"Selamat pagi rakyatku!" Mimpi Garvin jadi terpotong akibat seseorang melompat dan menindih tubuh Garvin yang masih tertidur diatas ranjangnya.
"Lus, ah gak usah rese lo." Garvin berdecak berusaha mendorong tubuh Lusi menjauh darinya.
"Temenin gue ke salon yuk mas Garvin," ajak Lusi mengguncang bahu Garvin.
"Gak." Tentu saja Garvin menolak mentah-mentah. Ditraktir Lusi makan saja ia harus berpikir dua kali, apalagi menemaninya ke salon?
Perlu kalian ketahui, lamanya perempuan di salon, bisa Garvin habiskan untuk meyelesaikan tugas dari tiga mata kuliah berbeda.
"Ayolah, Bunda aja nyuruh lo nganterin gue Vin." Lusi memang pintar, sebelum ini dia sempat berunding dengan Rana untuk meminta Garvin mengantarnya ke salon, karena Lusi sudah tau pasti Garvin menolak. Mengingat ini hari Sabtu, Rana hanya mengangguk menuruti permintaan Lusi itu.
"Gak usah ngarang, minggir lo! Berat!" Garvin berbalik, membuat Lusi terguling ke sisi kasur yang kosong.
"Dih, beneran tanya sana sama Bunda."
"Apaan sih gak mungkin-"
"GARVIN! ITU LUSINYA DI ANTERIN DULU KEBURU RAME SALONNYA." Teriakan yang menginterupsi ucapan Garvin itu membuat dirinya kaget tak percaya, sedangkan Lusi sudah menjulurkan lidah meledek pada Garvin.
"Yuk, Mas dedek tunggu di bawah ya," kata Lusi dengan nada meledek yang menyebalkan.
"LUSI SINI GELUD WOI!" Suara tawa nyaring Lusi terdengar seraya dengan pintu kamar yang tertutup selepas Lusi keluar.
Our Path
"Ini satu mango smoothies sama cheesecakenya ya kak." Garvin mendongak, melihat pesanannya satu persatu mendarat diatas meja.
"Pesanannya sudah lengkap ya kak."
"Iya, makasih ya," jawab Garvin tersenyum.
Untung saja salon langganan Lusi ada di dalam sebuah mall, Garvin tidak akan mati kebosanan menunggu Lusi di ruang tunggu. Sekarang ia sudah ada di salah satu café disana, memutuskan untuk mengisi perut kosong dan menaikkan moodnya.
Setelah mencicipi sesendok cheesecake, Garvin kembali beralih pada ponselnya, ia sedang mengingat-ngingat sebuah username instagram yang sempat dicari sebelumnya saat bersama Lusi beberapa hari yang lalu.
"Je, No, Lee, underscore!" Ibu jari Garvin mengklik sebuah akun dengan nama yang ia maksud. "Nah! Ini dia!"
Kini ia sibuk mencari postingan yang sempat menarik perhatiannya sebelum itu. Ya, foto dimana Jean mencium pipi Jeno. Astaga, melihatnya saja sudah membuat hati Garvin terbakar, ingin sekali ia lompat masuk kedalam foto itu dan menarik Jean kepelukannya.
Tidak, Garvin, kamu harus ingat tujuan utama mu mencari akun si laki-laki blasteran Singapur Jawa itu. Kali ini Garvin menghembuskan napas kasar. Bagaimana mungkin ia bisa mencari akun instagram Jean dari tiga ribu lebih followers Jeno?
"Haah, bisa Vin ayo." Dengan terpaksa mata elangnya menyipit membaca setiap username followers Jeno dengan perlahan dan teliti. Tak lupa ketika jarinya bergerak, batinnya ikut bersumpah serapah
'Bangke, banyak banget.'
"Iya woi, kalo blonde gitu jadi tambah ganteng." Obrolan tiga orang perempuan itu memang menemani Garvin sejak ia duduk di café itu, tapi kali ini ia jadi sedikit tertarik.
Entah kenapa, sejak ia tahu betapa cantiknya Jean dengan rambut pirang, Garvin jadi lebih semangat ketika mendengar kata blonde atau melihat orang dengan rambut pirang, bawaannya kangen Jean aja gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PATH
Fanfiction|HWANGSHIN|OC| The sequel of "Mr. Posessive and Ms. Rebellious" "Percuma Vin, serpihan masa lalu kita gak bakal bisa disatuin lagi." -Our Path- Kembalinya Jean ke Indonesia, membuat Garvin sangat bahagia. Tapi sayangnya Jean tidak ingat sama sekali...