Dua Puluh Enam (End)

2.7K 295 94
                                    

Haloo

Maaf ya temen temen lama huhu aku ngestuck pas bikin adegan uwu ㅠㅠ
Asli bingung bgt tadinya,
soalnya udah terbiasa nyakitin mereka kan /eh
Tapi tenang aja, udah diatasin kok /walau aku masih ga yakin part uwunya ngena dan bagus/ :"
Ini 6k word lebih ya semoga kalian ga gumoh (aku iya soalnya pas ngerevisi dan ngecrosscheck ㅠㅠ)

Btw, selamat membaca <3

***

Yoongi nyaris menangis begitu dirinya tiba di ruang rawat sang adik.
Tadi setelah menerima telfon dari Chan sembari membopong tubuh Soonyoung -yang kehilangan kesadarannya- dengan susah payah, lelaki itu berhasil menuruni rooftop dan terlebih dahulu mengantarkan Soonyoung ke sebuah ruang rawat sebelum kemudian mengunjungi adiknya.

Chan yang tadi berjaga disana segera beranjak untuk melihat kondisi Hyungnya yang tadi sempat dijelaskan oleh Yoongi melalui telepon.
Dalam hati ia merutuki pasangan aneh tersebut, dimana ketika yang satu -akhirnya- sadar dari komanya, yang satu lagi malah pingsan tak tahu tempat.
Aneh dan menyedihkan.

Dokter sedang memeriksa kondisi Jihoon saat Yoongi tiba di ruangannya. Rangkaian pengecekan pria berjas putih itu lakukan sebelum kemudian tersenyum ke arah pemuda Min di hadapannya, memberitakan kabar baik bahwa tidak ada masalah signifikan lain pada tubuh Jihoon.

Ia hanya perlu pemulihan dan rangkaian terapi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya yang telah tertidur selama sepuluh hari. Cedera di kepalanya juga sudah membaik, terlihat dari respon tubuhnya yang tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknormalan.
Sementara luka-luka lain hanya berupa goresan di lengan dan wajah.. tidak terlalu serius.
Oh, juga pergelangan tangannya yang sedikit terkilir -untungnya tidak patah- dan Yoongi tidak tahu harus berterimakasih kepada siapa setelah mendengar semua itu.
Dewakah? Atau dokter? Atau mungkin Jihoon sendiri? Yang telah berjuang sekuat tenaga melawan maut demi mereka yang tak ingin ditinggalkan?

Entah. Yang jelas sekarang ia harus memeluk adiknya terlebih dahulu.

"Syukurlah kau baik-baik saja..
Aku tidak akan mengampuni diriku sendiri jika harus kehilanganmu juga."

Jihoon mengulas senyum tipis di balik punggung Yoongi, yang mengindikasikan rasa bersalah teramat sangat karena lagi-lagi membuat kakaknya khawatir.

"Kalau begitu kami permisi.
Jadwal terapimu akan dikabarkan oleh perawat secepatnya.
Semoga kondisimu cepat pulih, nak Jihoon."

"Terima kasih, dokter."
Keduanya menyahut secara bersamaan meski suara pemuda Lee itu terdengar sangat lirih.

Jihoon baru saja akan berbicara lagi ketika sosok Chan membuka kembali ruang rawatnya dan berseru dengan sangat heboh.
"Ahh Jihoon Hyung, syukurlah.."
Ia tadi segera pergi begitu dokter tiba, sehingga belum sempat bertatapan langsung dengan calon kakak iparnya itu.

Dan pelukan lain Jihoon terima.
Tidak nyaman memang terlebih hubungan mereka tidak terlalu dekat. Tapi menerima usapan halus di punggungnya oleh lelaki yang lebih muda berhasil menyentuh sisi lembut di hatinya.
Tangannya bergerak otomatis membalas pelukan Chan.

"S-soonyoung ada disini?" Ujar Jihoon lemah saat pelukan mereka merenggang.
Mendengar hal itu kakaknya segera menyiapkan air minum pada sebuah gelas.
Sadar bahwa sang adik belum mengonsumsi apa-apa selama sepuluh hari.

Chan menatap Yoongi, meminta pertolongan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Sebab ia takut berita mengenai kondisi Soonyoung yang cukup menyedihkan akan membuat Jihoon cemas dan berdampak pada pemulihannya.

Let Me Hear You Say | Soonhoon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang