"Lo jadi dateng ke pameran itu?"Jean tersenyum lebar penuh semangat, walaupun sekarang 'muka bantal'nya masih fresh from the oven.
Ya gimana, dia lagi tidur tiba-tiba dibangunin sama ringtone ponselnya sendiri, Darren pelakunya, tidak tanggungg-tanggung juga, cowok itu video call.
"Iya, gue kesana nanti sama Jeno, lo mau bareng?"
Pameran furnitur dari berbagai negara yang akan diselenggarakan di lapangan parkir sebuah pusat perbelanjaan yang sering Jean kunjungi, merupakan acara yang sudah Jean tunggu sejak sebulan yang lalu.
"Mau sih, tapi gue gak bisa Je, gue mau ke rumah kakak, jagain ponakan."
"Yah, gak seru banget sih lo," keluh Jean mencibir.
"Gimana lagi, kan lo tau ponakan gue masih pada kecil-kecil," lanjut Darren sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Gih sana lo siap-siap, udah jam segini, kesiangan tambah rame loh Je," lanjut Darren.
"Iya, ini gue mau mandi dulu, nanti gue videoin buat lo oke! Dadah!!" Terputuslah sambungan telepon itu. Jean merebahkan tubuhnya sebentar menghadap langit-langit kamar, dengan tangan yang sibuk mencari kontak seseorang.
"Halo? Jel? Kamu darimana aja? Aku chat daritadi kok gak dibales?" Dari seberang sana, Jeno sedang menunggu Selena yang minta ke pom bensin untuk mencari toilet.
"Ini baru bangun, terus langsung ditelpon Darren, belum sempet buka chat kamu, maaf ya," ujar Jean.
"Kamu dimana? Kesini jam berapa?"
Jeno menyerngit bingung, ia meemutar otak berusaha mengingat ada janji apa ia dengan Jean hari ini?
"Kamu mau aku kesana?" tanya Jeno clueless.
"Kamu dimana emang?" Jean berbalik bertanya.
"Di jalan, lagi mau jalan-jalan sama temen."
Jean menghela napas, diluar dugaannya Jeno ternyata lupa dengan rencana mereka, padahal hari ini sudah sangat ia tunggu-tunggu.
Perempuan berambut pirang itu bukan tipikal cewek yang maunya si pacar harus sama dia terus, dia bakal ngebebasin Jeno, apalagi kalo Jeno mau jalan sama temennya kayak begini, dia malah seneng karena akhirny Jeno punya temen buat diajak hang out.
"Yaudah hati-hati ya No."
"Kamu istirahat aja hari ini ya Jel."
"Iya, dadah." Jean langsung mematikan teleponnya.
Istirahat? Tentu saja tidak. Bukan Jean si jagoan Hanum Wijaya namanya kalo gak bandel.
Jean segera bersiap untuk tetap pergi ke pameran itu sendiri, lagian tempatnya juga gak terlalu jauh, Jean hafal kok jalanya, kan sering kesana.
Axelle sudah berangkat dari jam enam pagi tadi, walaupun gak ada yang anter, Jean tetap bersikeras untuk pergi.
Jika saja Axelle ada disana saat itu, ia pasti sudah menggeleng heran melihat kelakuan adiknya.
Jean dengan kaos garis-garis hitam putih berlapis jaket hitam sudah siap diatas motor sport milik Axelle, lengkap dengan helm full face milik abangnya juga.
Cewek itu juga males buat naik mobilnya sendiri, Jakarta tuh macet. Lebih baik ia panas-panasan naik motor dan cepat sampai tujuan sebelum moodnya berantakan karena Jeno yang lupa rencana mereka.
Our Path
"Totalnya jadi seratus tiga puluh lima ribu ya kak." Seorang gadis yang sedang berdiri di depan kasir sebuah toko buku merogoh tas kecilnya mencari dompet.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PATH
Fanfiction|HWANGSHIN|OC| The sequel of "Mr. Posessive and Ms. Rebellious" "Percuma Vin, serpihan masa lalu kita gak bakal bisa disatuin lagi." -Our Path- Kembalinya Jean ke Indonesia, membuat Garvin sangat bahagia. Tapi sayangnya Jean tidak ingat sama sekali...