Dua Puluh Satu

1.7K 261 50
                                    

"Jihoon?!"

Sebuah mobil berhenti tepat di dekatnya. Pemiliknya keluar dengan sebuah payung dan menghampiri tubuhnya yang kini gemetar, jatuh terduduk di trotoar yang dingin.

"Apa yang terjadi?! Kenapa kau ada disini?"

Jihoon mengangkat kepalanya untuk bertemu pandang dengan Wonwoo yang terlihat panik. Kecemasan terpancar dengan sangat kentara di wajahnya.

Ada apa dengannya?

Apa baru saja terjadi sesuatu?

Dia bisa sakit jika berlama-lama dalam kondisi seperti ini.

Sudut bibir Jihoon tanpa sadar terangkat,
Apa orang ini juga memandangnya sebagai orang lain?

Sebagai pengganti sosok bernama Wooji yang entah dimana keberadaannya?

Jika iya dirinya benar-benar akan sangat muak menghadapi segala hal, dan segala pihak yang berhubungan dengan Soonyoung.

"Jeon Wonwoo.. bisakah kau.. mengantarku pulang?"

**

Yoongi melebarkan matanya saat melihat adiknya pulang dengan kondisi basah kuyup.
Dirinya yang saat itu menonton televisi di ruang tengah berseru kaget begitu Jihoon berjalan melewatinya,
"Ya? Ada apa denganmu? Bukankah kau seharusnya mengerjakan tugas kelompok bersama temanmu?"

Sang adik tidak menjawab dan memilih langsung menuju kamarnya.
Ia membanting pintu dengan sangat keras sebelum kemudian memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri, dan jika memungkinkan.. mengembalikan kewarasannya.

Yoongi mengetuk pintu kamar Jihoon pelan setelah menahan diri selama dua jam.
Ia tahu ada yang tidak beres dengan adiknya,
tetapi pemuda Min itu juga paham bahwa dirinya tidak bisa memaksa sang adik untuk bercerita.

Tidak ada jawaban dari dalam sana dan Yoongi hanya menghela nafas lelah sebelum kemudian membuka pintu kamar Jihoon dengan sangat pelan, seolah jika ia tidak melakukannya seperti itu dapat membuat suasana hati namja manis itu semakin buruk.

Kepalanya menyembul sedikit untuk mengintip, terlihat Jihoon baru saja selesai mengeringkan rambutnya dan tengah bersiap untuk tidur.

Tepat ketika Yoongi memasuki ruangannya, Jihoon menarik selimut hingga leher dan membalikkan tubuh guna menghindari tatapan Hyungnya.

Untuk yang ke sekian kalinya, sang kakak menghela nafas lelah. Ia mendekat untuk duduk di pinggir ranjang Jihoon, tangannya terangkat guna mengusap kepala adiknya yang masih setia memunggunginya.

"Baru saja terjadi sesuatu, hm?"

Jihoon tidak menjawab pertanyaan itu.
Maniknya yang tadi sempat terbuka kini menutup, berusaha menikmati sentuhan halus kakaknya di kepala.

"Aku tahu kau punya banyak hal yang harus kau ceritakan padaku.
Aku juga paham bahwa kau bukannya enggan bercerita.. hanya saja mengeluarkan isi hati lewat ucapan terasa sangat sulit bagimu bukan?"

Jihoon masih diam di tempatnya. Ia tahu Hyungnya tidak butuh jawaban atas semua pertanyaan retoris yang sang kakak lontarkan. Ia tahu bahwa Yoongi Hyungnya mengerti semua jawaban itu adalah iya.

"Kejadian beberapa bulan yang lalu terutama saat aku nyaris kehilanganmu, sudah lebih dari cukup untuk menyadarkanku bahwa ternyata aku tidak terlalu memperhatikanmu..
Aku sibuk dengan duniaku sementara kau berjuang sendirian demi banyak hal.
Aku benar-benar.. kakak yang buruk."

Untuk yang satu itu Jihoon memberikan gelengan sebagai jawaban,
"..bukan begitu." juga sepenggal kalimat bantahan.

"Sekarang pun aku mengerti bahwa kau memiliki sesuatu untuk diceritakan.
Tapi masih tertahan di kerongkonganmu karena kau memiliki banyak pertimbangan.
Bukan begitu?"

Let Me Hear You Say | Soonhoon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang