"Tunggu! Maksud kamu apa sih Ju?" Laki-laki itu berbalik, menatap remeh perempuan yang memergokinya berjalan bersama orang lain.
"Apa? Bukannya udah jelas? Aku punya pacar baru," jawabnya merangkul santai perempuan yang bersamanya sejak tadi, menemaninya berkeliling mall hingga makan bersama.
"Tapi kenapa? kamu tega ya Juan!" Ingin sekali rasanya Helen berteriak di tengah keramaian itu, ini adalah hari yang sangat tak terduga olehnya. Menangkap basah si pacar di sebuah pusat perbelanjaan dengan perempuan yang menggelayut mesra di lengan Juan.
Juan berdecih melihat reaksi Helen yang menurutnya terlalu lebay dan penuh drama. Sudah cukup ia menahan segalanya, Juan hanya tidak suka dibuat repot dengan memiliki seorang kekasih dengan penyakit bawaan.
"Oh, belum tahu? Belum sadar kamu hah?" Juan melepas rangkulannya, mendekat pada Helen dan mendorong bahu Helen dengan telunjuknya.
"Lo parasit."
"Dan inget satu hal ini ya Helen, jangan pernah lo ngelibatin orang lain untuk ikut ngurusin penyakit lo itu." Ucapan Juan seakan menusuk hati Helen dengan mudah. Gadis itu masih tak percaya bahwa Juan bisa setega ini padanya.
Melihat Helen yang tak berkutik sama sekali, Juan kembali menggandeng si pacar barunya, dan pergi meninggalkan Helen yang masih mematung.
Helen bukan orang yang mudah marah, hatinya lembut, begitupun dengan perasaannya. Gadis itu hanya bisa berjalan pelan menuju toilet, dan menangis dalam diam di salah satu bilik.
Yang tadinya Helen sedang menunggu sahabatnya untuk menonton film bersama, ia malah memesan ojek online dan pulang ke rumahnya. Jangan tanya bagaimana respon Ibunya, tentu saja sangat bingung, apalagi si putri semata wayangnya itu berlari dan mengunci pintu kamarnya.
"Aku, benci, kamu, Helen!"
Sebuah kotak figura foto melayang menabrak dinding, membuat kaca figura dengan foto Helen saat berusia tujuh tahun itu pecah berserakan.
"Helen! Kamu ngapain? Ayo buka pintunya yuk, cerita sama Ibu..." lirih Hara sangat khawatir dengan bunyi ribut yang terus terdengar dari dalam kamar putrinya.
"Nggak Bu, Helen gak mau Ibu repot gara-gara Helen," jerit Helen membanting lampu tidur. "Helen pergi aja! Helen parasit!"
Kandasnya hubungan Helen dan Juan tidak hanya memberikan sakit hati sepihak pada Helen, melainkan juga terpuruknya kesehatan mental Helen dalam jangka waktu yang lama.
Hara memutuskan untuk membiarkan Helen mendapat pelajaran dari home schooling, guna menjauhkan Helen dari pengaruh luar. Tapi nyatanya jauh dari keramaian membuat Helen memiliki kepribadian anti sosial yang makin menjadi-jadi.
Hingga pada akhir kelas 12, Helen tak mampu menembus hasil ujian masuk perguruan tinggi untuk berkuliah di Bandung. Hara yang hampir putus asa dengan kondisi putrinya, ia mendorong Helen untuk berkuliah di Jakarta dan mencoba membuka diri untuk dunia luar lagi.
Our Path
"Helen bantuin ya Bun!" seorang gadis berambut hitam tebal berlari menghampiri wanita paruh baya yang tengah sibuk membawa semangkuk penuh nasi hangat.
"Iya, iya itu ambilin lauknya aja Helen," ucap Rana mengiyakan tawaran Helen.
Padahal Helen baru saja sampai di rumahnya, tapi perempuan itu dengan sigap hendak membantunya mempersiapkan makan siang, sungguh menantu yang sangat diidamkan Rana.
"Hmm... Wangi banget Bun, Helen jadi laper hehe" Helen terkekeh meletakkan piring putih besar dengan lima potong ayam kecap yang masih hangat.
"Iya dong, Bunda gitu loh." Rana membanggakan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PATH
Fanfiction|HWANGSHIN|OC| The sequel of "Mr. Posessive and Ms. Rebellious" "Percuma Vin, serpihan masa lalu kita gak bakal bisa disatuin lagi." -Our Path- Kembalinya Jean ke Indonesia, membuat Garvin sangat bahagia. Tapi sayangnya Jean tidak ingat sama sekali...