Lima

2.2K 321 34
                                    

Jihoon harap ia dapat melalui hari-hari barunya di semester genap dengan tenang. Setenang sebelum hal-hal menyebalkan kapan hari menghampiri hidupnya.

Saat itu, setelah sang kakak menemui wali kelasnya dan mengadukan apa yang dialami Jihoon -dimana untungnya peristiwa lelaki mungil itu diseret paksa menuju gedung terbengkalai terekam oleh cctv- ditambah dengan kesaksian Kwon Soonyoung,
Park Yena dan teman-temannya diberi hukuman membersihkan gudang dan toilet sekolah selama 2 minggu penuh. Selain menulis surat permintaan maaf tentunya.

Yoongi juga Soonyoung tadinya sangat keberatan, dan meminta sekurang-kurangnya hukuman skorsing-lah yang ditimpakan kepada mereka.
Karena sungguh, membersihkan apapun itu yang perlu dibersihkan benar-benar tidak sebanding dengan luka dan-mungkin- trauma yang diterima Jihoon. Padahal tadinya Yoongi sempat berpikir untuk melaporkan mereka semua jika dirinya lupa bahwa anak-anak berandal itu masih di bawah umur, dan apa yang dialami Jihoon sekilas hanya terlihat seperti pertengkaran biasa antar remaja.

Namun wakil kesiswaan di sekolah itu menolak dengan dalih bahwa 2 minggu ke depan adalah pekan ujian,
sehingga hal itu sangat-sangat tidak mungkin untuk dilakukan.

Membuang rasa kecewanya jauh-jauh karena omongan tersebut ada benarnya, Yoongi meninggalkan sekolah Jihoon dengan sedikit perasaan lega.

Keesokan harinya Jihoon kembali bersekolah seperti biasa, untunglah lebam di wajahnya dapat ditutupi dengan beberapa peralatan kosmetik yang dirampas kakaknya dari stylist agensi.
'Aku cukup lihai dalam hal ini' itulah kalimat Yoongi sebelum memoles wajahnya dengan berbagai produk komestik, yang tentunya waterproof juga tahan lama.

Syukurlah tidak ada lagi yang mengganggu Jihoon, dan ia akan sangat lega jika orang-orang kembali menganggapnya tak kasat mata seperti sebelumnya.
Meskipun gosip sudah tersebar luas bahwa dirinya, siswa kelas 11-1 dibully oleh Park Yena dan kawanannya di gedung tidak terpakai di ujung sekolah.

Ia mendengarnya secara tidak sengaja karena para perempuan bermulut ember di sekolah memang selalu berbisik dengan suara keras.

Tapi Jihoon tidak ambil pusing, toh ia hanya butuh ijazah dari sekolah ini.
Selama orang-orang di dalamnya tidak menghalangi Jihoon untuk lulus tepat waktu, maka tidak ada yang perlu Jihoon pikirkan.

Ah mungkin ada.

Kwon Soonyoung..

Lelaki itu sempat merecokinya selama beberapa hari sejak ia kembali hadir di sekolah, setelah meliburkan diri selama sehari.
Hingga akhirnya Jihoon marah besar dan keceplosan mengatakan bahwa Soonyoung adalah pembawa sial dalam hidupnya.

Lelaki bermata sipit itu mendadak diam dan meninggalkan Jihoon setelah mendengus pelan dan berkata 'Begitukah?'.

Jihoon menghembuskan nafas lega saat itu juga, meski sejujurnya perasaan tak nyaman memasuki relung hatinya ketika melihat wajah terluka Soonyoung yang sangat kentara.

Seolah 'pembawa sial' adalah kata terlarang yang tidak boleh didengar sedikit pun oleh lelaki itu.

Tapi tak apa.

Karena jika tidak seperti itu, hidup Jihoon tidak akan pernah kembali normal. Meskipun normal yang dimaksud adalah normal menurut persepsi Jihoon sendiri.

Toh pada akhirnya interaksi mereka selanjutnya yang hanya sebatas email menjadi lebih mudah setelahnya.

Baik, kembali ke masa sekarang.

Jihoon baru saja memasuki kelas yang suasananya tidak berubah sedikit pun sejak ia dan siswa-siswa lain di Hanyoung tidak mengunjungi tempat itu, lantaran libur semester ganjil sekaligus libur musim dingin tiba.

Let Me Hear You Say | Soonhoon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang