

"Gak waras emang tuh orang, astaga untung mantan." Jean menenggelamkan wajahnya di bantal.

Bukan kesal yang membuat perempuan itu ganas seperti ini, tapi sebenarnya Jean malu woi, malu!!

"Ini apaan sih gubrak-gubrak kedengeran sampe bawah?" Pintu kamar Jean terbuka tiba-tiba.

"Astaga Ya Tuhan, Ajel lo ngapain??" Axelle melongo melihat tempat tidur adiknya yang berantakan, serta semua bantal, boneka hingga selimut sudah berjatuhan ke lantai.

"Kok Abang udah pulang sih?" tanya Jean heran. Biasanya Axelle akan tiba di rumah diatas pukul tujuh malam, sekarang masih jam tiga, tapi kakaknya itu sudah ada di depan pintu kamarnya.

"Sengaja," jawab Axelle duduk diatas kasur Jean.

"Sengaja apa?"

"Sengaja, biar kamu gak kabur ke rumah Jeno." Jean mendelik.

"Yaelah, Jean mah penurut kali."

"Penurut darimananya? Dari hongkong?"

Axelle pikir dengan kehadirannya yang lebih awal di rumah bisa mencegah Jean keluar rumah pada malam hari, nyatanya cewek itu sekarang sudah ada di depan lobby utama apartemen Jeno.

Tangan kanan Jean menenteng sebuah paperbag berisi selusin cupcake kesukaan Jeno dan dirinya. Suasana hati Jean sangat indah malam itu, ia menaiki lift dengan senyuman terlukis di wajahnya.

Tetapi, senyuman itu luntur seraya ia melihat pemandangan yang sama sekali tidak ingin ia lihat seumur hidupnya.

Jeno, menindih seorang perempuan di sofa apartemennya.

"Jel?" Jean masih terpatung menatap Jeno. Yang ditatap buru-buru merubah posisinya untuk berdiri dan menghampiri Jean.

"Kamu kok disini malem-malem?"

Kalimat yang dilontarkan oleh Jeno itu bukanlah sebuah kalimat yang Jean harapkan.

Ia tak habis pikir, bagaimana bisa cowok itu malah bertanya pertanyaan seperti itu, bukannya menjelaskan apa yang sedang terjadi?

"Happy Anniv No." Jean menyodorkan paperbag yang ia bawa kepada Jeno.

"Astaga, aku baru inget, sekarang tanggal dua puluh ya? Happy Anniv Jel." Jeno memeluk Jean dengan erat.

Jean tak membalas pelukan Jeno, ia malah mendorong tubuh Jeno menjauh darinya.

"Makasih, ini hadiah paling indah, sekaligus hadiah penutup hubungan kita."

Jeno menyerngitkan matanya.

"Maksud kamu?"

"Kita selesai sampai sini." Jean berbalik, lalu berlari keluar dari unit apartemen Jeno.

OUR PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang