Motor Axelle

106 16 2
                                    

"Tadi malem Ayah liat kamu keluar naik mobil ya Vin?"

Putra tunggal keluarga yang sedang menikmati sarapan itu terdiam lalu tercengir lebar kearah Ayahnya.

"Hehe, iya, kok Ayah liat sih?"

Argan berdecih.

"Kamu mah emang nggak bakat kabur malem Vin, suara pagernya kan kedengeran," jelas Argan.

"Ih lagian punya pager tukang ngadu."

"Kenapa jadi pager yang disalahin?"

"Ya kan Ayah taunya gara-gara pager kan?"

"Tapi kan dia benda mati Vin."

"Gak mau tau, pokoknya dia yang salah." Garvin menyuap sesendok nasi putih ke dalam mulutnya.

Rana menggeleng menlihat perdebatan antara suaminya dengan Garvin. Menurut dia, sifat Garvin kebanyakan menurun dari Ayahnya, dari mulai pemarah, keras kepala, pantang menyerah, sampe sifat ngelawaknya juga itu tuh turunan.

"Udah, abisin dulu makannya Yah, nanti telat loh," ucap Rana lembut.

"Males kerja ah." Argan menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Sama, Garvin juga males kuliah."

Rana tersenyum lebar lalu menarik napas dalam.

"Kalian mau berangkat apa Bunda jitak satu-satu?"

"Iya Bun, Ampun," jawab keduanya buru-buru menghabiskan sarapan mereka.

Ditengah kegiatan sarapan, Rana baru merasakan ada hal yang kurang saat itu.

"Vin, Helen gak sarapan kesini?"

Garvin menggeleng.

"Nggak enak badan katanya Bun, gak ke kampus juga, nanti Garvin samperin abis kuliah."

Rana mendadak khawatir dengan Helen. Hara sahabatnya, menitipkan putrinya itu kepada Rana. Ia jadi takut sendiri jika Helen kenapa-kenapa, ditambah Helen punya penyakit khusus, dia makin khawatir.

Di waktu yang bersamaan, di rumah Jean, gadis itu sedang duduk menunggu kakaknya selesai membuatkan ia roti di meja makan. Persoalan semalam, Axelle tidak lanjut marah padanya, malah semakin perhatian.

"Kamu nggak usah kuliah ya? di rumah aja, daripada kamu pusing nanti, mana kamu bawa motor Abang, nanti kalo nabrak gimana?"

Jean mendengus. Gini nih kalo punya kakak kayak berkepribadian ganda, bandel dikit diomelin, galau dikit diperhatiin sampe lebay banget.

"Yaelah Bang, putus doang masa bolos kuliah? Emangnya Jean cewek lemah apa?"

"Halah, semalem nangis ga kelar-kelar tuh siapa hah?"

"Ck, mending Abang cepetan bikin rotinya, nanti telat ke rumah sakit."

"Ada tuh kamu yang telat ke kampus." Axelle menyodorkan piring dengan dua buah roti selai cokelat diatasnya ke Jean.

"Makasihnya mana?"

"Makasih."

"Makasih Abang ganteng, gitu dong."

Jean menatap datar kakaknya.

"Abang sini Ajel getok Bang." Axelle menjulurkan lidahnya lalu menyantap roti yang ia buat sebelumnya.

Setelah sarapan selesai, Jean menyiapkan tasnya dan mengambil helm fullface milik Axelle. Sebelum berangkat, Jean memanaskan motor kakaknya terlebih dahulu.

"Kamu beneran mau naik motor? Nggak Abang anter aja? Nanti pulang Abang jemput lagi."

Jean menggeleng, lalu naik keatas motor.

OUR PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang