"Yah, hujan beneran deh," keluh Helen menyodorkan tangannya ke depan membiarkan rintikan hujan membasahi telapak tangannya.
"Kamu sih bilangnya mau hujan, jadi hujan beneran kan!" gerutu Helen yang sudah mundur duduk di tangga kecil depan gedung fakultas.
Sebenarnya, sebelum berjalan, langit sore di kawasan kampus itu memang sudah mendung, makanya Garvin bilang bakal hujan.
"Ya kan emang mendung yang, masa mendung aku bilang bentar lagi mau turun salju? Sejak kapan Indonesia ada salju coba?" oceh Garvin.
Helen memilih untuk tidak membalas perkataan Garvin, soalnya dia tau pacarnya itu bakal lanjut ngelawak kalo dilanjutin.
"Yaudah ayo hujan-hujanan aja!" Mata Helen berbinar penuh semangat.
"Nggak, kamu gak boleh kena hujan ya manis, nanti aku kena semprot Bunda," tolak Garvin.
Helen mencibir. "Yaudah nanti ganti baju aja di mobi sebelum sampe rumah kamu..."
"Nggak boleh Helen, nanti kamu kambuh lagi gimana? Nggak kuat aku ngeliat kamu sesek napas."
"Hhh, yaudah iya iya." Helen mengalah.
Pneumonia, satu hal yang selalu menjadi alasan Helen tidak bisa hujan-hujanan lagi sejak ia duduk di bangku sd, karena jika sudah terserang flu sedikit, penyakitnya ini akan kambuh dan makin serius.
"Kamu tunggu sini, aku lari ambil mobil ya."
"Ih gak mau sendirian ah, takut..." Garvin mengusap kepala Helen sejenak.
"Sebentar doang, aku kalo lari kan cepet, tungguin ya," ucap Garvin menenangkan Helen.
Dengan ancang-ancang sendiri, Garvin berlari menembus hujan menuju parkiran mobil yang ada di belakang gedung kampus.
Di waktu yang bersamaan seorang gadis sedang berdiri di samping sebuah mobil hitam, menunggu seseorang sejak langit cerah hingga sekarang rintik hujan turun.
Gadis itu lebih memilih tetap berdiri disana dan memakai tudung hoodie hitamnya dibanding mencari tempat berteduh. Si pacar yang tadinya berjalan bersamanya ke parkiran itu kembali ke gedung fakultas teknik karena map tugasnya tertinggal di ruang kelas.
Intensitas hujan memang tidak bertambah, tapi sekarang angin mulai bertiup kencang dan membuat ia kedinginan.
"El? Lo ngapain disini?"
Kepala Jean yang sedaritadi menunduk sekarang menoleh ke arah laki-laki yang baru saja datang dengan jaket denim yang ia gunakan sebagai payung.
"Nungguin orang," jawab Jean singkat.
"Hujan-hujanan? Emang gak dingin? Mau masuk mobil gue dulu gak?"
Setelah ditawari begitu, Jean malah keinget kejadian terakhir kali yang terjadi saat ia duduk di mobil Garvin. Iya, bibir mereka bertemu, tanpa disengaja sama sekali.
"Ng-nggak usah, gue nunggu disini aja." Jean menolak dan berusaha menghilangkan ingatannya soal kejadian tersebut.
"Ih ayo, nanti lo malah flu tau hujan-hujanan begini," kata Garvin yang sebenernya rada maksa sih, ya abis gimana kan gak tega juga ngeliat mantan kesayangan hujan-hujanan.
Sa ae lo Vin, tampol nih.
"T-tapi..."
"Garvin!!!" seorang gadis lain tengah berlari dari arah belakang Garvin, sambil memegang tasnya untuk menutupi kepalanya.
Yang dipanggil pun menoleh dan melotot kala ia tau siapa yang memanggilnya.
"Kok kamu hujan-hujanan sih?!" omel Garvin melihat Helen yang kini sudah basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PATH
Fanfiction|HWANGSHIN|OC| The sequel of "Mr. Posessive and Ms. Rebellious" "Percuma Vin, serpihan masa lalu kita gak bakal bisa disatuin lagi." -Our Path- Kembalinya Jean ke Indonesia, membuat Garvin sangat bahagia. Tapi sayangnya Jean tidak ingat sama sekali...