Tiga

2.4K 340 41
                                    

Jihoon kira hal-hal semacam ini tidak akan pernah terjadi di hidupnya.

Ia kira hal-hal menggelikan semacam ini hanya ada di drama yang sering ditonton oleh Hyungnya,
atau novel roman yang pernah ia baca beberapa waktu lalu ketika sudah terlalu bosan membaca buku pelajaran.

Tapi lihat Jihoon sekarang..

Berada di atas sebuah motor dengan kedua tangan memeluk pinggang seorang namja--yang meski pada awalnya ia sangat ragu, tapi tetap ia lakukan--karena Kwon Soonyoung memacu motornya dengan sangat kencang, membelah jalanan ibukota.

Tidak lama kemudian kuda besi itu berhenti di sebuah gedung pencakar langit bernuansa mewah yang Jihoon kenali sebagai hotel.

Tunggu...

HOTEL?!

"Kenapa kau membawaku kemari?!"

Soonyoung hanya melepas helmnya santai, kemudian mengibaskan rambutnya di hadapan Jihoon yang masih setia duduk di atas motor.
Pemandangan di depan Jihoon sebenarnya mempesona jika sosok di hadapannya bukanlah bocah petakilan yang beberapa saat lalu menculiknya di depan halte sekolah.

"Kau bilang tempatnya terserahku saja?
Asal tidak terbuka dan tidak ramai?
Ya hotel-lah jawabannya"

Berbagai macam umpatan kini terkumpul di bibir Jihoon.

Namun sebelum kata-kata itu sempat terucap, sepasang tangan milik Soonyoung telah meraih tubuhnya, membantu namja mungil itu untuk turun dari motor karena ia paham Jihoon kesusahan, baik saat menaikinya maupun menuruninya.

Dan hal tersebut merupakan musibah bagi Jihoon karena sekarang perutnya mual, seolah ribuan kupu-kupu baru saja beterbangan di perutnya.

Jantung Jihoon memompa darah dengan sangat cepat hingga materil berwarna merah itu terkumpul di pipi gembil miliknya, menghasilkan rona kemerahan yang sangat kentara namun sayangnya luput dari penglihatan Soonyoung.

"Ayo masuk"

Dua kata yang keluar dari bibir Soonyoung, plus wajah tanpa dosa orang itu membuat Jihoon ditarik kembali ke dunia nyata setelah sempat melihat suasana merah mudah dalam imajinasinya.

"Bodoh.
Kau pikir dengan seragam seperti ini kita tidak akan ditendang keluar?"

Soonyoung yang kini memang terlihat bodoh dengan mulut melongo hanya menepuk keningnya pelan.

Membuat Jihoon tidak habis pikir, bagaimana bisa orang sekaya Soonyoung bisa memiliki otak yang begitu tidak berguna?

Kenapa tidak ia gunakan saja uang-uangnya itu untuk membeli otak baru yang lebih pintar?

*

Jihoon pasrah saja ketika lelaki yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya itu mengajak Jihoon ke apartemennya.

Namja manis itu cukup mengerti mengapa pemuda di depannya itu memiliki alternatif tempat tinggal lain di saat dirinya memiliki rumah mewah berlokasi strategis lengkap dengan kehangatan keluarga di dalamnya.

Apa lagi alasannya jika bukan kebebasan?

Dan benar saja, saat Jihoon memasuki unit yang jauh lebih baik dalam segala hal daripada yang ia tinggali dengan kakaknya itu, namja manis itu segera menghembuskan nafas lelah.

Apartemen Soonyoung sangat berantakan.

Bungkus makanan ringan berserakan dimana-mana. Bahkan beberapa isinya berceceran di lantai, meja, dan juga sofa.

Dan kalau indera penciuman Jihoon tidak salah, ia mengenali bau khas yang saat ini menguar dari gelas yang berada di atas meja. Mirip dengan bau yang tercium dari kakaknya saat lelaki itu pulang dalam keadaan mabuk.

Let Me Hear You Say | Soonhoon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang